Pegiat Literasi
Jalan menuju Stasiun KCIC Tegalluar sudah lama mengalami kerusakan yang cukup parah. Masyarakat sering mengeluh menghadapi kerusakan di jalan tersebut seolah tidak ada perhatian atau tanggapan cepat dari pemerintah dan instansi terkait. Masyarakat pun akhirnya memasang poster peringatan untuk pengguna jalan agar lebih berhati-hati saat melaluinya supaya bahaya atau kecelakaan bisa dihindari.
Setelah sekian lama menunggu, proses perbaikan jalan yang kondisinya rusak berat ke arah Stasiun Kereta Cepat Indonesia-Cina (KCIC) Tegalluar, Whoosh, mulai dilakukan. Di mana Dinas Pekerjaan Umum dan Tata Ruang (DPUTR) Kabupaten Bandung harus ikut terjun langsung dalam memperbaiki jalanan tersebut, setelah sebelumnya disorot Pemerintah Provinsi Jawa Barat melalui Pj Gubernur Jabar, Bey Triadi Machmudin. (Jabarekspres.com, 21/4/2024)
Dadang Silahudin, Kepala Desa Cibiru Hilir setelah dikonfirmasi membenarkan adanya perbaikan jalan rusak menuju Stasiun KCIC yang masuk ke wilayahnya. Dengan harapan perbaikan jalan ini bisa mengurangi kemacetan dan kecelakaan hingga masyarakat bisa beraktivitas dengan aman dan nyaman.
Lambannya respon dalam menangani permasalahan jalan rusak di sistem kapitalisme demokrasi saat ini adalah hal lumrah terjadi. Pemerintah baru akan bertindak setelah ada protes dan unjuk rasa padahal kenyamanan jalan dan penggunanya adalah tanggung jawab pemerintah.
Jalan adalah kebutuhan vital bagi masyarakat untuk melangsungkan aktivitas keseharian mereka. Jalanan rusak ditambah penerangan yang minim tentu akan membahayakan para pengguna jalan. Namun hal ini sepertinya tidak pernah menjadi perhatian khusus bagi para pejabat/pemangku kebijakan. Akses jalan seharusnya menjadi sesuatu yang diprioritaskan pemerintah karena merupakan salah satu infrastuktur yang sangat penting bagi laju dan tumbuh kembang perekonomian Indonesia.
Kerusakan jalan di Cibiru Hilir arah ke Stasiun KCIC Tegalluar bermula adanya truk-truk pengangkut pasir dari salah satu perusahaan besar yang sering berlalu lalang dengan membawa muatan yang melebihi kapasitas hingga pasir yang dibawanya berjatuhan, tercecer di jalan. Sehingga jalanan semakin licin, aspal bergelombang dan berlubang. Pemerintah seharusnya cepat tanggap terhadap keluhan masyarakat, minimal melakukan kunjungan atau survey di mana lokasi yang dikeluhkan rakyatnya.
Betapa pentingnya jalan sebagai akses transportasi darat bagi kehidupan manusia. Perbaikan harus dilakukan dengan mengerahkan tenaga ahli dan menggunakan material yang berkualitas agar bisa bertahan lebih lama, sehingga membuat pengguna jalan nyaman dan lancar ke tempat tujuan. Pembiayaan perbaikan jalan pun harus diperhatikan. Negara tidak boleh membebani masyarakat untuk perbaikan atau biaya operasionalnya. Negara bisa mencari sumber pembiayaan dari APBN dan APBD yang berasal dari pengelolaan SDA semisal hasil tambang, migas, laut dan lain-lain yang sangat berlimpah di negeri ini.
Dalam sistem Islam, masalah transportasi dan infrastruktur jalan merupakan hak warga negara untuk memudahkan aktivitas mereka. Penguasa dalam sistem ini baik dari tingkat pusat hingga daerah betul-betul memperhatikan kebutuhan dan keselamatan warganya. Sebab mereka menyadari bahwa kepemimpinannya akan dimintai pertanggungjawaban.
Rasulullah saw. bersabda:
"Imam (khalifah) adalah raa'in (pengurus rakyat) dan ia bertangung jawab atas pengurusan rakyatnya." (HR. al-Bukhari)
Seperti kekhawatiran Umar bin al-Khaththab ra. terkait riayahnya kepada rakyat bahkan kepada makhluk hidup lainnya. Ia akan mencurahkan segenap kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan warganya, karena jika ia lalai maka akan membawanya pada pertanggungjawaban berat di hadapan Allah kelak.
Khalifah kedua yang terkenal tegas dan bijaksana dalam memimpin itu bahkan menangis saat mendapat kabar ada seekor keledai tergelincir kakinya dan terjatuh ke jurang. Peristiwa itu terjadi akibat jalan yang dilewati keledai rusak dan berlubang.
Melihat kesedihan Umar, sang ajudan lalu berkata, "Wahai Amirul Mukminin bukankah yang mati hanya seekor keledai?" Dengan wajah serius dan nada marah Umar menjawab, "Apakah engkau sanggup menjawab di hadapan Allah ketika ditanya tentang apa yang telah kau lakukan ketika memimpin rakyatmu?"
Pemimpin Islam akan menyediakan infrastruktur dengan memperhatikan manfaat bagi semua umat dan makhluk hidup lainnya. Kualitas bahan untuk perbaikan jalan akan diawasi dan dipilihkan yang terbaik, agar jalan bisa dipakai dengan maksimal, nyaman dan lancar bagi semua penggunanya. Perbaikan jalan akan diserahkan kepada pihak yang ahli dibidangnya sesuai arahan penguasa (negara).
Pembiayaan untuk pembangunan atau perbaikan diambil dari baitulmal yang bersumber dari pemasukan negara yang telah ditentukan oleh syariah. Di antaranya dari hasil pengelolaan harta kekayaan umum termasuk hutan, berbagai macam tambang, minyak, gas dan sebagainya; atau dari kharaj, jizyah, ghaniimah, fa'i, 'usyur; dan hasil pengelolaan harta milik negara. Dengan demikian negara akan cepat tanggap mengatasi keluhan masyarakat tanpa harus membebankan biaya kepada mereka.
Inilah karakter kepemimpinan Islam yang berlandaskan akidah Islam. Bukan saja bertanggung jawab tapi juga mempunyai kepedulian terhadap keselamatan rakyatnya termasuk binatang. Ini menjadi bukti bahwa pemimpin yang takut akan Rabb-Nya akan benar-benar menjalankan tugasnya dengan optimal.
Maka sudah saatnya umat ini mencampakkan aturan buatan manusia dan mengganti sistem kufur kapitalisme dengan aturan Allah yakni syariah Islam yang mengatur segala aspek kehidupan. Karena penerapan syariah Islam ini akan menjadikan individu, masyarakat, dan penguasanya bertakwa. Alhasil, bukan hanya berkah dunia tapi juga berkah akherat, sebagaimana janji Allah dalam surah al-a'raf ayat 96 tentang keberkahan dari langit dan bumi akan terlimpah selama manusia beriman dan bertakwa.
Wallahu a'lam bi ash-Shawwab.
Post a Comment