"Ibu kita Kartini putri sejati
Putri Indonesia harum namanya". Begitulah sepenggal lirik lagu Ibu Kita Kartini yang sering kita dengar. Berbanding jauh dengan liriknya Kartini masa kini tak lagi mencerminkan seorang putri.
Kartini masa kini sibuk memperjuangkan emansipasi. Emansipasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti persamaan hak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat, sedangkan emansipasi wanita/perempuan berarti proses pelepasan diri para perempuan dari kedudukan sosial ekonomi yang rendah atau dari pengekangan hukum yang membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju.
Berdasarkan pengertian di atas, perempuan tidak ingin membatasi kemungkinan untuk berkembang dan untuk maju. Mereka menginginkan kesetaraan dengan pria dalam berbagai hal yang bisa kita sebut sebagai feminisme. Mengingat perjuangan Kartini, seharusnya perempuan menjaga marwah dengan baik.
Mengutip dari pusaranmedia.com gerakan Pemasyarakatan Minat Baca (GPMB) Kaltim mengajak seluruh masyarakat Benua Etam, sebutan Kaltim menyadari peran perempuan dalam mewujudkan perempuan yang mandiri secara pemikiran dan tindakan.
Penasehat GPMB Kaltim, Encik Widyani Sjaraddin mengatakan, perjuangan perempuan dimulai dari sadar terhadap pentingnya sebuah literasi.
"Misalnya Kartini yang merupakan sosok perempuan, yang memiliki akses pendidikan dan banyak literatur. Dengan ilmunya itu, dibagikan kepada perempuan yang tidak mendapatkan akses pendidikan pada masanya. Hal tersebut yang tertuang pada surat-surat Kartini dalam kompilasi buku Habis Gelap Terbitlah Terang,” ungkapnya saat menghadiri Talk show di Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah (DPKD) Kaltim.
Sosok Kartini memang patut dijadikan inspirasi dalam hal keilmuan. Dengan ilmunya itu, dibagikan kepada perempuan yang tidak mendapatkan akses pendidikan pada masanya. Namun narasi Kartini ala feminis kini membuat seruan perempuan harus bekerja, berperan di berbagai kegiatan sosial kemasyarakatan juga pemerintahan. "Kartini masa kini”, inilah narasi manis yang diembuskan oleh kaum feminis sebagai bentuk emansipasi. Ide kaum feminis mengenai kepemimpinan perempuan pada sektor pemerintahan sebagai upaya memperjuangkan kesetaraan gender lahir dari akidah sekularisme, yaitu pemisahan agama dari kehidupan.
Kata feminisme berasal dari kata feminin yang berarti menyerupai perempuan, sedangkan setelah ditambah -ism pada akhir katanya artinya menjadi suatu gerakan wanita yang menuntut kesetaraan peran dengan pria. Pada abad ke 18 sampai 20 wanita sangat tidak dipandang dalam masyarakat sosial sehingga perannya dengan pria tidak sebanding.
Sedangkan dalam Islam kebebasan wanita datang lebih dulu, di mana wanita bisa berpolitik, berdakwah, bekerja, juga mendapatkan hak waris. Di barat sejak tahun 1808 feminisme dikeluarkan oleh seorang filsuf, namun sebenarnya sejak tahun 1780 para feminis sudah sangat produktif dalam membuat karya tulis. Sedangkan di Indonesia dulu wanita tidak diperbolehkan untuk bersekolah seperti halnya pria. Namun pada saat itu Raden Ajeng Kartini dan Dewi Sartika merasa keberatan dalam hal itu sehingga mereka pada akhirnya mendirikan sekolah khusus perempuan yang berdiri pada 16 Januari 1904.
Yang menjadi dasar pemikiran feminisme secara umum adalah kesadaran kaum wanita atas ketidakadilan peran di lingkungan masyarakat, namun dalam Islam yang menjadi dasar pemikirannya bersumber pada Al-Quran.
Kedudukan perempuan itu berubah-rubah ada masanya mereka dihormati dan ada masanya mereka mendapatkan perlakuan yang negatif. Pada masa sebelum Islam wanita lebih banyak ditindas baik itu di Yunani, Cina, Roma, juga bangsa Arab. Setelah datangnya Islam, Islam mengajarkan kita bahwa dalam agama Islam semua gender memiliki kesetaraan baik pria maupun wanita. Wallahu'alam alam
Post a Comment