Oleh Tutik Haryanti
Aktivis Muslimah
Arab Saudi makin membuka diri terhadap dunia luar, semenjak diangkatnya Putra Mahkota Mohammed Bin Salman (MBS) menjadi raja tahun 2017. Kini MBS telah melakukan perubahan, dengan memberikan ruang lebih bagi kaum hawa dalam segala bentuk aktivitas tanpa ada lagi batasan. Sehingga mampu sejajar dengan kaum adam di sana.
Menurut laporan Middle East Monitor, Arab Saudi telah mengirimkan dutanya yang bernama Rumy Alqahtani, untuk mengikuti Ajang Miss Universe 2024 yang akan diselenggarakan di Meksiko. Ajang Miss Universe ini menjadi bukti, bahwa Arab Saudi kini semakin "terbuka" dan lebih moderat terhadap dunia luar. (media online SindoNews.com, 1/04/2024)
Keputusan Arab Saudi yang mengirimkan dutanya ke kontestasi Miss Universe untuk yang pertama kali ini, sangat mengejutkan dunia, terutama negeri muslim seperti Indonesia. Hal ini menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Pasalnya, Arab Saudi adalah tempat kiblat dan menjadi tonggak sejarah peradaban Islam. Yang sangat menjaga betul perempuan dalam hal adab, privasinya dalam kehidupan sehari-hari. Sejak dipimpin MBS, Arab Saudi telah memberikan kebebasan kepada warganya baik laki-laki maupun perempuan dalam berinteraksi maupun beraktivitas.
Mengapa Arab Saudi kini berubah, dan bagaimana pula Ajang Miss Universe dalam pandangan Islam?
Alasan Perubahan
Kepemimpinan MBS kini telah merubah gaya hidup warganya, terutama perempuan menjadi lebih bebas dalam berinteraksi dan beraktivitas. Perubahan tersebut terlihat telah nyata dijalankan, diantaranya yang pertama diperbolehkannya perempuan mengemudi sejak 2018, sehingga di sana tidak ada lagi larangan mengemudi bagi perempuan.
Kedua, perempuan boleh menghadiri konser dan acara lain yang melibatkan percampuran gender lain. Ketiga, sekitar 2019 MBS menandatangani undang-undang yang tidak mengharuskan perempuan mendapatkan izin laki-laki, bila bepergian atau mendapatkan paspor. Keempat, menghilangkan kewajiban perempuan mengenakan Abaya di depan umum.
Berbagai perubahan yang terjadi di Arab Saudi, sangatlah menarik dunia luar. Langkah baru yang dilakukan MBS ini, tak lain untuk mendorong peningkatan wisatawan dan menarik para investor asing. Langkah ini juga sebagai perwujudan mengikuti Agenda Barat, dalam upaya Promosi Kesetaraan Gender.
Agenda Promosi Kesetaraan Gender inipun menjadi Visi Arab Saudi di tahun 2030. Dengan tujuan untuk mempromosikan reformasi sosial dan budaya, serta mentransformasi digital untuk memodernisasi ekonomi. Sehingga perekonomian Arab Saudi tidak saja mengandalkan dari hasil minyak bumi serta dari jemaah haji dan umrah.
Perubahan ala Kapitalisme Sekuler
Perubahan yang kini terjadi di Arab Saudi tampak begitu jelas. Hal ini tak lain dari pengaruh Arab Saudi yang makin erat menjalin kerjasama dengan Amerika Serikat. Sehingga hegemoni kapitalisme-sekuler dari Amerika kian menghujam.
Kapitalisme yang melahirkan liberalisasi telah memengaruhi adab dan budaya Arab Saudi. Anehnya, hal ini disambut oleh MBS meski mengubah tatanan kehidupan warganya. Ia mulai mengincar potensi perempuan yang mampu bersanding dengan kaum laki-laki dengan alasan kesetaraan gender. Untuk itu perempuan diperbolehkan atau dibebaskan untuk melakukan aktivitas serupa dengan laki-laki. Jika perempuan dapat bermanfaat dan berdaya guna dalam ikutserta meningkatkan pertumbuhan ekonomi, mengapa tidak? Bukankah nanti dapat menghasilkan pundi-pundi, sehingga mampu menopang pemasukan keluarga dan juga negara.
Di sinilah tampak eksploitasi perempuan, yang akhirnya Arab Saudi ikut andil dalam kontestasi Miss Universe. Dalam kontestasi bergengsi dan mendunia bagi kaum hawa ini, tentu menuntut para peserta mampu tampil se-elegan mungkin. Kemampuan peserta akan diuji baik secara fisik maupun nonfisik (intelektual). Secara nonfisik, peserta akan diuji tingkat kecerdasan dan keluasan wawasannya dalam menanggapi berbagai macam persoalan. Sedangkan secara fisik, peserta diminta untuk menunjukkan keindahan tubuhnya sambil tampil berlenggak-lenggok di depan juri dan audiens. Bahkan, peserta harus bersedia mengenakan busana yang menampakkan auratnya, bila tidak mau bisa jadi akan didiskualifikasi. Jelas! ini sangat berseberangan dan melanggar syariat serta budaya negeri Arab sendiri, yang mayoritas kaum muslim.
