Sungguh dada ini sesak saat menuliskan coretan ini. Air mata tak terbendung saat membaca berita terkait nasib nakes yang selalu didera nestapa.
Pena ini tak bisa berdiam untuk menggoreskan betapa marahnya saya sebagai warganegara, rakyat yang senantiasa dihadapkan pada nasib generasi pilu yang tiada henti. Bagaimana tidak, jika saja kita hitung-hitungan balas jasa, para nakes adalah orang yang berada di garda terdepan dalam menyelamatkan para pasien. Mari ingat kembali, saat Covid-19, siang malam mereka bekerja dipenuhi risiko yang amat besar. Sampai sekarang pun mereka tetap berhadapan dengan ancaman penyakit menular setiap saat. Namun sayangnya beban dan risiko kerja tersebut tidak sebanding dengan insentif yang didapat.
Saat ini nasib para nakes kembali merana. Salah satunya yang terjadi di Manggarai NTT. Mengutip viva.co.id, 14/4/2024, Bupati Manggarai, NTT, Herybertus G.L. Nabit, memecat 249 nakes non-Aparatur Sipil Negara (ASN). Pemecatan tersebut dilakukan setelah ratusan nakes non-ASN tersebut berdemonstrasi menuntut perpanjangan kontrak kerja dan kenaikan upah. Herybertus menganggap aksi tersebut sebagai bentuk ketakdisiplinan dan ketakloyalan bawahan pada atasan.
Jaringan Tenaga Kesehatan Indonesia (Jarnakes) mengecam keputusan ini. Demonstrasi sebagai bagian dari kebebasan berpendapat yang dilindungi undang-undang dilakukan. Selain telah membuat merana untuk para nakes, pemecatan tersebut pun selanjutnya akan berdampak pada kualitas layanan kesehatan di daerah tersebut lantaran SDM nakes berkurang dengan signifikan.
Ketua DPRD Kabupaten Manggarai Matias Masir mengatakan bahwa ratusan nakes yang berdatangan bukan untuk berdemonstrasi, melainkan hanya ingin berdialog dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama DPRD. Permintaan mereka tidak berlebihan, mereka hanya minta gajinya dinaikkan dari Rp600 ribu sebab sangat jauh dari UMR NTT (sekitar Rp2 juta lebih).
Masir pun mendapat informasi bahwa para nakes yang dipecat per 1 April 2024 tersebut ternyata mereka belum digaji sejak Januari 2024, bahkan ada yang bekerja secara sukarela selama dua tahun alias bekerja tanpa dibayar. Masuk 2012 tanpa digaji, 2014 digaji Rp400 ribu per bulan, lalu naik menjadi Rp600 ribu per bulan, dan hingga kini masih belum diangkat menjadi ASN. (Viva News, 14/4/2024).
Kapitalis Sekuler Serakah Raja Tega
Tragis. Sesungguhnya para nakes yang merana bukan hanya terjadi di Manggarai NTT saja. Di wilayah lain pun banyak yang bernasib sama. Menurut Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI), fenomena upah rendah pada nakes memang masih menjadi PR bangsa. Masih ada 34,5% nakes dan tenaga kerja medis yang mendapat gaji di bawah UMR. Secara nasional satu dari tiga pegawai Puskesmas digaji di bawah UMR.
Di negeri kapitalis, anggaran selalu menjadi alasan klasik penyebab gaji para nakes jauh di bawah UMR. Penguasa sering kali kekurangan dana untuk menggaji para honorer, padahal jika dicermati, kecilnya gaji nakes akan sangat berdampak pada menurunnya efektivitas dan inisiatif kerja. Akibatnya para nakes mencari kerja sampingan untuk bisa memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Kondisi ini menjadikan kualitas pelayanan kian menurun.
Alasan klasik. Si kapitalis raja tega, telah membuat pemerintah selalu kekurangan dana dalam menggaji para nakes. Sistem yang diterapkan menyebabkan negara miskin papa hingga tidak bisa menggaji para pegawainya. Sistem ini membiarkan SDA dikelola swasta asing aseng, hingga keuntungan besar pun bukan untuk negara namun untuk mereka, hingga pundi negara tak mencukupi untuk berikan hak pegawainya.
