PHK Massal Jelang Lebaran Mengancam Kesejahteraan


Oleh: Rifdah Reza Ramadhan, S.Sos.


Di tengah kisruh persoalan menjelang pembagian Tunjangan Hari raya (THR) bagi para pekerja, nyatanya banyak dari pekerja yang justru terhimpit karena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) massal yang tentunya mengancam kesejahteraan bagi para pekerja bahkan keluarganya. 


Sebagaimana yang terjadi pada industri tekstil dan produk tekstil (TPT) nasional. Dikabarkan PHK terus meningkat menjelang momen pembayaran THR keagamaan Lebaran 2024. PHK itu ditengarai sebagai modus perusahaan untuk menghindari pembayaran THR. Tren ini nyatanya sudah banyak terjadi pada kisaran tahun 2018-2019. PHK dikemas sedemikian rupa karena manajemen memang mengatur supaya kontrak pekerja habis mendekati masa bayar THR atau seminggu sebelum lebaran. (CNBC Indonesia, 27.03/2024).


Hal ini dipertegas oleh Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Nusantara (KSPN) Ristadi. Hal ini bukanlah sekali terjadi, modus PHK jelang pembayaran THR menjadi fenomena yang marak terjadi dalam beberapa terakhir. “Modus manajemen pengusaha memberhentikan atau PHK sebelum masuk waktu timbul hak THR, sebulan sebelum hari raya, itu sudah berlangsung sejak lama,” kata Ristadi saat dihubungi. (Ekonomi.bisnis.com, 27/03/2024).


Ini menunjukkan masih lemahnya negara memberi perlindungan terhadap kestabilan pekerja yang berdampak pahit pada para pekerja secara luas. Sungguh ini adalah keniscayaan di dalam sistem ekonomi kapitalisme. Negara hanya bekerja sebagai regulator yang berpihak pada oligarki dan kepentingan pengusaha, sedangkan abai atas kepentingan rakyat. Padahal seharusnya rakyat menjadi pihak yang mendapatkan perlindungan, fasilitas, dan terpenuhi segala urusannya dengan baik dari negara.


Di sisi lain, pada realitasnya pemerintah hanya menjamin biaya hidup individu yang menjadi bagian dari pegawai pemerintah (ASN). Mereka mendapatkan jaminan baik dari kesehatan, fasilitas publik, dan dana pensiun. Sedangkan masyarakat di luar itu (non-ASN) merasakan kehausan atas jaminan-jaminan tersebut. Inilah salah satu gambaran bahwa kesejahteraan yang diberikan penguasa masih jauh dari kata merata.


Padahal, penguasa adalah pemelihara urusan umat sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Imam/Khalifah itu laksana gembala (raa’in), dan dialah yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya.” (HR Bukhari dan Muslim).


Atas landasan Islam, maka akan senantiasa terlihat bahwa di dalam Islam kesejahteraan berfokus kepada kepentingan rakyat termasuk melindungi para pekerja. Hal itu dimulai dari jaminan keamanan maupun kemudahan modal dan regulasi lainnya.


Penguasa di dalam sistem Islam pun bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan masyarakat, yaitu sandang, pangan, dan papan. Tentu bila penguasa melalaikannya, maka masuk kedalam perilaku menzalimi rakyat dan berlepas tangan atas perannya sebagai seorang pemimpin.


Maka, menjadi faktor struktural yang terus berkutat pada problematika selama landasan dari ekonomi dan peraturan kerja masih berlandas pada kapitalisme. Sebab, di sini yang menjadi prioritas bukanlah rakyat, tetapi sosok penguasa dan pengusaha. Keduanya akan melakukan berbagai cara untuk menguntungkan dirinya termasuk memilih cara dengan melakukan PHK massal ini sebagai celah untuk berlepas tangan dari pembayaran THR.


Di sinilah tergambar bahwa untuk menyelesaikan problematika itu, perlu merujuk pada aturan yang memprioritaskan kepentingan rakyat. Semua itu ternyata sudah tertuang lengkap di dalam sistem Islam. Islamlah yang menjadi keniscayaan adanya jaminan atas kesejahteraan melalui mekanisme, sehingga rakyat jauh dari penderitaan dan tentunya ternaungi  dengan kesejahteraan di dalam hidupnya.


Di dalam sistem Islam, pemimpin berusaha maksimal untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi rakyatnya, menjamin jalur perolehan harta yang halal, dan menutup berbagai celah pengelolaan harta yang menyimpang dari hukum syarak alias haram seperti pinjol, judi online, riba, dan lainnya. Sungguh hanya Islam yang memberikan pendetailan mendalam untuk menyelamatkan rakyatnya dari jeratan kesengsaraan dunia dan mengantarkan rakyat pada kesejahteraan selama hidup.


Bahkan penerapan Islam secara menyeluruh dapat memperkuat pula hubungan dengan Sang Pencipta yaitu mengantarkannya rakyatnya menuju kepatuhan dan memfasilitasinya dalam lingkungan yang mendukung. Semua itu tidak lain untuk menyelamatkan rakyat di dunia bahkan sampai pada kehidupan setelahnya.


Wallahu a’lam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post