Akibat Sistem Kapitalis, Kriminalitas Semakin Marak


Oleh Ari Wiwin


Masjid sejatinya adalah rumah Allah Swt. tempat beribadah umat muslim. Seharusnya  orang-orang berpikir ribuan kali untuk berbuat maksiat takut karena ada Dzat yang Maha Mengawasi selama 24 jam. Namun, faktanya ada saja oknum  yang abai akan hal itu dan nekad berbuat dosa di dalamnya .


Beberapa waktu lalu sempat viral di media sosial, seorang pria yang berani membobol kotak amal di masjid Uswatun Hasanah Komplek Bina Karya, Desa Cimekar Kecamatan Cileunyi Kabupaten Bandung. Terlihat dalam CCTV seorang pria menggunakan jaket hitam tengah berjalan dan mendekati, membuka dan mengambil uang yang ada di dalamnya yang diduga nominalnya sekitar 1 jutaan. (JabarEkspres.com Jumat 19/4/2024) 


Itu hanyalah satu contoh saja yang terlihat di CCTV, karena pencurian kotak amal serupa kerap terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa kejahatan atau kriminalitas di negara ini semakin meningkat. Bentuknya pun semakin beragam. Ada yang berskala besar contohnya korupsi dan juga ada yang kecil seperti kasus di masjid tadi. Namun kedua perbuatan itu tetap termasuk perbuatan terlarang yang tidak seharusnya dilakukan.

Maraknya pencurian, korupsi dan beberapa berbagai kriminalitas menunjukkan bahwa ada yang salah dalam kehidupan masyarakat saat ini, mereka semakin jauh dari kata sejahtera bahkan semakin banyak yang terkategori  miskin. Dengan  harga bahan pokok yang semakin mahal serta sempitnya lapangan pekerjaan yang tersedia,   membuat segala sesuatu semakin sulit dan beban hidup pun kian berat. Kebodohan pun mengancam, dikarenakan mahalnya biaya pendidikan  semakin melambung tinggi. Keterbatasan modal menjadi salah satu faktor penyebabnya, selain itu juga lemahnya keimanan yang ada pada individu tersebut semakin memicu maraknya terjadi kejahatan. 


Inilah akibat dari gagalnya kapitalisme yang diterapkan selama ini, dengan sekularisme yang menjadi asasnya telah berhasil menjauhkan agama dari kehidupan, dan menjadikan standar kebahagiaannya sebatas pada materi dan asas manfaat sebagai tolok ukurnya. Negeri yang dikenal gemah Ripah loh jinawi ini justru rakyatnya dikenal miskin dan kekurangan. Sumber daya alam  berlimpah yang seharusnya bisa menyejahterakan penduduknya justru diserahkan pengelolaannya kepada pihak asing atau aseng. SDA yang banyak tidak lagi menjadi berkah karena  tidak dirasakan manfaatnya karena hasil buminya hanya bisa dikuasai oleh segelintir orang.  Peran negara yang seharusnya mengayomi tidak lebih hanya sebagai regulator saja. Akhirnya masyarakat pun harus berjuang sendiri untuk bertahan hidup dengan berbagai cara, hingga pada akhirnya memilih jalan kriminalitas sebagai pintu terakhir. 


Sangat jauh berbeda dengan Islam Allah Swt. telah menetapkan bahwa  seorang pemimpin adalah pengayom bagi rakyatnya. Ia bertanggung jawab atas urusan mereka. Rasulullah saw. beliau bersabda : 


"Imam (khalifah) adalah pengurus rakyat dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya." (HR. Bukhari) 


Menurut hadis di atas seorang penguasa akan bertanggung jawab atas rakyatnya, karena semua yang dilakukannya akan di hisab atau di pertangunggungjawabkan kelak di akhirat. Oleh karenanya, seorang pemimpin akan memenuhi seluruh kebutuhan masyarakat baik berupa sandang, pangan, ataupun papan,  keamanan juga kesejahteraan. 


Negara akan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi masyarakat, laki-laki yang sudah balig akan didorong untuk bekerja. Penguasa juga berwenang memanfaatkan sumber daya alam serta bahan tambang untuk dikelola dan akan dikembalikan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat.

Dengan begitu, rakyat telah merasa terpenuhi kebutuhannya, dan tidak terpikir jalan pintas untuk sekedar menafkahi keluarganya. Sementara itu, negara juga akan memastikan terjaganya suasana iman, agar masyarakat senantiasa taat juga patuh terhadap penciptanya dengan tidak mengabaikan perintah dan laranganNya. Menjaga generasi dari kerusakan moral dan senantiasa terikat dengan aturan Allah Swt. Untuk itu, adalah peran ibu sebagai ummu warobatul bait dalam mewujudkan itu semua, selain bertugas untuk mengatur rumah tangga, ia juga akan mendidik anak-anaknya untuk lebih beriman, bertakwa kepada penciptaNya. 


Sudah saatnya kita kembali kepada syariat Allah Swt. karena hanya dalam naungan Islam keamanan akan terjaga serta keberkahan akan muncul dari langit dan bumi. 


Wallahu a'lam bi shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post