Degradasi Moral Generasi Butuh Solusi Hakiki


Oleh: Ummu Mufidah
 (Pegiat Literasi)


Sungguh miris sekaligus memprihatinkan, ulah generasi kita kian hari kian tak karuan. Belum lama, seorang putri (N), pelajar SMP berusia 15 tahun di Kabupaten Lampung Utara diperkosa 10 pria.

Korban ditemukan dalam kondisi mengenaskan di sebuah gubuk di wilayah Lampung Utara pada Sabtu (17/2/2024).


Polisi yang turun tangan mengamankan enam pelaku yakni AD, DA dan R yang masih di bawah umur. Serta tiga pria dewasa yakni AL alias IR, A dan MI. Sementara empat pelaku lainnya masih buron (Kompascom, 15 Maret 2024).


Fakta di atas hanya satu kasus dari banyaknya kasus lain yang dilakukan oleh para remaja, kasus lain tentu masih sangat banyak. Dari bullying, narkoba, tawuran, dan lainnya. 


Sejatinya, tak ada seorang pun yang menginginkan adanya kemunduran atau kerusakan moral para generasi. Hal ini tentu sudah menjadi sorotan para praktisi pendidikan. Tetapi sayangnya, solusi yang diberikan oleh negara masih tambal sulam, tidak sampai pada akar permasalahan. 


Alih-alih memberi solusi, negara justru menanamkan ajaran moderasi beragama dibangku pendidikan. Memonsterisasi ajaran Islam yang kaffah (sempurna), sehingga sangat kontradiktif dengan nilai Pancasila yakni Ketuhanan yang Maha Esa. 


Modernisasi beragama merupakan cara halus untuk menjauhkan generasi muda kita dari ajaran Islam. Membuat generasi kita kehilangan jati dirinya sebagai seorang muslim.


Jika kita menelisik lebih dalam, kemunduran moral tidak hanya menjangkiti para generasi muda, tetapi juga semua usia atau seluruh lapisan masyarakat. Berarti, disini ada kerusakan yang sifatnya sistemis. Karena pola pikir dan pola sikap seseorang akan terpengaruh oleh sistem kehidupan yang diterapkan. 


Sistem kehidupan yang diterapkan hari ini yakni kapitalisme Sekuler. Ia telah menghasilkan para generasi yang bermoral buruk. Bahkan, pendidikan berbasis Islam kesulitan mencetak generasi muslim yang hakiki (beriman dan bertakwa) ditengah gempuran sistem saat ini.

 

Karena hal ini bersifat sistematis, maka faktor-faktor yang mempengaruhi, bisa dari banyak faktor. Misal, media yang bebas dalam memberikan tayangan dan informasi yang bisa merusak moral generasi, lingkungan masyarakat yang masa bodoh dan malas tahu dengan kenakalan remaja_bahkan dianggap biasa, kurikulum pendidikan yang tidak menghadirkan tokoh teladan, bahkan keluarga sendiri yang terlalu sibuk dengan urusan masing-masing. 


Sementara Islam, jika diterapkan sebagai sistem kehidupan oleh negara, ia memiliki cara yang khas dalam membina para generasinya.


Pertama, negara akan menanamkan akidah yang kokoh terhadap generasi muda. Sehingga rasa takut untuk berbuat kerusakan dan kedzaliman tertancap dalam setiap individunya. Rasa takut bukan kepada sesama mahluk melainkan kepada Allah SWT, sehingga mereka tidak akan berani bermaksiat meskipun tidak ada manusia yang melihat. Segala sesuatunya dikondisikan agar keamanan dan keselamatan bersama bisa tercapai, misal, tidak ada khalwat dan ikhtilat yang dapat menjerumuskan ke pergaulan bebas, negara tidak akan mengizinkan adanya peredaran bahkan produksi miras, negara juga akan memberi sanksi tegas bagi para pembunuh dan pembawa bahaya, dst. 


Kedua, mengembalikan peran keluarga pada posisi semula, yakni kedua orang tua punya kewajiban untuk mendidik dan mengontrol anak-anaknya agar tidak terjerumus dalam kemaksiatan atau tindak kejahatan. Tidak seperti sekarang, dimana ayah sibuk mencari nafkah, bahkan ibu turut serta dalam membantu dalam pemenuhan kebutuhan karena beban dan biaya hidup saat ini tidak ditanggung oleh negara (seperti pendidikan, kesehatan bahkan keamanan). 


Ketiga, lingkungan masyarakat yang saling peduli. Yakni saling menegur atau mengingatkan ketika terjadi kemungkaran. Tidak cuek atau masa bodoh seperti saat ini. 


Keempat, kurikulum pendidikan yang membentuk kepribadian Islam. Sehingga tercipta pola pikir dan pola sikap yang islami, yakni beriman dan bertakwa serta bermoral baik.


Demikianlah solusi hakiki yang ditawarkan oleh Islam ketika diterapkan oleh negara. Sehingga akan tercipta para generasi muda yang bermoral baik sebagaimana sejarah Islam telah mencetak para generasi muda yang luar biasa pada zamannya. Seperti Mus'ab bin Umair yang menghabiskan masa mudanya untuk kemaslahatan umat, yakni menyelamatkan umat dari kegelapan menuju cahaya Islam. Waallahu a'lam bishowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post