Oleh: Susilawati
Aktivis Dakwah
Mediakasasi.com, Kabupaten Bandung- Kepala sekolah SMA AL-AMANAH Ciwidey, Drs.Agus Hermawan, M.Si mengucapkan selamat Hari jadi kabupaten yang ke-383, dengan raihan 313 penghargaan. Semoga Kabupaten Bandung lebih maju dan semakin BEDAS. Menurut Drs.Agus Hermawan,M.Si atau yang biasa di panggil (Ama) mengatakan bahwa IPM bidang pendidikan kabupaten Bandung di tahun 2023 memang meningkat. "Sepengetahuan saya, Kabupaten Bandung di masa kepemimpinan Dadang Supriatna sekarang ini, IPM bidang pendidikan Kabupaten Bandung pada tahun 2023 kemarin mengalami kenaikan di semua tingkatan," terangnya.
"Dan mudah mudahan di tahun 2024 ini Kabupaten Bandung di usia yang semakin dewasa, semoga semakin meningkat lagi respon dan support guna memotivasi kami dalam meningkatkan kegiatan belajar mengajar demi memajukan kabupaten Bandung di bidang pendidikan, dan mudah mudahan kedepannya kabupaten Bandung makin BEDAS lagi," tegasnya.
Harapan seorang praktis tentang kemajuan pendidikan saat hari jadi Kabupaten Bandung. Memaparkan bahwa ada kemajuan, tetapi apakah sinkron dengan meningkatnya kualitas generasi? Sekolah yang kini hanya menjadi mesin pencetak para pegawai yang siap terjun di Industri di bawah telunjuk para kapitalis, harusnya menjadi ganjalan bagi para praktisi pendidikan bahwa hasil tempaan sekolah bagi generasi adalah untuk membangun negeri khususnya Kabupaten Bandung ke arah kemajuan SDM, dalam pengelolaan segala potensi yang ada baik itu SDA, teknologi dsb.
Ada pun masalah krusial yang saat ini belum tuntas adalah masalah akses dan kualitas. Tidak semua anak-anak secara merata mendapatkan akses yang mudah untuk mengenyam pendidikan. Sehingga tak sedikit dari mereka memilih untuk putus sekolah, bahkan sampai frustasi karena kendala sinyal ataupun jarak menuju sekolah. Selanjutnya, kualitas pembelajaran pun juga masih banyak yang mengeluh. Target capaian yang tinggi, tetapi tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana yang memadai. Sedangkan dalam hal karakter, bagaimana bisa terwujud karakter yang baik, sedangkan banyak faktor penyebab rusaknya karakter adalah lingkungan yang masih membiarkan kebebasan berperilaku apalagi disalahgunakan untuk kepentingan tertentu.
Untuk mendapatkan solusi efektif dalam menyelesaikan masalah pendidikan, haruslah berdasarkan analisis cemerlang dengan mengetahui akar masalah atau penyebab utamanya. Yaitu landasan dan filosofi pendidikan. Sistem kapitalisme sekuleristik, tampak lebih menonjol dalam dunia pendidikan saat ini. Sehingga tak heran jika tujuan pendidikan pun berkiblat pada standar luar negeri yang orientasinya untuk kesuksesan materi semata.
Dari realita yang ada, dapat ditarik sebuah benang merah bahwa masalah infrastruktur, sarana prasarana, akses dan kualitas masih membelenggu tidak sedikit dari mereka untuk memilih putus sekolah, padahal sudah seharusnya persoalan pendidikan menjadi perhatian utama dalam semua aspeknya, pendidikan seperti ini harusnya tidak boleh terjadi, dan harusnya disadari sedari awal. Jika baru sekarang disadari, maka akan menjadi pertanyaan besar, kemana pemimpin negeri selama ini?
Realita ini juga mengindikasikan tidak adanya kemajuan pendidikan di negara kita. Bukankah masalah tidak meratanya prasarana infrastruktur, akses dan kualitas bahkan sampai frustasi karena sinyal ataupun jarak menuju sekolah. Hal ini bahkan sudah terjadi bertahun-tahun lamanya, seolah menjadi kisah klasik? Menjadi pertanyaan pula, bagaimana kinerja pemimpin kita.
Hal pertama kali yang perlu dikuliti adalah hak individu memperoleh pendidikan. Padahal sudah sangat jelas dalam konstitusi Indonesia, hak pendidikan dijamin oleh Undang-Undang Dasar 1945, yang menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan yang layak. Kata "layak" berarti sarana prasarana pendidikan harus memadai. Nyatanya saat ini banyak sekolah-sekolah yang kurang layak sebagai tempat belajar mengajar.
Berbeda tatkala Islam dijadikan sebagai landasan bernegara. Islam memandang pendidikan sebagai salah satu kebutuhan pokok yang harus dipenuhi negara untuk setiap individu warga negara. Oleh karena itu, negara Islam akan menyediakan fasilitas sarana prasarana, lingkungan yang tidak membiarkan kebebasan berprilaku, infrastruktur, mulai dari kendala sinyal ataupun jarak, gedung-gedung hingga buku pelajaran secara memadai, berkualitas, dan merata.
Pemimpin juga senantiasa mengingat sabda Rasulullah saw. berikut ini:
الإ ِÙ…َامُ رَاعٍ ÙˆَÙ…َسْئُولٌ عَÙ†ْ رَعِÙŠَّت
“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. Bukhari)
Hadis ini bermakna, seseorang yang diserahi amanah kepemimpinan maka kelak akan diminta pertanggungjawabannya, apakah diurus dengan baik atau tidak.
Dengan demikian, pemimpin akan melaksanakan tanggung jawab mengurus rakyat, termasuk mengurus pendidikan dengan sangat baik. Anggaran yang diperuntukan bagi infrastruktur akan digunakan sebaik mungkin agar terjadi pemerataan infrastruktur. Apalagi dalam Islam, ada sanksi yang membuat jera bagi pemimpin yang melakukan korupsi.
Penting diketahui juga, bahwa di dalam sejarah panjang kekhilafahan, terdapat beberapa kota yang menjadi pusat pendidikan seperti Madinah, Baghdad, Damaskus, dan Al-Quds. Akan tetapi, realita ini tidak menjadi alasan tidak meratanya sarana prasarana infrastruktur pendidikan di berbagai wilayah. Apalagi Islam memandang pendidikan sebagai kebutuhan primer rakyat, dan sebuah investasi untuk masa depan generasi.
Demikianlah, akan selalu kita temui pendidikan yang memilki beragam permasalahan, apabila tetap menjadikan akidah sekuler sebagai landasan bernegara. Sebaliknya, dengan Islam pendidikan akan menemui kecemerlangan di berbagai sudut negeri tanpa adanya ketimpangan.
Wallahualam bissawab.
Post a Comment