Makan Siang Gratis: Cukupkah Menyejahterakan Peserta Didik?

 



Oleh Triana Amalia

(Aktivis Muslimah)


Salah satu program unggulan yang diusung oleh pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo–Gibran yaitu program makan siang gratis digadang-gadang akan menjadi faktor kemajuan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia. Wakil presiden terpilih 2024, Gibran Rakabuming Raka mengaku mengirimkan tim Prabowo–Gibran ke India untuk belajar mengenai makan siang gratis. Harapannya agar program makan siang gratis ini tidak memberatkan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). 


Gibran melanjutkan penjelasan mengenai keberangkatan timnya ke India bahwa menurut Duta Besar India Shri Sandeep Chakravorty satu anak itu diberi makan siang senilai 11 sen dollar karena sangat efisien central kitchen-nya, logistiknya, efisien. Dengan mencontoh India, Gibran berharap bisa menyusun skema terbaik untuk diterapkan di Indonesia. Selain itu, ia juga ingin belajar distribusi program makan siang gratis hingga efek dari program tersebut. (detikJateng, 02/04/2024)


Di sisi lain, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkit program makan siang gratis untuk anak sebagai bentuk investasi SDM. Investasi SDM yang dimaksud itu tertuju kepada siswa SD, SMP, dan pendidikan lain. Program ini diyakini akan membawa Indonesia lepas dari middle income trap. Itulah hal yang disampaikannya saat menerima dukungan dari organisasi hasta karya Golkar, yakni Pengajian Al Hidayah dan Himpunan Wanita Karya (HWK) di Hotel Le Meridien, Jakarta. Arlangga pun menegaskan bahwa kualitas SDM dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia. Dia menyebut peran ibu juga penting dalam mendidik anak-anaknya yang kelak akan menjadi tulang punggung negara.(Kompas.com, 07/04/2024)


Middle income trap merupakan kondisi ketika negara berhasil mencapai tingkat pendapatan menengah, tetapi tidak dapat keluar dari tingkatan tersebut untuk menjadi negara maju. Harapan Indonesia jika ingin menjadi negara maju menurut sistem ekonomi kapitalisme yaitu dengan cara meningkatkan kualitas SDM. Pandangan pasangan calon presiden dan wakilnya itu bahwa Indonesia akan maju jika program makan siang gratis berjalan. Apakah cukup hanya diberi makan di siang hari generasi muda Indonesia akan otomatis berkualitas? Sejatinya, kualitas SDM dipengaruhi banyak hal, tidak hanya faktor makanan apalagi hanya di siang hari.

 

Terselenggaranya program ini juga masih dipertanyakan sumber dananya mengingat masih mengguritanya budaya korupsi di negara Indonesia. Program makan siang ini akan menjadi peluang besar melahirkan koruptor baru. Kualitas SDM akan berkualitas jika generasi mudanya sehat secara fisik dan mental. Sayangnya, negara di bawah cengkeraman sistem pemerintahan yang berfokus pada materi bernama kapitalisme ini tidak memedulikan kesehatan mental generasi muda. 


Sungguh ironis, ketika penguasa negara Indonesia merencanakan kebijakan mencetak generasi emas, tertapi hanya menjadi tumbal ekonomi. Segala sesuatu akan dianggap komoditas ekonomi. Apabila pembangunan generasi sekadar berdasar pada pemenuhan kebutuhan perut saja, pada suatu waktu akan menemukan titik jenuhnya. Generasi muda justru membutuhkan pendidikan yang membangun pemikiran yang membentuk dan memperkuat persepsi serta pemahaman terhadap sesuatu. 


Kebijakan yang hanya berfokus pada isi perut belum tentu mengarahkan generasi pada standar hidup hakiki serta ukuran halal dan haram bagi kehidupan tersebut. Kurikulum pendidikan yang diterapkan adalah faktor utama dalam masalah generasi muda yang ingin berkualitas. Disusul sistem ekonomi yang menopang sistem pendidikan. Program makan siang gratis tidak menjamin terpenuhinya akses pendidikan bagi seluruh kalangan. Sistem kapitalisme menciptakan pendidikan menjadi barang mahal yang bisa diakses oleh kalangan tertentu saja. 


