Perjuangan Kartini Diera Kekinian, Berjuang Memuliakan Perempuan Dengan Islam


Oleh: Siti Noor Hasanah
 (Pemerhati Masalah Umat)


Ketua komisi II  DPRD Kalimantan Timur (Kaltim) Nidya Listiyono mengajak para perempuan lebih meneladani perjuangan Raden Ajeng (RA) Kartini yang mampu menyalakan api perjuangan pada masanya.Menurutnya, sebagai bentuk upaya meneladani perjuangan RA Kartini, kaum perempuan diharapkan terus berkarya, mengembangkan diri, dan memperluas ilmu pengetahuan. Dengan demikian akan membawa kehidupan bangsa Indonesia lebih baik.

"Teladani perjuangan Kartini, semangatnya dan cita-citanya. Bangkit dan terus berkarya untuk Indonesia yang lebih baik. Perjuangannya tentu beda Kartini dulu dengan sekarang." ujar Nindya, Minggu (21/04/2024)

"Tapi intinya, bagaimana kita meneladani sikap moral yang disampaikan Kartini pada zamannya yang perlu kita aplikasikan saat ini." lanjutnya.


RA. Kartini adalah sosok perempuan pertama yang memprakarsai perkumpulan dan memajukan pendidikan perempuan. Atas segala perjuangannya itu, kartini membela hak kaum wanita Indonesia dalam mendapatkan pendidikan yang layak dan perlakuan yang adil. Jasa beliau untuk wanita Indonesia, tidak hanya membuat seorang kartini dikenal sebagai pahlawan yang memperjuangkan emansipasi wanita, tetapi lebih dari itu,  juga sebagai sosok menginspirasi berbagai generasi wanita Indonesia. Seorang Kartini tidak hanya pintar dan menginspirasi, kegigihannya mewujudkan impian, agar kaum perempuan Indonesia bisa bersekolah dan mendapatkan pendidikan setara dengan pria.


Tapi sayang semangat dan kegigihan Kartini disalahkan artikan oleh kaum feminis yang menganggap perempuan haruslah setara dengan laki-laki dalam berbagai bidang termasuk pendidikan.

Padahal, Islam sangat memuliakan orang yang berilmu baik laki-laki maupun perempuan. Seperti yang disebutkan dalam Surat Al-Mujadalah ayat 11, “Orang yang berilmu dinaikkan derajatnya oleh Allah beberapa derajat”.

Islam mendudukkan ahli ilmu pada derajat yang tinggi dan ini memungkinkan setiap umat Islam untuk berlomba-lomba memperoleh ilmu. 

 Bahkan ada perintah dari Allah untuk mengeja ilmu di semesta ini kepada para hamba-Nya: "Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu lah yang Mahamulia. Yang mengajar manusia dengan pena. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya.” (QS. Al ‘Alaq 96:1-5).


Lebih terperinci, Syekh Taqiyuddin an-Nabhani dalam kitab Ajhizah Dawlah al-Khilâfah menjelaskan bahwa orang yang berilmu dapat menduduki dalam sistem pemerintahan Islam (Khilafah Islamiah), dalam hal ini perempuan boleh menjadi pegawai dan pimpinan swasta maupun pemerintahan, tetapi yang tidak termasuk wilayah al-amri atau al-hukmi, seperti kepala Baitulmal, anggota Majelis Wilayah, anggota Majelis Ummah, Qâdhi Khushumât (hakim yang menyelesaikan perselisihan antarrakyat), ataupun Qadhi Hisbah (hakim yang langsung menyelesaikan pengurangan atas hak-hak rakyat). Perempuan juga boleh menjadi kepala departemen, seperti bidang kesehatan, pendidikan, perindustrian, dan perdagangan; menjadi rektor perguruan tinggi, kepala rumah sakit, dan direktur perusahaan; dll.


Oleh karenanya, para muslimah harus memahami bahwa paradigma gender yang diserukan oleh kaum feminis sesungguhnya ilusi atau tipuan belaka. Seorang muslimah harus bisa memahami akar masalah dan keterpurukan kondisi perempuan dan kehidupan manusia hari ini adalah akibat paradigma sekuler kapitalisme yang hanya akan bisa dibenahi dengan penerapan Islam kafah dalam naungan Khilafah. Wallahualam.

Post a Comment

Previous Post Next Post