Benarkah Pelatihan Vokasi Berkualitas Mampu Wujudkan Kesejahteraan?


Oleh Sri Rahayu Lesmanawaty
 (Aktivis Muslimah Peduli Generasi)


Pelatihan vokasi merupakan bagian dari program sekolah vokasi. Bidang vokasi  berbeda dengan pendidikan. Jika pendidikan mengadopsi 60% teori dan 40% praktik, vokasi mengadopsi 40% teori dan 60% praktik. Dengan ini,  bidang vokasi akan menghasilkan tenaga kerja yang ahli dalam suatu bidang yang keahlian ini diharapkan menjadi senjata ampuh untuk berjuang di pasar kerja baik lokal maupun global.


Terkait vokasi, di Indonesia saat ini sedang menjadi andalan. Untuk menciptakan tenaga kerja yang siap menghadapi tantangan, pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mengadakan pelatihan vokasi sebagai bentuk komitmennya dalam upaya menaikkan kompentensi para tenaga kerja. Disampaikan bahwa pelatihan vokasi yang berkualitas merupakan pelatihan vokasi yang sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dengan mengutamakan link and match ketenagakerjaan.(detikNews, 22/3/2024).


Ternyata Program pemerintah ini mendapat sambutan baik dari berbagai pihak, terutama masyarakat menengah ke bawah.  Mereka berharap dengan adanya pelatihan ini pekerjaan mudah didapat. Mereka pun menganggap dengan adanya program ini, mereka dapat memperbaiki hidup dan kesejahteraan.

Apakah benar demikian?


 *Terjebak Sistem* 


Pelatihan vokasi yang disiapkan pemerintah diawali dengan survei kepuasan industri. Ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa skema link and match berjalan dengan baik.


Bekerja sama dengan Kemendikbutristek kurikulum MBKM pun disahkan untuk diterapkan di setiap jenjang pendidikan. Dengan penerapan kurikulum ini, diharapkan seluruh anak bangsa terkondisikan sejak dini dan siap menyambut dunia kerja.


Namun sangat disayangkan, saat gelora kesiapan anak bangsa berkobar hadapi dunia kerja, pelatihan yang disesuaikan dengan permintaan industri justru menjadikan  mereka seperti budak industri. Segala sesuatu dilakukan sesuai dengan permintaan pasar. Jika saat ini  jurusan tertentu lebih dibutuhkan, beberapa tahun lagi mungkin bukan lagi jurusan tersebut yang diperlukan. Kondisi  ini akan menyulitkan angkatan kerja. Mereka terbawa  dalam arus yang menyeret diri  mereka untuk  terus memenuhi kualifikasi industri. Saat keahlian mereka tidak lagi sesuai kriteria,  maka mereka harus mengikuti lagi pelatihan vokasi yang lain. Akhirnya mereka disibukkan dalam arena pencarian kerja. Mereka pontang panting mencari materi lalu terjebak oleh sistem yang selalu mengarahkan pada kepuasan duniawi.


Penerapan sistem kapitalisme yang menganggap materi sebagai sumber kebahagiaan tertinggi dan ditopang oleh ide sekuler yang menjadikan akal manusia sebagai hakim tertinggi dalam setiap keputusan, perolehan  keuntungan yang menjadi tujuan  membuat dunia industri dan usaha berjalan sesuai kehendak para pemodal bercuan banyak.


Para pemodal diberikan kebebasan untuk menentukan upah, sistem perekrutan pekerja, dll. sebagaimana tercantum dalam Omnibus Law. Banyak sekali pasal yang merugikan para pekerja,  didemo para pekerja ketika hari buruh pun penguasa tak bergeming. Sehingga bisa ditarik benang merahnya,  sebanyak apa pun  pelatihan vokasi, sejahtera untuk  tenaga kerja tetap tak terealisasi.


