Oleh. Yuli Juharini
Salah satu kebutuhan dasar dari seorang manusia, selain sandang dan perumahan adalah pangan. Dengan berbagai macam cara, manusia berusaha untuk mencari pangan. Bahkan ada yang rela melakukan tindakan yang tidak terpuji yang bertentangan dengan hukum syara, demi mendapatkan sesuatu untuk dimakan. Dengan kata lain, pangan itu merupakan kebutuhan mendesak disaat lapar. Saat ini begitu banyak rakyat menderita kelaparan. Kelaparan akut yang dapat menimbulkan rasa takut karena hal itu bisa memicu tindakan kriminal jika tidak diatasi dengan segera.
Seperti yang diungkapkan oleh FAO, sebuah Organisasi Pangan Dunia di bawah naungan PBB, bahwa banyak terjadi kelaparan akut di 59 negara. Laporan FAO yang bertajuk Global Report on Food Crises 2024 itu mencatat sebanyak 282 juta orang di 59 negara mengalami kelaparan akut pada tahun 2023. Jumlah itu mengalami peningkatan 24 juta orang dari tahun sebelumnya. Menurut Sekretaris Jendral PBB, Antonio Guterres, masalah kelaparan akut harus ditangani segera. Harus mengubah sistem pangan guna mengatasi kerawanan pangan dan kekurangan gizi yang semakin buruk terutama di tahun 2023. Hal itu juga terjadi dikalangan orang-orang yang mengungsi karena konflik dan bencana. (cnbcindonesia, 4/5/2024)
Ketika melihat sebuah masalah itu timbul dan mengemuka, ternyata hal itu tidak dapat dilepaskan dari sistem yang ada saat ini. Di mana sistem sosialis dan kapitalis telah gagal dalam menyejahterakan rakyatnya. Di negara mana pun di dunia ini, ketika memakai kedua sistem itu, tidak ada yang sungguh-sungguh mengurusi urusan rakyatnya, terutama urusan pangan. Mata rantai penyediaan pangan itu kebanyakan dikuasai oleh korporasi. Negara hanya berperan sebagai fasilitator dan regulator saja.
Mengenai kelaparan akut yang terjadi saat ini, tidak hanya menimpa negara-negara yang sedang berkonflik. Negara damai pun seperti Indonesia banyak terjadi kesenjangan masalah pangan. Di satu sisi banyak yang kekenyangan, sementara di sisi yang lain ada yang tidak bisa makan dengan layak. Bahkan ada yang makan nasi kering untuk menyambung hidup. Itu pun atas pemberian dari orang lain.
Menurut katadata (3/8/2023), Global Hunger Index (GHI) telah mengadakan riset dan menemukan fakta bahwa Indonesia menjadi negara dengan tingkat kelaparan tertinggi dan terburuk nomor dua setelah Timor Leste dari sembilan negara ASEAN lainnya. Sungguh miris, mengingat Indonesia termasuk negara dengan sumber kekayaan alam yang begitu melimpah. Jika sumber daya alam Indonesia begitu melimpah, lalu mengapa banyak rakyat yang masih menderita kelaparan? Untuk siapa sesungguhnya SDA itu?
Ternyata sebagian besar sumber kekayaan alam itu dikelola oleh swasta yang melibatkan asing dan aseng, termasuk masalah pertanian yang menjadi sumber pangan. Bahkan rencananya Indonesia akan bekerjasama dengan negara Cina untuk menanam padi di Kalimantan Tengah. Hal itu diungkapkan oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan. Keputusan itu diambil setelah mengadakan pertemuan dengan Menteri Luar Negeri China, Wang Yi dalam ajang High Level Dialogue and Corporation Mechanism (HDCM) di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur pada hari Jumat (19/4/2024). (voaindonesia, 27/4/2024)
Sangat disayangkan jika hal itu benar-benar terjadi. Walaupun rencana awal yang digunakan adalah teknologinya, tidak menutup kemungkinan ada banyak penduduk Cina yang akan datang untuk menanam padi di Indonesia. Padahal penduduk Indonesia pada usia produktif saat ini banyak yang menganggur. Pada akhirnya yang diuntungkan adalah yang berinvestasi. Sementara masalah kelaparan tetap saja terjadi.
Satu-satunya harapan untuk mengatasi masalah kelaparan akut yang terjadi, baik di dalam negeri maupun secara global adalah dengan merubah sistem yang ada saat ini dengan sistem Islam. Karena sudah terbukti sistem kapitalis dan sosialis komunis telah gagal. Islam punya cara untuk mengatasi krisis pangan. Berbagai macam lahan harus ditanami dan menjadikan kawasan yang produktif. Agar umat Islam memiliki akses yang aman terhadap pangan yang cukup, bergizi, dan terjangkau.
Negara Islam benar-benar memegang kendali secara penuh dalam hal ketahanan pangan, tidak diserahkan pada swasta, apalagi asing. Masalah pangan pun berhubungan dengan sistem ekonomi Islam, di mana saling terkait satu sama lain. Sistem Islam ini menjadikan negara sebagai penanggung jawab utama dalam mengurusi dan mengatur hajat pangan rakyat. Bahkan ketika kekhilafahan Turki Utsmani mulai melemah sekali pun, pada saat itu Sang Khalifah masih memiliki andil dalam menyelamatkan banyak nyawa rakyat Irlandia yang menderita kelaparan.
Begitulah ketika peraturan Islam diterapkan dalam kehidupan, semua hanya demi kemaslahatan umat. Karena sesungguhnya fungsi utama negara dalam Islam adalah pelayan dan pelindung umat. Islam mempunyai sumber hukum yaitu Al-Qur'an dan sunah. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh At-Thabrani, rasul saw. bersabda “Tidak beriman kepadaku, orang yang kenyang semalaman sedangkan tetangganya menderita kelaparan, padahal dia mengetahuinya.”
Wallahu a'lam bishawab
Post a Comment