Menelisik Fenomena Caleg Kandas, Potret Sistem Demokrasi Ganas

 



Oleh Erni Afriyani

Aktivis Muslimah


Pemilu terlag berlalu, tetapi masih meninggalkan masalah yang belum bisa terselesaikan. Selain sengketa hasil pemilu, nyatanya ada hal yang lebih mengerikan dari sekadar kesalahan hitung cepat.


Berita yang dilansir dari laman mediaindonesia.com, mengenai Seorang tim sukses calon anggota legislatif (caleg) WG alias Wagino yang berumur 56, adalah warga Desa Sidomukti, Kecamatan Pangkalan Kuras, Kabupaten Pelalawan. Diduga WG telah nekat mengakhiri hidupnya dengan cara gantung diri di pohon rambutan di kebun karet miliknya, sekitar pukul 11.00 WIB, Kamis (15/2) lalu.


Sungguh miris, pasca pesta demokrasi yaitu pemilihan umum terdapat banyak kasus caleg gagal dan tim sukses depresi bahkan hingga bunuh diri, ada pula yang menarik kembali pemberian kepada warga saat kampanye. Berbagai potret ini menunjukan lemahnya mental para caleg dan tim suksesnya. Seperti kasus di atas, pemilu memerlukan banyak biaya. Sehingga bagi setiap calon yang akan ikut pemilihan membutuhkan modal besar. Iman yang lemah dan tekanan untuk mengembalikan modal saat kampanye menyebabkan banyak para caleg dan tim sukses yang gagal ini menjadi depresi dan stres.


Akar permasalahannya adalah hasil dari penerapan sistem politik demokrasi kapitalisme yang telah merusak akal manusia. Sistem kapitalis menghalalkan segala cara untuk tercapainya sebuah tujuan. Di mana suara terbanyak dan modal besar yang akan menang, tidak peduli melalui jalur halal atau haram. Manusia berebut kekuasaan dan jabatan untuk keuntungan dan mendapatkan fasilitas semata. Adanya asas manfaat yang menjadi alasan jabatan begitu sangat diharapkan. Akhirnya terbentuk pribadi yang lemah iman untuk menjadi seorang pemimpin karena ada keuntungan pribadi.


Berbeda halnya dengan Islam yang mana pemimpin itu adalah amanah besar untuk meriayah rakyat tanpa imbalan apapun kecuali dari Allah Swt. Pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap langkah yang dilaksanakannya. Islam juga menerapkan cara-cara yang ditempuh harus sesuai dengan syariat. Islam memiliki peraturan ada halal dan haram yang akan menjadi batasan perbuatan seseorang. Di dalam konsep Islam menjadi seorang pemimpin adalah bentuk tanggung jawab besar. Seperti hadis berikut, “Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR al-Bukhari).


Maka dari itu yang harus kita lakukan sekarang adalah mengkaji Islam lebih mendalam agar menjadi muslim yang berilmu dan beriman benar. Kemudian melakukan ammar maruf nahi munkar di atengah-tengah umat, dengan menyadarkan masyarakat mengenai penerapan aturan Allah secara kaffah di tengah kehidupan, agar segala permasalahan dapat terselesaikan dengan tuntas.


Wallahu a'lam Bissawab

Post a Comment

Previous Post Next Post