Program Makan Siang Gratis, Mampukah Mencetak Generasi yang Berkualitas?

 


Oleh Ria Juwita

Mua Syar’i dan Pendidik Generasi

 

Akhir-akhir ini ramai diberitakan terkait program yang ditawarkan oleh calon Presiden Prabowo, yang akan diterapkan di negara ini, jika beliau terpilih sebagai Presiden negara Indonesia 2024, diyakini menjadi program yang mampu meningkatkan (SDM) yang berkualitas.

 

Airlangga lantas mengungkit program makan siang gratis untuk anak sebagai bentuk investasi SDM. “Ke depan pasangan ini program ke depannya adalah investasi di sumber daya manusia, antara lain dengan makanan gratis bagi (siswa) SD dan SMP dan pendidikan lain,” katanya. Dikutip oleh media online Kompas.com (7/4/2024).

 

Program ini dianggap sebagai bentuk investasi (SDM), dan berpeluang membentuk generasi unggul. Bentuk keseriusan dalam menjalankan program ini, calon Wakil Presiden Gibran, telah mengirimkan tim Prabowo-Gibran langsung ke India. Untuk melakukan penelitian terkait program makan siang gratis dan bertujuan mempelajari dan mencontoh negara tersebut, agar tidak memberatkan pengeluaran negara (APBN).

 

Padahal untuk membentuk (SDM) yang berkualitas tidak sesederhana itu, diperlukan banyak faktor pendorong. Bukan hanya faktor konsumsi atau makanan saja. Dari hal yang mendasar  pendidikan dari rumah, peran ibu dan keluarga, program kurikulum pendidikan yang disiapkan negara, sistem ekonomi yang menopang sistem pendidikan. Namun, sistem ekonomi yang diterapkan di negara ini adalah sistem kapitalis-sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan), sistem ini terlahir dari pemikiran Barat, dan tentu saja sistem yang rusak. Sistem kapitalis tidak menjamin seluruh generasi mampu menikmati pendidikan, karena dalam sistem ini, pendidikan cenderung mahal, makan siang gratis dinilai tidak akan mampu mencetak (SDM) yang berkualitas, karena (SDM) yang berkualitas, bukan hanya dari fisik yang kuat tapi juga mental yang sehat.

 

Sistem kapitalis membentuk generasi liberal (buah pemisahan agama dari kehidupan), sehingga terbentuk generasi yang rentan dan lemah. Program makan siang gratis tidak ada kaitannya dengan pembentukan (SDM) yang berkualitas, dan bukan sebuah solusi untuk memecahkan permasalahan dari akarnya, bahkan rentan menjadi bahan untuk praktik korupsi. Gizi yang buruk terlahir dari taraf ekonomi yang lemah, peran ayah yang tidak mampu memenuhi kebutuhan pemenuhan  gizi berkualitas, karena begitu sulitnya lapangan pekerjaan. Dan makin mahalnya kebutuhan pokok. Ini adalah problem sistematik, bukti negara gagal menyejahterakan rakyat.

 

Dalam sistem Islam

 

Negara diwajibkan menjamin kesejahteraan rakyatnya, dengan menyediakan lapangan pekerjaan, menjamin pendidikan untuk setiap rakyatnya dari semua kalangan, berhak mendapatkan pendidikan.

 

Wajib menerapkan sistem ekonomi Islam, sistem pendidikan Islam, kurikulum Islam, muamalah, pergaulan dan sistem Islam lainnya. Akan mewujudkan terbentuknya generasi yang memiliki  kepribadian yang mulia dan berkualitas.

 

Tentu sistem Islam adalah satu-satunya sistem yang benar, karena aturannya berasal dari Sang Pencipta, yang mampu memecahkan problematika dan kebutuhan  makhluk ciptaannya, berbeda dengan sistem kapitalis-sekularisme, sistem yang rusak yang hanya melahirkan kesengsaraan rakyat.

 

Wallahualam bissawab

 

 

 

 

 

 

 

Post a Comment

Previous Post Next Post