Pegiat Literasi
Menjelang Ramadan, seruan boikot produk Israel terus menggema di dunia. Kali ini terkait dengan produk kurma yang dikeluarkan perusahaan asal Yahudi. Akibatnya perusahaan kurma asal Israel pun ketar-ketir karena takut produk buatannya tak laku di masyarakat. Sebagaimana dikutip oleh Middle East Eye, Minggu (3/2) sepertiga dari total ekspor kurma produsen Israel dilakukan selama bulan Ramadan. (kumparancom, 3/2/2024)
Di sisi lain, pertumpahan darah di Gaza terus meningkat yang entah kapan berakhir. Konflik yang telah berlangsung sejak 5 bulan lalu tersebut, mengakibatkan hampir 30.000 warga Palestina terbunuh dan lebih dari 69.000 orang terluka. Hal inilah yang mendorong seruan boikot kembali menggema.
Merespon seruan boikot produk kurma Israel ini, Ketua Umum PBNU KH. Yahya Cholil Staquf mengatakan, bahwa aksi boikot produk yang berasal dari Israel saja tidak cukup untuk dapat memberikan efek jera atau menghentikan serangan brutal yang dilancarkan oleh zionis Israel terhadap rakyat Palestina. Menurutnya, pemerintah Indonesia dan berbagai negara didunia mestinya melakukan langkah-langkah lain yang lebih akurat untuk dapat menghentikan penindasan yang dilakukan tentara Israel.
*Boikot merupakan Pembelaan Umat Islam*
Kekejaman zionis Israel, bahkan dikatakan sebagai genosida terhadap rakyat Palestina selama ini telah menuai simpati dari kaum muslimin di dunia. Aksi boikot terhadap produk Israel termasuk kurma dilakukan sebagai bentuk pembelaan sekaligus rasa peduli umat Islam terhadap penderitaan rakyat Palestina. Meskipun hal ini memang tidak cukup untuk menghentikan kebiadaban penjajah Israel.
Namun demikian, apa yang dilakukan umat Islam tersebut setidaknya merupakan kesadaran individu terhadap kewajiban membela sesama kaum muslimin yang terzalimi. Kesadaran ini semestinya memang terus dikembangkan, tidak cukup seruan boikot produk Israel saja. Namun, ditingkatkan sampai level pemikirannya yakni memboikot ideologinya. Kenapa demikian? Sebab dengan ideologi yang diembannya, Israel telah menjadikan penguasa-penguasa muslim tidak dapat melakukan pembelaan dengan kekuatan. Hal ini seakan membiarkan pembantaian terus terjadi.
*Ideologi Kapitalisme Sekuler Membelenggu Dunia Islam serta Mencabut Rasa Kemanusiaan*
Ideologi kapitalisme sekuler inilah yang diemban zionis dan sekutunya. Ideologi ini telah membungkam dan membelenggu negeri-negeri kaum muslimin dengan adanya nasionalisme, hingga umat Islam terpecah belah. Umat tidak dapat bersatu dalam menggalang kekuatan global. Buktinya, negeri terdekat yang berdampingan dengan Palestina saja, seperti Mesir tidak memiliki taring untuk melawan penjajah zionis. Mereka membiarkan saudaranya dibantai dan kekurangan pangan akibat pasokan bantuan tidak dapat masuk karena pintu perbatasan ditutup.
Dengan demikian, kaum muslimin semestinya melepaskan belenggu nasionalisme yang diserukan ideologi kapitalis sekuler. Umat Islam seharusnya meningkatkan kesadaran berpikir bahwa pembantaian zionis pada rakyat Palestina demikian leluasa. Sebab Palestina dibiarkan melawan sendiri tanpa dukungan kekuatan dari negeri muslim lainnya.
Sementara melawan musuh dengan perlengkapan senjata dan tentara yang kuat hanya akan dimiliki oleh negara yang berdaulat dan bersatu. Hal ini harus diawali dengan adanya kesadaran terhadap ideologi yang sahih (benar) yang akan melepaskan belenggu nasionalisme.
Di samping itu, ide dasar ideologi kapitalis sekuler adalah menjauhkan nilai-nilai agama dalam kehidupan. Akibatnya melahirkan ambisi kekuasaan serta mencabut rasa kemanusiaan. Penjajahan Israel demikian zalim. Mereka membunuh penduduk sipil Palestina dan menembaki anak-anak tak berdosa tatkala antre pembagian bantuan. Semua dilakukan tanpa rasa kemanusiaan. Oleh karena itu ideologi kapitalis sekuler mesti diboikot dan dicampakkan dari benak kaum muslim tak terkecuali para penguasa muslim. Lalu, beralih mengemban ideologi Islam yang sahih (benar).
Ideologi Islam Mampu Menggalang Kekuatan Global
Islam merupakan ideologi yang sahih (benar), sebab lahir dari akidah yang juga sahih. Yakni keimanan terhadap Allah Swt. sebagai Pencipta dan Pengatur urusan manusia. Dengan keimanan ini, umat meyakini bahwa yang berhak mengatur urusan kehidupan manusia hanyalah Allah Swt. semata.
Ketika keimanan yang kokoh ini menghunjam dalam dada setiap muslim, maka ia akan menjadikan akidahnya sebagai landasan pemikirannya (qoidah fikriyah) juga sebagai kepemimpinan berpikirnya (qiyadah fikriyah). Pada titik inilah umat Islam memiliki kesadaran untuk bertakwa kepada Allah Swt. dalam seluruh aspek kehidupan. Ia akan menyadari pentingnya keberadaan institusi politik sebagai sarana untuk menerapkan aturan-aturan Allah.
Dengan keberadaan institusi politik secara global, umat Islam akan mampu menggalang kesatuan serta membangun kekuatan. Keberadaan institusi inilah yang akan melindungi kaum muslimin dari kezaliman musuh-musuh Islam termasuk zionis Israel.
Dengan demikian, umat Islam perlu untuk dakwah demi menyerukan akidah Islam sebagai ideologi. Dakwah untuk memahamkan dan membangun kesadaran umat ini bersifat pemikiran (fikriyah), karena mengubah cara pandang umat. Aktivitas amar ma'ruf (dakwah) ini pula yang pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw.. Alhasil, seruan boikot bertujuan untuk melumpuhkan ekonomi musuh, ditambah seruan untuk menerapkan ideologi Islam untuk menyatukan kekuatan umat. Dengan kekuatan umat Islam dalam institusi global, maka kekejaman zionis Israel akan lebih mudah untuk dihentikan.
Wallahualam bissawab.
Post a Comment