Sistem kapitalisme sekuler menjadikan negara lalai dalam melayani rakyatnya. Negara lalai membangun sistem pendidikan dengan paradigma yang benar,  walhasil semua pendidikan  mengikuti kemauan dunia industri. 


Dalam sistem ini, pendanaan pelatihan vokasi  dibagi rata.  Perusahaan tak perlu mengeluarkan banyak biaya untuk pelatihan,  hanya  separuh, kemudian tinggal menunggu pelatihan selesai lalu mereka langsung mendapatkan tenaga kerja ahli. Jebakan kapitalisme di dunia industri via vokasi, menjadikan negara secara tidak sadar bagaikan  pabrik penyedia tenaga kerja, sedangkan perusahaan terima jadi. Mereka suka maka dipakai, jika tak sesuai mereka buang.

 

 *Vokasi  dalam Asuhan Sistem Islam* 


Dalam sistem Islam  pendidikan vokasi akan  mewujudkan tenaga terapan yang terampil, bukan hanya untuk pribadi, namun juga  untuk  kepentingan rakyat yaitu  untuk mendukung berjalannya fungsi negara sebagai pengelola urusan rakyat. 


Dalam sistem Islam pendidikan vokasi pun akan sangat terikat dengan terwujudnya produk pribadi yang tangguh berkepribadian Islam yang sempurna. Sehingga saat keahlian didapat, kontribusi mereka sangat signifikan untuk majunya sebuah peradaban. Mereka menjadi garda terdepan yang hebat dalam membangun sebuah negara yang berdaulat, mandiri tanpa terikat dengan asing dan aseng perihal ketenagakerjaan.


Dalam sistem Islam negara tidak boleh terpaku pada kepentingan korporasi. Negara harus menyediakan industri secara mandiri, sehingga saat pelatihan vokasi terselenggara bukanlah untuk konsumsi industri sesuai maunya korporasi. Dengan misi dakwah ke seluruh penjuru dunia,  negara  membuka berbagai macam industri yang dibutuhkan.  Maka  tenaga kerja hasil pelatihan vokasi berkontribusi dalam  menjalankan industri tersebut. Para ahli terapan senantiasa  dibutuhkan tanpa harus jadi pengangguran.


Dalam sistem Islam, upah pun diberikan sesuai dengan hukum syarak. Seorang yang ahli dalam menentukan upah akan disiapkan negara. Dengan sistem pengupahan ini, para pekerja hasil pendidikan vokasi atau pun bukan tidak akan terzalimi. Semua mendapatkan sesuai haknya.


Dengan demikian pelatihan vokasi berkualitas bukanlah penentu terwujudnya kesejahteraan,  karena kesejahteraan merupakan tanggung jawab negara. Baitul mal dengan pemasukannya (SDA, fai, ganimah, jizyah, dll.) sangat cukup untuk memenuhi kebutuhan rakyat. Layanan kesehatan, pendidikan, keamanan hingga fasilitas umum yang murah bahkan bisa gratis dipenuhi oleh negara tanpa menunggu produk pelatihan vokasi diberdayakan. Tak kalah hebatnya, negara dalam sistem Islam mengkhususkan bagi  masyarakat yang tidak mampu untuk memperoleh zakat hingga mereka pun tetap tersejahterakan  tanpa kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.  


Sungguh jika  penerapan sistem Islam benar-benar menjadi tujuan utama dalam menjalani kehidupan, maka konsep kesejahteraan yang hakiki sangat terang benderang untuk diniscayakan tanpa harus melalui konsep lain yang hanya sebatas pemenuhan keuntungan materi saja. Pendidikan vokasi berkualitas pun menjadi niscaya berkonribusi dalam terwujudnya kesejahteraan jika berada dalam naungan sistem Islam yang sempurna dan paripurna (Sistem Khilafah Islamiyyah) karena Allah Ta'ala rida dengan perwujudannya di bumi milik-Nya.


Wallaahu a'laam bisshawaab.

Post a Comment

Previous Post Next Post