Jika menelisik NTT, emas, batu bara, nikel, tembaga, dll. ada di sana. Sayang beribu sayang, semua SDA dikelola oleh asing sehingga rakyat tak merasakan manfaatnya. Wajar, gaji nakes jadi tak beres.
Penguasa oligarki produk kapitalis raja tega lebih melindungi kepentingan para pengusaha dibanding kebutuhan rakyatnya. Alhasil, banyak penguasa yang tidak empati pada rakyatnya yang kesusahan hingga mati kelaparan. Penularan sifat serakah dan raja tega begitu merasuk dalam hidup para penguasa.
Sebetulnya, kasus rendahnya upah bukan hanya terjadi pada nakes saja. Di bidang lain pun sama, seperti guru honorer, buruh pabrik, buruh tani, dan sebagainya. Mereka bekerja banting tulang kepala jadi kaki, kaki jadi kepala, tetaplah upah yang didapat tidak sepadan. Kapitalis sekuler raja tega telah membuat persoalan selalu tak diatasi sehingga kesejahteraan masyarakat tak dapat terwujud.
Ikhtitam
Saat ini sistem kapitalisme telah menjadikan negara mengabaikan hak rakyatnya, tidak terkecuali hak sehat dan hidup layak. Jaminan hidup sejahtera jauh panggang dari arang. Aturan kepemilikan tidak terwujud di dalamnya hingga SDA dengan leluasanya dikelola bahkan dimiliki oleh individu.
Berbeda dengan sistem Islam. Dalam sistem pemerintahan Islam (Khilafah), negara wajib mengelola SDA dan memberikan hasilnya pada rakyat, baik dalam bentuk SDA yang bisa langsung dikonsumsi ataupun dalam bentuk fasilitas-fasilitas umum, seperti RS dan lainnya. Ini karena SDA sejatinya adalah milik rakyat yang tidak boleh dikuasai oleh segelintir orang, haram jika dikelola dikuasai bahkan dimiliki individu atau pun asing.
Pengaturan kepemilikan mampu atasi persoalan upah rendah. Dalam sistem Islam pemasukan negara sangat melimpah dari hasil SDA. Bukan hanya upah yang tinggi bagi nakes, tetapi juga fasilitas kesehatan yang mumpuni dan merata akan ada di seluruh wilayah. Kekuatan baitul mal dimiliki oleh sistem Islam secara mandiri tanpa ketergantungan pada asing aseng.
Sistem Islam mampu menjadikan penguasa sebagai raa’in dan junnah, hingga dia mampu mengurus dan melindungi rakyatnya. Seluruh urusan rakyat yang menjadi tanggung jawabnya dipenuhi sesuai kewajibannya. Keniscayaan pemenuhan kebutuhan pokok, seperti kesehatan, sangat dijamin dalam peri'ayahannya.
Pusat-pusat kesehatan masyarakat tersebar merata dengan kualitas terbaik disertai tenaga medis dan tenaga kesehatan yang mumpuni. Upah sepadan direalisasikan, rakyatnya diberikan pelayanan dengan sebaik-baik pelayanan. Semua kendali sistem kesehatan berada dalam tanggung jawab negara, haram di bawah kendali swasta.
Dalam sistem Islam negara selalu memastikan seluruh rakyatnya mendapatkan pelayanan yang sama. Negara juga memastikan seluruh rakyatnya hidup layak. Rakyat dapat mengakses rumah yang layak, mengakses air bersih, lingkungan dengan sanitasi yang baik, dan juga termasuk menjamin pangan yang beredar di tengah masyarakat senantiasa bergizi kaya nutrisi, bukan asal kenyang yang penting makan.
Demikianlah dalam sistem Islam, nasib nakes pun tak kan dibiarkan merana sebagaimana ketidakbecusan sistem kapitalis menanganinya. Sistem Islam tak akan membiarkan aset beralih kendali pada asing aseng swasta oligarki radikal, hingga perampokan harta negara tak kan terjadi.
Sistem Islam pun tak akan membiarkan penguasanya kehilangan kepedulian pada nasib rakyatnya. Penguasa akan senantiasa mengurusi umat dengan sepenuh hati. Inilah jaminan kehidupan berkualitas pada manusia yang tidak dimiliki oleh sistem mana pun selain Islam. Sistem yang meniscayakan kesejahteraan sesuai fitrah ilahi Rabbul Izzati.
Wallaahu a'laam bisshawaab.
Post a Comment