Pembantaian dan Kelaparan di Palestina, Mengapa Dunia Hanya 'Diam' Saja?


Oleh: Nurul Aryani 
(Aktivis Dakwah dan Tenaga Pendidik)


Zionis yahudi telah memborong segala kekejaman dan kekejian di dunia. Mereka telah kehilangan sifat sebagai manusia, sehingga menjadi lebih buas daripada hewan di belantara. Di tengah isolasi yang mereka lakukan terhadap kaum muslimin di Jalur Gaza yang mengakibatkan kelaparan yang sangat parah, sehingga anak-anak mengalami mal nutrisi dan harus kehilangan nyawa dalam kondisi tubuh yang hanya tersisa tulang-belulang terbungkus kulit. Pada Kamis 29 Februari 2024 lalu, zionis menembaki kaum muslimin Gaza yang sedang mengantri untuk mendapatkan sedikit makanan. Dalam peristiwa keji itu 115 warga syahid dan yang lainnya mengalami luka-luka. Mereka yang amat kelaparan telah berhari-hari menunggu bantuan masuk, namun masuknya makanan ke wilayah mereka harus diiringi dengan tank dan drone quadcopter yang mulai menembaki orang-orang yang berkumpul. (Berita Satu, 02/03/24)


Betapa menyayat hati, sebanyak 60.000 wanita hamil di Jalur Gaza menderita kekurangan gizi dan dehidrasi akibat agresi penjajah yahudi. Anak-anak Gaza bahkan telah kehilangan nyawa akibat kelaparan ini, pada awal Maret, 10 anak Gaza dilaporkan meninggal akibat kurang gizi dan dehidrasi.  (Detik news)


Bahkan foto seorang anak yang syahid bernama Yazan al-kafarneh memenuhi ruang media sosial, menyisakan duka mendalam bagi siapapun yang memiliki hati nurani. Sebab mal nutrisi akut telah membuat tubuhnya ‘mengering’, tidak ada yang tersisa kecuali tulang yang terbungkus kulit. Ia telah menghadap Rabbnya di usia 10 tahun akibat agresi zionis yahudi dan ketidakberdayaan penguasan muslim disekitar Palestina.


Kini sudah lebih dari 30.000 kaum muslimin syahid, mereka meninggal ditengah-tengah saudara muslim mereka, ditengah-tengah negara arab yang kaya raya dan mereka kelaparan ditengah-tengah ribuan ton bantuan kaum muslimin dari seluruh dunia yang terhambat masuk sebab gerbang Rafah telah dikuasai Zionis Yahudi dan Amerika. Zionis bahkan dengan biadab menghancurkan truk bantuan makanan yang masuk ke wilayah Palestina. Sungguh, segala bentuk kepiluan hari ini telah berkumpul di Palestina. Sampai kapan wahai kaum muslimin kita membiarkan kondisi ini terus berlanjut?


*Dunia Terus ‘Diam’*


“Dunia tidak mencintai kita, ya ummi” begitulah terjemahan dari coretan anak Palestina di tembok yang entah masih berdiri tegak atau tidak sekarang. Sungguh patut dipertanyakan. Patut disesalkan. Pembantaian, kelaparan, meninggal karena mal nutrisi akut di tengah kemewahan bangsa arab yang muslim.


Kita memahami begitulah watak Yahudi, sejak masa Nabi Saw mereka sudah membenci Nabi dan ummatnya. Namun, dimana para penguasa muslim yang dekat dengan Palestina? Dimana para tentara muslim yang berbatasan dengan Palestina? Bahkan di negeri-negeri kaum muslimin yang jauh, gaung pembelaan dan dorongan untuk menyudahi genosida ini semakin kecil suaranya. 


