Menjelang Bulan ramadhan, beberapa bahan pokok mengalami kenaikan harga, karena permintaan yang melonjak. Kenaikan harga sejumlah bahan pokok, seperti cabai, minyak goreng, beras, gula pasir, dan telur ayam ras, menjelang Ramadhan menambah beban masyarakat.
Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan harga komoditas pangan akan mengalami inflasi pada bulan Ramadan mendatang. Hal ini merupakan situasi musiman seperti tahun-tahun sebelumnya.
BPS mencatat, pada Februari 2024 ini beras kembali inflasi sebesar 5,32 persen dengan andil pada inflasi bulanan di Februari sebesar 0,21 persen. Sementara pada inflasi secara tahunan sebesar 2,75 persen, beras memiliki andil 0,67 persen. Telur ayam memiliki andil terhadap inflasi bulanan sebesar 0,04 persen, sementara daging ayam ras punya andil inflasi sebesar 0,02 persen. Dalam inflasi secara tahunan di Februari ini, komoditas daging ayam ras menyumbang inflasi sebesar 0,14 persen (KumparanBisnis,1/03/2024).
Seolah Tradisi, Harga pangan naik setiap menjelang Ramadhan. Kondisi ini tentu memberatkan rakyat, dan mengganggu kekhusyukan ibadah dalam bulan mulia ini. Dalam kondisi seperti ini, mau tidak mau masyarakat tetap membeli bahan pangan yang harganya melonjak tinggi demi memenuhi kebutuhannya.
Dengan sistem ekonomi kapitalisme yang dianut hari ini, berkaitan dengan para pemilik modal, sehingga harga pasar sangat bergantung kepada kuantitas dan permintaan dipasar. Tidak hanya itu, dengan sistem yang dianut hari ini memungkinkan para pemilik modal melakukan penimbunan bahan pangan, sehingga ketika menjelang ramadhan bahan pokok mengalami kelangkaan sementara permintaan meningkat, yang berimbas pada kenaikan harga.
Di sistem kapitalisme, peran pemerintah hanya sebagai regulator, yaitu yang membuat aturan dan fasilitator yang mempertemukan pihak kapitalis yang akan memeras rakyat, bukan lagi sebagai pelayan dan pelindung rakyat.
Penyebabnya adalah dengan menerapkan sistem kapitalisme, sistem ini akan menyebabkan negara berlepas tangan dari tanggung jawabnya dalam memenuhi kebutuhan masyarakat seperti pangan.
Kenaikan harga di bulan ramadhan tentunya ada banyak penyebab, termasuk di antaranya memanfaatkan semangat bersedekah dan berbagi pada bulan suci. Sebagian pihak memanfaatkannya untuk meraup keuntungan yang banyak
Di sisi lain, terdapat kesalahpahaman bagaimana seharusnya beribadah dan beramal shalih selama bulan Ramadhan sehingga berimbas pada naiknya permintaan.
Selama tata kelola pangan masih menggunakan konsep kapitalisme dengan abainya peran negara, stabilitas harga pangan mustahil terwujud. Apalagi paradigma yang digunakan dalam mengatasi kenaikan harga sekadar menurunkan angka inflasi, bukan untuk menyelesaikan masalah sampai ke akarnya.
Solusi terbaik hanya dengan islam, berbeda dengan sistem kapitalisme, Islam mendorong setiap muslim bersiap memasuki Ramadhan dengan memperbaiki amal dan banyak ibadah.
Negara juga memudahkan rakyat dalam menjalani ibadah Ramadhan, mempersiapkan segala sesuatunya demi meraih Ridha Allah dan nyaman menjalankan ibadah puasa. Negara juga memberikan Pendidikan terbaik sehingga umat memiliki pemahaman yang benar atas ibadah Ramadhan, termasuk pola konsumsinya. Khilafah mendorong umatnya untuk bersegera dalam kebaikan sesuai tuntunan Allah dan RasulNya.
Dalam Islam, negara akan hadir sebagai pelindung umat dari bahaya, termasuk ancaman hegemoni yang dilakukan oleh korporasi. Negara tidak akan membiarkan korporasi menguasai rantai pasok pangan yang hanya berorientasi keuntungan segelintir orang.
Selain itu, apabila diterapkan sistem Islam maka akan diterapkan beberapa kebijakan yang akan diambil Khalifah untuk menjaga stabilitas harga. Disertai dengan adanya penegakan hukum yang tentunya tegas dan berefek jera sesuai dengan aturan Islam. Wallahu'alam bissawab.
Post a Comment