Beginilah, sistem sekuler-liberal yang menafikkan agama dari kehidupan. Mereka bebas berbuat apapun demi kepuasan dan materi. Agama tidak lagi menjadi tolok ukur dalam melakukan tindakan. Sistem ini sangat jelas merusak kehidupan privasi perempuan. Justru makin menghantarkan mereka pada kemaksiatan, dan melanggar syariat Islam. Lantas masih mau dan berharap dengan sistem kapitalisme-sekuler ini?
Miss Universe dalam Pandangan Islam
Islam sebagai agama yang sempurna dan paripurna telah mengatur seluruh aspek kehidupan. Sampai dengan mengatur terkait kehidupan privasi dan interaksi antar manusia. Dalam Islam sangatlah memuliakan perempuan, sehingga ada batasan-batasan dalam interaksinya, baik di dalam maupun di luar ruangan. Termasuk interaksi dengan sesama maupun lawan jenis.
Oleh karenanya, perempuan diharapkan mampu menjaga marwah dan iffah di manapun berada. Maka dari itu, Allah Swt. Sang Pencipta mewajibkan perempuan untuk menutup aurat setelah mereka balig, agar selalu terjaga kehormatannya. Sesuai firman-Nya dalam (QS. Al-Ahzab:59 dan An-Nur:31)
Berbeda dengan nasib perempuan di sistem kapitalis yang secara bebas dalam bertingkah-laku dan berekspresi. Bahkan mudah diekploitasi secara vulgar, tanpa ada batasan halal dan haram. Asalkan dapat menghasilkan sesuatu yang dapat memuaskan jiwa dan raga, bagi diri pribadi atau orang lain. Sehingga tak heran bila mereka sering kali mengalami pelecehan hingga kekerasan seksual. Tanpa disadari, kelak setiap tindakan dan perilaku tersebut akan diminta pertanggungjawaban oleh Allah Swt.
Disisi lain, Islam juga tidak mengajarkan adanya kesetaraan gender. Laki-laki dan perempuan memiliki kesamaan hanya dalam perihal ketakwaannya kepada Allah Swt. Selain itu, perempuan dan laki-laki sangat berbeda. Laki-laki adalah pemimpin (qawam) bagi perempuan. Sebagaimana tercantum dalam firman Allah Swt. (QS. An-Nisa: 34)
Sudah sesuai dengan fitrahnya, bahwasannya laki-laki bertanggungjawab penuh atas perempuan baik secara nafkah maupun perlindungan. Sedangkan perempuan memiliki kewajiban untuk patuh terhadap laki-laki (suami), selama suami masih terikat dengan syariat.
Bukan seperti di kapitalisme-sekuler yang menyejajarkan antara laki-laki dan perempuan. Sehingga perempuan dapat melakukan apapun sebagaimana laki-laki. Semisal dalam hal mencari nafkah, ini menjadi kewajiban seorang laki-laki (suami). Sistem kapitalis-sekuler makin membuka lebar kehancuran keluarga.
Parahnya, kesetaraan gender yang digadang kapitalisme-sekuler ini, didukung oleh hak asasi manusia (HAM) di dunia. Sehingga orang lain tidak berhak melarang-larang aktivitasnya. Malah bagi yang melarang dapat dikenakan sanksi, karena telah melanggar undang-undang HAM.
Berbeda dengan Islam yang selalu mewajibkan umatnya untuk amar makruf nahi mungkar. Baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan negara. Pemimpin dalam Islam (khalifah), memastikan rakyatnya agar terikat dengan hukum syarak. Rasulullah saw bersabda,
"Imam adalah pemelihara dan dia bertanggung jawab atas rakyatnya." (HR. Al-Bukhari)
Hadis di atas menjelaskan, bahwa seorang pemimpin menjaga akidah dan menyeru umatnya untuk menjalankan syariat, bukan malah menyuruh melakukan tindakan yang melanggar syariat-Nya. Sebab, pemimpin ini kelak akan diminta pertanggungjawabannya atas yang dipimpinnya.
Dengan demikian tidak ada lagi kemaksiatan, atau dapat diminimalisir sehingga kemaksiatan tidak merajalela. Semisal ajang kompetisi Miss Universe yang terbilang bergengsi ini, justru malah merendahkan derajat perempuan dan juga melanggar syariat Islam.
Demikianlah Islam begitu memuliakan dan menjaga kehormatan setiap perempuan, dalam interaksi dan aktivitasnya. Kemuliaan perempuan ini hanya dapat terwujud bila negara menerapkan syariat Islam kafah, dalam naungan Daulah Khilafah 'ala Minhajin Nubuwwah.
Waallahualam bhissawab.
Post a Comment