Mesir misalnya, alih-alih menolong kaum muslimin di Jalur Gaza, mereka pada awal tahun ini malah membangun tembok pemisah antara negara mereka dengan Palestina. Seorang kontraktor dan seorang pekerja konstruksi mengonfirmasi kepada media bahwa tentara Mesir telah menugaskan mereka untuk membangun tembok beton setinggi 16 kaki (4,87 meter) untuk menutup sebidang tanah seluas 1,93 mil (3.1 kilometer) persegi. (Antara News)


Negara-negara Arab yang kaya juga tidak berkutik dihadapan Amerika dan Zionis. Sementara negara muslim lainnya juga hanya beretorika dan berdiplomasi di meja PBB tanpa berani mengambil langkah nyata yang lebih strategis dan berimplikasi langsung pada perang ini. Retorika kecaman dan diplomasi tidak akan menjadi solusi. Sebab zionis yahudi sendiri merupakan ‘golden boy’ yang telah dilahirkan Inggris melalui Deklarasi Balfour yang kemudian di sahkan PBB melalui Resolusi 181 pada tahun 1947 yang sejak saat itu telah membuat tanah Palestina dikuasai oleh Yahudi secara leluasa.


Menyeret Zionis Yahudi ke ICJ juga tidak membuat mereka berhenti melakukan genosida. Faktanya genosida tetap berlanjut dan menjadi semakin brutal, kaum muslimin bahkan ditembak sekalipun di dalam tenda pengungsian mereka.

Para penguasa negeri muslim tidak berani mengambil langkah nyata. Misalnya saja ketika Iran menyarankan untuk melakukan embargo minyak terhadap zionis yahudi, namun usulan ini justru di tolak mentah-mentah oleh negara-negara arab. Pengamat politik internasional di kawasan Timur Tengah dari Universitas Indonesia, Yon Machmudi, mengatakan penolakan ini muncul lantaran negara-negara Teluk lebih dekat dengan Amerika Serikat, sekutu dekat zionis. Menurutnya menjatuhkan sanksi embargo kepada Israel membuat negara Arab seperti Arab Saudi hingga Uni Emirat Arab yang dekat dengan AS cemas akan memicu masalah dengan Negeri Paman Sam. (CNN Indonesia)


Dengan demikian, drone yang terbang diatas langit Gaza, tank-tank yang melindas penduduk Gaza, itu bisa bergerak dengan aliran minyak dari negeri-negeri kaum muslim. Alih-alih memikirkan nyawa saudara muslim mereka. Penguasa arab lebih mementingkan keberlangsungan hubungan mereka dengan AS dan justru takut kepada negara paman sam ini. Padahal mengembargo minyak adalah langkah nyata dan strategis yang bisa dilakukan negara-negara arab. Sungguh wajar jika kaum muslimin di Palestina telah merasa ditinggalkan oleh negara-negara muslim disekitar mereka dan hanya berharap akan pertolongan Allah SWT.


*Dampak Nasionalisme*


Sikap penguasa negeri-negeri muslim merupakan dampak dari sekat nation state atau nasionalisme. Dimana penguasa muslim hanya mementingkan negeri mereka sendiri dan keselamatan negara mereka tanpa mempedulikan urusan kaum muslimin di luar negara mereka.


Letnan Jenderal Sir John Glubb (‘Glubb Pasha’), yang pernah memimpin ‘Arab Legion’ (1938-1956). Sebagaimana dinukil dalam Buku The Changing Scenes of Life-An Autobiography: Sir John Glubb (Quartet Books, hlm. 54), dia tegas menyatakan, "Nasionalisme adalah satu kecelakaan (bagi Dunia Islam, pen.) yang sengaja dibawa masuk dari Eropa.” (Kaffah edisi 316)


Sikap ashabiyyah berbentuk nasionalisme ini telah membuat kaum muslimin lemah dan tidak mampu menolong saudaranya. Hal ini dengan sengaja diciptakan oleh dunia barat pasca runtuhnya daulah utsmaniyyah pada 3 maret 1924. Barat membagi-bagi dan menjajah negeri-negeri islam, menerapkan aturan mereka dan merebut wilayah mereka. Nampak jelas Palestina bukan hanya korban dari agresi militer melainkan juga korban dari sekat nation state ini. 


*Solusi Tuntas Bagi Kaum Muslimin Palestina*


Kaum muslimin tidak bisa berharap kepada lembaga-lembaga Internasional yang telah dikuasai dan disetir oleh sekutu zionis dan secara terang-terangan membantu dalam genosida di Gaza. Kaum muslimin harus berani mengambil langkah nyata dan strategis. Langkah tersebut ialah mencabut benalu yang selama ini menempel pada tanah Palestina. Yakni mengusir Zionis Yahudi dengan kekuatan militer yang dimiliki oleh negeri-negeri muslim. Agar kaum muslimin mampu memenangkan perang ini, mereka membutuhkan kekuatan besar. Maka ini menegaskan kepada kita pentingnya mewujudkan persatuan. Sebagaimana yang Allah SWT perintahkan dalam al qur’an surah Ali Imran ayat 103:


“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.” 


