Gonta-Ganti Kurikulum, Permasalahan Pendidikan Tak Kunjung Tuntas


Oleh: Ulif Fitriana


Apa kabar pendidikan di Indonesia? Kerap berganti kurikulum akan tetapi kok masalah di dunia pendidikan makin hari makin pelik. Kurikulum merdeka yang digadang-gadang mampu menjadi solusi atas kompleksnya permasalahan di dunia pendidikan justru menuai fakta mengejutkan. Perhimpunan Pendidikan dan Guru (P2G) mengungkapkan adanya penurunan signifikan jumlah siswa SMA yang diterima di perguruan tinggi melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP) setelah penerapan Kurikulum Merdeka. Iman Zanatul Haeri, Kepala Bidang Advokasi Guru P2G, menyampaikan bahwa terdapat penurunan yang cukup drastis pada sekolah-sekolah Penggerak Angkatan I yang telah menerapkan Kurikulum Merdeka sejak tahun 2021. Pernyataan ini didasarkan pada data yang dikumpulkan melalui angket yang disebar kepada sekolah-sekolah tersebut.


Tidak hanya itu bulliying pun makin marak terjadi dalam lingkup pendidikan. Seorang pengamat menilai bahwa penerapan kurikulum merdeka utamanya pada dimensi mandiri elemen regulasi diri yang mana peserta didik diharapkan "mampu mengatur pikiran, perasaan, dan perilaku dirinya untuk mencapai tujuan belajar dan pengembangan dirinya baik di bidang akademik maupun non akademik” nyatanya tidak mampu menunjukkan efektivitas kurikulum tersebut. Berdasarkan hasil Asesmen Nasional 2021 dan 2022 atau Rapor Pendidikan 2022 dan 2023, sebanyak 24,4% peserta didik mengalami berbagai jenis perundungan (bullying). Sementara itu, menurut Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), ada 30 kasus bullying sepanjang 2023. FSGI juga mencatat sepanjang 2023, ada 46,67% kekerasan seksual terjadi di sekolah dasar. Ini hanyalah angka-angka yang tampak, belum kasus yang tidak terlaporkan. Belum lagi fakta mencengangkan lainnya semisal ada guru merudapaksa siswanya, ada orang tua melaporkan guru hanya karena tidak terima sang anak ditegur gurunya. Lebih parahnya, ada siswa menganiaya guru hingga meninggal. 


Bukankah itu semua bukti bahwa kurikulum yang diterapkan selama ini telah gagal memenuhi harapan menjadikan anak didik manusia-manusia yang bertakwa, berakhlak mulia dan cerdas secara akademis? Mengapa tidak menengok ke belakang di mana pendidikan mampu menghasilkan output manusia-manusia yang tidak hanya gemilang dalam prestasi akademik akan tetapi juga bermoral dan bertakwa. Pendidikan terbaik ada saat sistem Islam diterapkan di mana landasan pendidikannya adalah akidah Islam. Kurikulum dan metodologi disusun berdasarkan akidah Islam. Tentu saja hal ini terjadi di saat negara menerapkan sistem Islam secara komprehensif di mana kebijakan ekonomi dan politiknya juga berdasarkan akidah islam. Kurikulum yang terbaik, diajarkan oleh guru-guru bertakwa dan berkemampuan di bidangnya, serta fasilitas pendidikan yang mudah dan murah menjadikan peserta didik yang belajar tumbuh menjadi manusia-manusia yang hebat dari sisi akademis maupun akhlak. Dengan sistem pemerintahan dan kurikulum pendidikan Islam bermunculan tokoh-tokoh dunia semisal Ibnu Sina, Ibnu Firnas, Al Biruni, Khawarizmi, dll.

Post a Comment

Previous Post Next Post