Islam Menuntaskan Wabah DBD dengan Komprehensif


Oleh Ummu Syifa

Aktivis Muslimah


Sejak awal memasuki tahun 2024 sampai saat ini sebagian besar wilayah Indonesia mengalami musim pancaroba. Masyarakat banyak yang tumbang jatuh sakit ketika menghadapi perubahan cuaca yang ekstrem. Salah satu wabah penyakit yang paling diwaspadai saat musim pancaroba adalah Demam Berdarah Dengue (DBD)


Di Jawa Barat kasus Demam Berdarah mengalami peningkatan. Menurut Dinas Kesehatan Pemprov Jabar, sejak Januari 2024 kasus demam berdarah sudah mencapai 11.058 kasus, dari kasus tersebut 96 orang mengalami kematian. (m.kumparan.com, 21/03/2024).


Wabah DBD yang terus berulang dan berujung kematian jelas membutuhkan penyelesaian yang komprehensif dan mendasar. Penyelesaiannya sangat dipengaruhi oleh banyak faktor, baik aspek preventif maupun kuratif.

 

Aspek preventif di antaranya adalah perlunya pemahaman atau literasi bagi individu tentang bagaimana mencegah penyakit, mewujudkan kebersihan dan kesehatan mulai dari tercukupinya suplai makanan yang bergizi untuk meningkatkan imun tubuh, mendapatkan vaksin bila perlu, dan giat menjaga kebersihan pribadi serta kontrol masyarakat untuk saling membantu dan peduli lingkungan agar kebersihan dan kesehatan terjaga. Selain itu, negara berperan memberikan edukasi, pelatihan, simulasi bahkan informasi yang menyeluruh berkaitan dengan DBD, di samping aspek kuratif seperti keharusan menyediakan pelayanan kesehatan yang mudah dan gratis bagi warga masyarakat agar warga yang terjangkiti penyakit dengan mudah dapat diobati dan disembuhkan. Negara pun harus mengembangkan ilmu dan teknologi dalam penelitian obat yang mampu mengatasi gejala demam berdarah.


Namun, sistem kapitalis yang diterapkan saat ini tidak mampu mewujudkan solusi tersebut bahkan cenderung menyulitkan masyarakat dalam mendapatkan layanan  kesehatan. Kita bisa melihat bahwa pelayanan kesehatan telah dikapitalisasi, misal adanya vaksin berbayar, layanan kesehatan tergantung kepada kemampuan finansial rakyat, keterbatasan kapasitas dan fasilitas rumah sakit. Selain itu, asupan gizi dan makanan masyarakat yang tidak dijamin pemenuhannya oleh negara menyebabkan daya tahan tubuh warga masyarakat tidak kuat dan rentan terserang penyakit. Sudah saatnya kita campakkan sistem kapitalisme ini yang telah terbukti gagal menyelesaikan wabah DBD ini dan lalai mengurusi urusan umat.


Berbeda dengan Islam. Islam menjadikan layanan kesehatan sebagai tanggung jawab negara yang harus ditunaikan kepada rakyatnya. Mulai dari jaminan pemenuhan kebutuhan makanan yang bergizi bagi rakyatnya agar rakyatnya sehat, kuat dan tidak mudah terserang penyakit, kemudian penyediaan layanan kesehatan yang murah, gratis atau memadai baik dari segi fasilitas maupun kapasitas sehingga memudahkan masyarakat untuk mengakses semua layanan kesehatan ini sesuai kebutuhan.


Adapun teknologi kesehatan akan terus dikembangkan oleh para ilmuan dan para ahli untuk memudahkan pengobatan. Di samping itu, negara akan terus memberikan literasi, edukasi, dan informasi kesehatan yang masif kepada masyarakat agar masyarakat paham tentang wajib dan perlunya mewujudkan kebersihan dan kesehatan sebagai bentuk kesadaran dan tanggung jawab kepada Allah Swt. yang telah memberikan nikmat kesehatan kepada kita.


Sudah saatnya kita kembali kepada Islam. Hanya Islam yang mampu mengatasi wabah DBD dengan komprehensif. Penerapan Islam secara kafah akan mampu mewujudkan kesehatan dan kekuatan bagi masyarakatnya. Karena menjadi mukmin yang kuat lebih Allah Swt. cintai di dalam mewujudkan peradaban Islam yang agung.


Wallahu a'lam bishshawwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post