Oleh Rina Marlina
Aktivis
Muslimah
Hamparan
sawah yang hijau terbentang, diiringi desiran angin yang menyejukkan, sejenak
melupakan fakta kehidupan yang terus berubah, makin menghimpit. Gambaran panen
padi yang melimpah, beras yang murah hanya tinggal angan, kenyataan harga beras
begitu selangit.
Dikutip
dari berbagai media, kenaikan harga beras di musim gandu, dari Juni hingga September,
persediaan beras dari panen sebelumnya mulai menipis ini adalah hal yang wajar,
akan tetapi pertanggal 5 Oktober 2023 harga beras makin tinggi bahkan melebihi
Harga Eceran Tertinggi (HET). Plt, Kepala Badan Pusat Statikstik (BPS), Amalia
Adininggar Widyasanti, mengatakan bahwa inflasi beras pada bulan September 2023
adalah yang terparah dalam lima tahun terakhir, ini adalah permasalahan yang
serius. Di pekan ketiga Febuari 2024 kenaikan beras mencapai 2,92% dibandingkan
dengan harga di Januari 2024 kenaikan harga beras terjadi di 179
kabupaten/kota.
Ada
beberapa faktor penyebab naiknya harga beras, salah satunya adalah berhenti
mengekspor beras untuk amankan stok pangan, selain itu, ada fenomena cuaca El
Nino yang memengaruhi hasil panen secara luas di seluruh Indonesia, faktor di hulu
seperti luas lahan pertanian yang terus menurun.
Sekjen
Induk Koperasi Pedagang Pasar (Inkoppas) Ngadiran, mengatakan kenaikan harga
beras terjadi sejak empat bulan lalu, semula harga beras medium
Rp9.000-Rp10.000 perkilogran, harga naik pelan-pelan hingga pada Rabu (21/02)
menyentuh angka Rp13.000-Rp14.000 perkilogram sedangkan beras premium,
sebelumnya berada di kisaran Rp12.000-Rp14000 perkilogram. Namun, merangkak
terus sampai di harga Rp17.000-Rp18.000 perkilogram. Kenaikan ini paling tidak
jelas, tidak bisa diduga, dampak pun terasa, pembeli dari kalangan ibu rumah
tangga berkurang dan pembeli pun pasti lebih sedikit dari sebelumnya,
"Kalau dulu beli beras bisa 10 kilogram sekarang cuman 5 kilogram paling
banyak."
Meski
beras naik bagaimana pun tetap harus dibeli juga, karena merupakan kebutuhan
pokok. Dari kalangan petani saat ini pun terbebani biaya produksi yang tinggi
antara lain harga pupuk yang mahal biasanya petani bermodalkan uang pinjaman
untuk menanam padi sehingga petani akan rugi jika hasil panenya dibeli dengan
harga yang murah.
Sistem
kapitalis yang saat ini diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
telah melahirkan aturan ekonomi yang sesuai dengan pesanan oligarki,
mengakibatkan keterpurukan ekonomi di tengah masyarakat. Mahalnya harga pangan
terutama beras bukanlah hal yang baru, ini terus berulang.
Pemerintah
yang menjadi pelindung masyarakat seharusnya mampu mengatasi persoalan yang
dihadapi masyarakat, terlebih kebutuhan pokok yang harus dipenuhi. Negara harus
menetapkan kebijakan yang strategis, negara harus menetapkan bukan sebaliknya
kebutuhan rakyat,di politisi, seperti pembagian beras bansos begitu sarat akan
politik.
Di
dalam Islam, politik pangan adalah untuk menstabilkan harga juga sangat terkait
dengan penerapan pada aspek produksi. Harga beras tidak boleh di patok, tetapi
masyarakat diberikan jaminan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Islam
menjamin hak setiap warga negara, seperti jaminan keamanan, kesehatan,
pendidikan, jaminan kesejahteraan pangan, semua dijamin oleh negara.
Adapun
sumber kas negara di dalam Islam berasal dari khoroj, fa'i, dan sumber kekayaan
alam yang dikelola oleh negara, yang semuanya adalah untuk kemakmuran seluruh
warga negara.
Dalam
hadis Rasullullah saw., menegaskan, "Khalifah itu laksana perisai
tempat orang-orang berperang di belakangnya dan berlindung kepadanya."
(HR. Muslim)
Wallahualam
bissawab
Post a Comment