Jika saja negara mampu menyelenggarakan sistem pendidikan yang bisa diakses kalangan bawah, itu pun masih rendah. Negara yang dicengkeram sistem kapitalisme itu tentu memisahkan agama dari kehidupan (sekularisme).  Anak-anak pun tumbuh dengan tidak memahami jati dirinya. Mereka bertumbuh menjadi generasi bebas atau liberal jauh dari pemahaman agama. Mereka hidup jauh dari Allah yang Maha Menciptakan. Ukuran kemuliaan hidup digambarkan sebatas materi. Mereka tidak memahami hakikat kehidupan sebagai hamba Allah, sehingga mentalnya lemah. Ketika dihadapkan pada persoalan hidup, mereka tak mampu menyelesaikannya hingga tuntas. Bahkan cenderung mencari jalan pintas, contohnya bunuh diri. Persoalan ini tidak ada kaitannya dengan makan siang gratis yang dicanangkan kepemimpinan baru negeri ini. 


Pandangan penguasa terhadap banyaknya anak sekolah yang belum mampu mengakses kebutuhan pokok, berupa pangan yang mencukupi dan bergizi adalah gambaran bukti gagalnya pemerintah dalam menjamin kesejahteraan rakyat setiap individu. Saat ini, banyak laki-laki yang berperan sebagai ayah yang menganggur disebabkan minimnya lapangan pekerjaan dan rendahnya keterampilan, akibatnya mereka tidak mampu memenuhi kebutuhan keluarga dengan baik. Masalah ini tidak hanya cukup dipenuhi kebutuhan perutnya karena ini merupakan masalah sistemis.


Generasi yang unggul bagaikan emas hanya akan terwujud di sistem pemerintahan Islam. Sistem pemerintahan yang wajib menjamin kesejahteraan warganya per individu, termasuk anak sekolah. Hal ini akan mewujudkan generasi berkualitas. Maka, negara wajib menerapkan ideologi Islam untuk mengubah kesejahteraan rakyatnya. Sesuai dengan firman Allah Taala, “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.” (QS Ar-Ra’d [13]: 11)


Hal pertama yang diubah adalah sistem ekonomi yang berlandaskan Islam, berupa diwajibkannya setiap kepala rumah tangga bekerja. Lapangan pekerjaan pun akan disediakan oleh negara. Tidak seperti sistem kapitalisme di mana orang tua dua-duanya sibuk bekerja. Sehingga tidak ada yang memperhatikan kesehatan mental anak-anak. 


Kepala negara dalam sistem pemerintahan Islam (khalifah) akan mendorong masyarakat saling menolong jika ada yang mengalami kesulitan keuangan dan ditimpa kemiskinan. Keluarga dan tetangga akan turut membantu mereka yang dalam kondisi kekurangan dengan berbagai cara yang diatur oleh syariat Islam, seperti zakat dan sedekah. Sistem perekonomian Islam yang membagi konsep kepemilikan yakni kepemilikan individu, umum, dan negara hanya ditujukan untuk kemakmuran rakyat. 


Sistem pemerintahan Islam akan memudahkan seluruh rakyat mengakses sandang, pangan, papan yang layak. Kebijakan sistem pemerintahan Islam dalam ketahanan pangan dipastikan dapat memenuhi gizi masyarakat sehingga memampukan siapa pun berpikir optimal dalam memahami Islam dan syariat. 


Selain itu, sistem pendidikan Islam dengan pendanaan gratis dan kurikulum berkualitas berbasis akidah Islam akan membimbing umat memiliki mental yang kuat. Generasi akan memahami jati dirinya sebagai hamba Allah dengan benar. Sungguh, penerapan sistem ekonomi Islam dan sistem Islam lainnya akan menjamin terwujudnya generasi berkualitas dan berkepribadian mulia. Profil generasi Islam yang kuat fisik dan mentalnya sangat mudah terwujud dalam negara yang menerapkan Islam kafah. 


Wallahualam bissawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post