Ketika kaum muslimin bersatu mereka akan memiliki kekuatan untuk mengalahkan aliansi musuh. Ini telah dibuktikan dalam sejarah bagaimana Rasul bersama kaum muslimin di negara islam Madinah berhasil memenangkan perang khandaq atau disebut juga perang Ahzab sebab kaum muslimin harus melawan aliansi atau gabungan musuh yang terdiri dari Kaum Quraisy, Yahudi Bani Nadhir dan kaum Gathafan. Mereka yang datang untuk mengalahkan kaum muslimin dan ingin mengambil alih Madinah harus pulang dengan kekecewaan. Walaupun jumlah mereka 3 kali lipat jumlah kaum muslimin dan mereka telah berusaha mengepung Madinah selama 27 hari. Namun, dengan komando yang satu dari kepala negara islam yakni Rasul saw serta persatuan kaum muslimin maka musuh berhasil diusir mundur.


Sudah saatnya kaum muslimin, tentara islam juga para penguasa muslim mengutamakan persatuan dan membuang batas-batas sekat nasionalisme yang memisahkan mereka. Takut kepada Allah, memilih sikap ksatria yang berani. Meninggalkan sikap cinta dunia dan takut mati untuk meraih surga dan pahala yang besar. 


Rasulullah saw. bersabda, “Muslim itu saudara bagi Muslim lainnya. Dia tidak layak menzalimi dan menyerahkan saudaranya kepada musuh.” (HR al-Bukhari dan Muslim).


Persatuan seluruh kaum muslimin harus menjadi agenda bersama. Sebab dengan tercerai berai kaum muslimin menjadi lemah dan mudah untuk dikuasai oleh musuh. Sementara sisa lainnya seperti buih dilautan yang banyak namun minus kekuatan. 


Oleh karena itu mewujudkan persatuan ummat islam adalah salah satu langkah strategis. Bersatunya kaum muslimin dalam satu negara islam akan membuat musuh ketakutan. Sebab sebetulnya kaum muslimin adalah ummat yang kuat dan tertoreh dalam tinta emas sejarah bahwasanya tentara muslim pada masa kekhilafahan Islam Utsmaniyyah merupakan tentara terkuat di dunia yang ditakuti oleh musuh-musuh islam.

Kepala negara juga akan memberikan komando jihad untuk para tentara muslim menerobos perbatasan Palestina, mengusir penjajah zionis serta para sekutu mereka dan membebaskan kaum muslim dari penjajahan yang telah mereka alami selama bertahun-tahun. Sungguh, yahudi adalah kaum yang tidak bisa diajak kompromi. Mereka hanya bisa diusir dengan kekuatan jihad fii sabilillah. Oleh karena itu kaum muslimin membutuhkan pemimpin yang hanya takut kepada azab Allah bukan takut kepada musuh, sehingga pemimpin ini akan menjadi perisai bagi seluruh kaum muslimin sebagaimana sabda Nabi Saw:


“Sesungguhnya seorang imam itu (laksana) perisai. Ia akan dijadikan perisai yang orang-orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika ia memerintahkan takwa kepada Allah Taala, dan adil, maka dengannya ia akan mendapatkan pahala. Namun, jika ia memerintahkan yang lain, ia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” (HR Bukhari dan Muslim)


Oleh karena itu, selama kaum muslimin Palestina belum terbebas dari penjajahan, kita harus terus berjuang dan tidak melupakan mereka. Pengingat di awal ramadan ini dari seorang penulis Palestina Adham Syarqawi “Ramadan tahun ini berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, ia datang untuk mengingatkanmu: bahwa kamu punya saudara yang telah memulai ‘puasa’-nya sejak 5 bulan lalu. Namun sampai kini, ia belum berbuka....”  


Wahai kaum muslim yang mulai lemah denyut perjuangannya mari kembali menggelorakan semangat membela Palestina dan menyebarkan semangat menuju persatuan ummat.  Wallahu’alambisshowab

Post a Comment

Previous Post Next Post