Oleh Unie Khansa
Praktisi Pendidikan
Beras merupakan salah satu kebutuhan yang paling pokok bagi rakyat. Saking pokoknya sebagian orang menganggap belum makan kalau belum makan nasi. Padahal, sudah makan berbagai macam makanan. Bahkan sering kita dengar ungkapan ibu-ibu yang mengatakan bahwa hatinya merasa tenang kalau sudah memiliki beras di rumah.
Hal demikian menunjukkan betapa beras sangat dibutuhkan oleh rakyat. Bisa dikatakan tanpa beras rakyat akan sangat kesusahan/menderita. Kebutuhan pokok ini harus terpenuhi. Sementara kita tahu bahwa akhir-akhir ini harga beras terus mengalami kenaikan yang cukup tinggi.
Berdasarkan hasil sidak di Pasar Cihapit, Ketua KPPU, M. Fanshurullah, mengatakan bahwa ditemukan kenaikan harga komoditas beras premium secara rata-rata sebesar 21,58% menjadi Rp16.900/kg. Padahal HET beras premium sebesar Rp13.900/kg sebagaimana telah ditetapkan Badan Pangan Nasional (Bapanas), sedangkan beras medium mengalami kenaikan sebesar 28,44% dari HET sebesar Rp10.900/kg menjadi Rp14.000/kg. (media online Katadata, 11 Februari 2024)
Kenaikan harga beras yang cukup tinggi ini, tentu sangat berpengaruh pada ekonomi keluarga khususnya keluarga menengah ke bawah. Ibu-ibu harus memutar otak untuk memangkas/mengalihkan kebutuhan lainnya hanya untuk beras.
Keluarga terpaksa harus merasa cukup dengan lauk seadanya. Bahkan tidak menutup kemungkinan keluarga terpaksa harus terbiasa makan hanya dua kali sehari. Hal yang lebih parah lagi di beberapa daerah akibat tingginya harga beras terpaksa makan nasi campur tiwul agar bisa kenyang. Mengapa harga beras bisa begitu tinggi/mahal?
Ada beberapa pendapat yang menyatakan penyebab naiknya harga beras yang cukup tinggi. Erik Thohir mengatakan harga pangan dunia yang berfluktuasi merupakan penyebab harga beras terus naik.
Sementara, Direktur Utama Bulog, Bayu Krisnamurthi menyatakan bahwa harga pangan ditentukan oleh musim tanam dan musim panen. Selain itu, juga beliau mengatakan harga beras yg tinggi adanya ketidaksesuaian antara permintaan dan ketersediaan atau faktor supply-demand. Ditambah lagi dengan lonjakan harga gabah di tingkat petani, termasuk sentra-sentra produksi.
Lebih jauh beliau mengatakan harga beras yang tak kunjung menyentuh harga HET (Harga Eceran Tertinggi) ini akibat pemerintah tidak serius dalam pengelolaan perberasan. (CNBC, 14 Februari 2024)
Akibat ketidakseriusan pemerintah dalam pengelolaan perberasan, terjadi kerusakan rantai distribusi beras. Padahal kita tahu, bahwa beras sebagai kebutuhan pokok merupakan salah satu komoditas strategis yang wajib dikelola oleh negara dengan sangat serius termasuk distribusinya.
Sementara, distribusi beras saat ini dikuasai oleh sejumlah pengusaha (Ritel). Penguasaan distribusi beras oleh pengusaha/ritel ini memungkinkan terjadinya permainan harga; penahanan pasokan/monopoli oleh pelaku usaha, yang tentu merugikan petani. Termasuk dalam hal ini adanya larangan bagi petani untuk menjual langsung ke konsumen.
Kondisi seperti ini menunjukkan bahwa negara abai atas kesejahteraan rakyatnya. Untuk hal pokok saja tidak dapat terpenuhi apa lagi hal-hal lain. Sebab, dalam sistem demokrasi kapitalisme saat ini, hubungan antara penguasa dengan rakyatnya adalah seperti pedagang dengan pembelinya bahkan seperti rival. Apa yang dikeluarkan oleh negara kepada rakyatnya harus mendatangkan keuntungan bagi negara.
Hal ini sangat jauh berbeda dengan sistem Islam. Dalam Islam, negara atau penguasa seperti gembala dengan kambingnya/gembalaannya. Setiap pemimpin harus bertanggung jawab atas amanat yang diberikan untuk mengurus yang dipimpin. Rasulullah saw. memberikan perumpamaan bahwa pemimpin laksana penggembala (ra’in).
Dalam sebuah hadis, Rasulullah saw. bersabda, "Imam itu adalah laksana penggembala, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyatnya (yang digembalakannya)” (HR. Imam Bukhari dan Imam Ahmad)
Kita tahu bagaimana seorang penggembala akan mencukupi kebutuhan makan dan minum gembalaannya; akan menjaga keselamatan dan keamanannya. Seperti demikianlah adanya pemimpin dalam sistem Islam. Islam menjadikan pemenuhan kebutuhan pokok bagi rakyat sebagai satu kewajiban negara terhadap individu per individu yang pertanggung jawabannya langsung pada Sang Pencipta.
Untuk memenuhinya, negara/Islam memberikan bantuan pertanian kepada petani bahkan memberikan lahan kepada yang tidak memiliki lahan pertanian. Dalam hal perdagangan, Islam/negara membiarkan harga, termasuk harga beras, ditetapkan oleh permintaan dan penawaran pasar sehingga harga akan selalu stabil. Islam/negara melarang monopoli dan menimbun barang termasuk beras yang bisa mengakibatkan harga-harga melonjak naik/mahal.
Dengan demikian, Islam memperhatikan setiap kebutuhan dan kesejahteraan rakyatnya individu per individu karena perannya sebagai pelindung rakyat. Sungguh kesejahteraan rakyat akan terjamin dengan sistem Islam.
Wallahualam bissawab.
Post a Comment