Krisis Iklim Refleksi Dari Masyarakat Kapitalistik

 


Oleh : Dewi Arum Pertiwi

(Aktivis Dakwah) 


Kerusakan alam yang terjadi menyebabkan banyak kerugian untuk manusia dari mulai perubahan iklim yang mulai dirasakan, bencana banjir, longsor yang kian marak dan sebagainya. Tentu ini menimbulkan  keresahan dan kegelisahan. Maka dari itu  segala upaya dilakukan untuk menangani tantangan lingkungan secara efektif . 


Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten PPU Tita Deritayati di Penajam, mengatakan bahwa Pemkab mendukung program pengendalian perubahan iklim dengan membentuk kampung iklim dan bank sampah. Pembentukan kampung iklim dan bank sampah itu, katanya, agar tercipta masyarakat yang berwawasan lingkungan yang mampu beradaptasi dan melakukan mitigasi terhadap perubahan iklim. 


Keberadaan kampung iklim dan bank sampah juga dapat memberikan manfaat terhadap kelestarian lingkungan sekitar serta meningkatkan pemahaman masyarakat menyangkut dampak perubahan iklim hingga mencapai kemandirian masyarakat.


Dengan memperbanyak kampung iklim dan bank sampah itu bakal meningkatkan keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan untuk melakukan penguatan adaptasi terhadap dampak perubahan iklim dan penurunan emisi gas rumah kaca.


Penyebab mendasar


Isu lingkungan dan krisis iklim saat ini menjadi sorotan global. Jika dilihat dari akar penyebabnya, seperti industrialisasi yang berdampak karena alih fungsi lahan serta deforestasi yang berujung kepada eksploitasi besar-besaran dengan pembakaran energi fosil di luar batas, ini merupakan krisis yang disebabkan oleh sistem kehidupan kapitalis sekuler sebagai ruang kehidupan saat ini. Karena perubahan gaya hidup, masyarakat kapitalis tidak segan - segan mengeksploitasi hutan serta tambang secara berlebihan  untuk memenuhi kebutuhan serta mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya.


 Tidak perduli apakah deforestasi akan terjadi. 

Deforestasi sendiri merupakan salah satu  penyebab  dari krisis iklim. Deforestasi juga menyebabkan peningkatan suhu bumi selama dua dekade terakhir akibat meningkatnya emisi gas rumah kaca. Saat ini dunia mengalami pengurangan hutan alam seluas 4,06 miliar hektar dan tersisa hanya 420 juta hektar terjadi pada rentang waktu 1990—2020. 


Hal tersebut tentunya sangat mengancam keberlangsungan hidup makhluk hidup karena hutan alam juga sebagai habitat sebagian besar spesies tumbuhan dan hewan darat yang merupakan sumber kebutuhan manusia.


Ini akibat dari kondisi sosial ekonomi masyarakat sekuler kapitalis yang menjadikan pertumbuhan ekonomi sebagai  poros. Oleh karena itu ndustrialisasi ini tidak dapat lepas dari eksploitasi secara besar besaran. 


Di sistem sekuler kapitalis saat ini pula memunculkan  gaya hidup kaum jetset yang mana mereka  bergaya  glamor yaitu hobi  mengoleksi barang branded, baik karena tuntutan pekerjaan maupun hanya sekedar berbelanja karena keinginan.


Hal ini diperparah oleh dukungan media dalam memfasilitasi budaya  konsumtif di masyarakat. Tidak terkecuali,peran  digital memberikan  kemudahan untuk bertransaksi serta memanjakan mata  para konsumen.


Tentunya hal ini sejalan dengan sistem ekonomi kapitalis yang dimana sifat konsumerisme manusia memiliki dampak positif. Jika gaya hidup seperti ini diterapkan, maka dapat memicu pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Oleh karena itu, dalam pandangan kapitalisme, semua kebutuhan manusia harus dipenuhi tanpa terkecuali dan tidak ada pemilahan.


Jika kita memperhatikan pengaruhnya terhadap peningkatan volume sampah, konsumerisme memiliki dampak buruk yang signifikan pada lingkungan. Paradigma kapitalisme yang sangat mengutamakan kepentingan korporasi merupakan faktor utama yang menyulitkan tercapainya kelestarian lingkungan. 


Hal ini disebabkan oleh hasrat meraup keuntungan yang telah mengaburkan kesadaran korporasi untuk memperhatikan lingkungan dengan lebih baik.

Masyarakat  kapitalistik yang tidak dapat memilah kebutuhannya jika dipertemukan dengan para korporat yang memiliki hasrat meraup keuntungan sebanyak-banyaknya menjadikan usaha para  aktivis lingkungan dengan berbagai program yang bertujuan untuk meringankan beban bumi seolah menemui jalan buntu. 


Hal ini disebabkan  masalah lingkungan ini  bukanlah masalah yang berdiri sendiri. Butuh kebijakan secara menyeluruh yang bisa menyelesaikan  masalah lingkungan hingga ke akar-akarnya. Mulai dari tingkat individu, masyarakat hingga negara. Karena kerusakan lingkungan ini berdampak pada krisis iklim yang sifatnya menyeluruh juga.


Paradigma islam


Pentingnya menjaga kelestarian lingkungan dalam pembangunan tidak bisa diabaikan. Islam pun sangat memperhatikannya dengan tegas, seperti yang ditegaskan Allah Swt., "Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah (Allah) memperbaikinya…"(QS Al-A’raf: 56). 


Rasulullah selalu mengingatkan para sahabat untuk menjaga lingkungan. Saat berperang, Rasulullah memerintahkan agar tidak merusak lingkungan dengan menebangi pohon. Para sahabat menyadari pesan Allah dalam QS Ar-Ruum: 41 tentang kerusakan di daratan dan laut yang disebabkan oleh tangan manusia.


Dengan mempertimbangkan hal tersebut, sebagai manusia kita memiliki tanggung jawab untuk menjaga kelestarian lingkungan. Kita harus menghindari segala aktivitas yang berpotensi merusak lingkungan. Sebagai individu, langkah awal dalam menjaga lingkungan adalah dengan memilah-milah antara kebutuhan dan keinginan kita. 

Secara alami, masyarakat tidak akan membeli barang yang tidak mereka perlukan. Berbeda dengan pandangan kapitalisme yang menganggap segala sesuatu yang diinginkan manusia sebagai kebutuhan. Dalam pemerintahan, sangat penting bagi pemimpin untuk mendorong pendidikan tentang gaya hidup hemat dan sederhana. Islam memang tidak melarang kepemilikan barang tertentu, tetapi juga memiliki perspektif khusus dalam menjaga lingkungan.


Berdasarkan hal ini, masyarakat sebagai produsen atau konsumen akan memperhatikan lingkungan dengan landasan keimanan. Namun, penanganan sampah tidak dapat diselesaikan hanya dengan fokus pada individu saja. Negara harus ikut berperan dalam membangun paradigma keimanan untuk menangani masalah sampah. Akar permasalahan terletak pada paradigma yang ada dalam sistem kapitalisme itu sendiri. Oleh karena itu, konsumerisme yang merupakan hasil logis dari sistem ekonomi kapitalisme harus direvisi secara sistematis agar dapat mengatasi masalah sampah tersebut.


wallahu a'lam bishawab

Post a Comment

Previous Post Next Post