Perundungan Menyasar Generasi, Output Pendidikan ala Kapitalisme


Oleh: Rahmatul Aini S.Sos 

(Aktivis dakwah) 



Fenomena perundungan (bullying) terus meningkat dikalangan generasi, pasalnya korban mau pun pelaku tak pandang bulu, bahkan tak sedikit anak artis misalnya menjadi korban bullying atau anak pejabat menjadi  pelaku. 

Baru kemarin kasus Bintang Balqis Maulana (14) tahun sempat menghebohkan media sosial pasalnya kematian bintang diduga dianiaya oleh senior nya di salah satu ponpes Kediri Jawa Timur. (CCN.Indonesia)


Perundungan juga menyeret anak artis sekaligus pengacara Sunan Kalijaga, Sean mengalami perundungan di sekolah, Sean sempat dirundung selama 3 kali. (CCN.Indonesia)


Mirisnya, menurut FSGI, kasus perundungan paling besar terjadi di lingkungan sekolah dan paling banyak terjadi di SD dan SMP dengan proporsi masing-masing 25% dari total kasus. Artinya, 50% perundungan terjadi di SD dan SMP. Adapun SMA dan SMK persentasenya sama-sama 18,78%; sedangkan lingkungan sanawiah dan pondok pesantren masing-masing 6,25%. (Katadata.com).


Semakin kesini semakin memprihatinkan, perilaku generasi makin brutal. Kasus Bintang dan Sean adalah salah satu dari sekian banyak yg menjadi korban. Masalah ini seperti fenomena gunung es yang nampak adalah tumpukan atas es padahal di dalam tumpukan gunung es masih banyak yg belum terlihat, masalah ini tidak bisa hanya terdeteksi oleh data, nyatanya banyak korban perundungan (bullying)  terjadi dan tidak melaporankan. 


Tentu saja ini menjadi keprihatinan dari semua kalangan, bahkan pemerintah sudah membuat regulasi atas masalah ini Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak Kemen PPPA Nahar menyatakan pola pengasuhan yang positif dan komunikasi terbuka dengan anak menjadi kunci dalam mencegah anak terpapar perilaku negatif Upaya lainnya adalah pembentukan satgas di sekolah, pembentukan sekolah ramah anak, sampai penerbitan aturan Permendikbud Antikekerasan di sekolah. Akan tetapi, Wakil Ketua Komisi X DPR Dede Yusuf menilai Permendikbudristek 46/2023 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan di Lingkungan Satuan Pendidikan (PPKSP) dianggap belum efektif. (Republika. com)


Tentu regulasi ini belumlah berhasil, nyatanya semakin banyak kasus perundungan yang menimpa generasi hari ini, yang lebih memiriskan lagi adalah Lebel lembaga/instansi sekolah tempat bersarangnya bullying. 

Yang seharusnya fungsi lembaga itu adalah memberikan output yang berkualitas, tak hanya masalah sains tapi juga perkara adab dan akhlak.


Ternyata sistem pendidikan sekuler kapitalis memang sejatinya melahirkan generasi yang cacat moral, adab, dan akhlak. Sebab di sekolah mereka tidak di tempa dengan pelajaran yang berbasis akidah, jika ada pelajaran akhlak itu semata hanya sebagai knowledge "ilmu pengetahuan" semata, tidak untuk di implementasikan dalam kehidupan. Arah pendidikan yang tidak jelas dan kurikulum pendidikan yang sekuler membuahkan generasi yang rusak total.


Tentu ini adalah tanggung jawab negara yang tidak memiliki peran untuk memberantas krisis ini, mandulnya negara terhadap fenomena generasi menjadi bak virus yang siap menghantam para generasi dimanapun kapanpun. Jadi tidak heran jika hari ini kita menjumpai krisis itu menghinggapi para generasi, yang mungkin dulu kita sering mendengar kasus ini di televisi sekarang sudah merembet ke lingkungan kita sendiri, sungguh sangat memprihatinkan. 


Krisis moral generasi, hilangnya peran keluarga, kecacatan kurikulum serta mandulnya fungsi negara butuh solusi yang hakiki, sebab masalah ini begitu sistemik disamping peran keluarga, negara pun harus bisa memberikan solusi yang hakiki bukan solusi ilusi. Maka Islam hadir di tengah ummat manusia bukan hanya sekedar sebagai dinn tapi juga sebagai mabda yang memancarkan aturan dalam semua aspek, masalah ekonomi, sosial, pemerintahan, pendidikan, kesehatan dll.


Tentu saja jika kita ingin memberantas krisis yang menimpa generasi, serta kurikulum pendidikan ala sekuler, serta mandulnya fungsi negara maka Islam punya solusinya yang tentunya solusi ini harus tegakan hukum (syariat) dengan adanya negara pula. Sistem demokrasi sekuler yang hukumnya bersumber dari buatan manusia yang pastinya terbatas di ganti dengan hukum Allah yang tidak ada kecacatan sama sekali didalam nya.


Negara daulah Islam dulu memimpin dunia selama 13 abad 2/3 dunia di kuasai,  para kesatria hebat seperti Salahudin Al Ayubi, Muhammad Al Fatih, Nuruddin Zanky Mampu menjadi contoh bagaimana Islam mampu mencetak para kesatria hebat seperti mereka.



Oleh karena itu menyelamatkan generasi  harus dengan mencampakkanan ideologi batil ini (demokrasi) sekuler kapitalis, dengan ideologi Sholih yang bersumber dari Allah sang pencipta alam semesta. Sehingga kita pun akan menjumpai generasi mas berikutnya seperti Muhammad Al Fatih, Salahuddin Al Ayubi, Nuruddin Zanky.

Wallahuallam...

Post a Comment

Previous Post Next Post