Oleh Intan A.L
Ibu Rumah Tangga
“Hancurkan benih kejahatan atau itu akan balik menghancurkanmu” (Aesopus).
Ungkapan di atas menyiratkan agar kita jangan menyepelekan kesalahan sekecil apapun. Karena bisa jadi itu akan menjadi titik awal datangnya kesalahan yang lebih besar, dan itulah yang kemudian hari akan menyebabkan kehancuran di sekitar kita. Tampaknya, hal ini berlaku juga pada genosida di Palestina. Dunia telah memperhatikan dan berusaha menyelesaikan konflik berdarah itu. Melihat tak ada langkah signifikan, seruan boikot produk zionis Israel dan sekutunya pun menjadi salah satu alternatif untuk menekan mereka secara ekonomi, mengingat jumlah kaum muslimin sebagai pasar konsumen yang besar. Sehingga diharapkan hal itu akan mengurangi ongkos perang mereka yang terus mempertahankan perang di Palestina.
Salah satu produk Israel yang diwaspadai umat pada bulan Ramadan ini adalah beredarnya kurma Israel. Umat pun berbondong-bondong berusaha menghindari membeli kurma dari zionis Israel. Namun, cukupkah aksi boikot ini untuk menghentikan serangan zionis Israel? Menurut KH.Cholil Staquf, memboikot produk zionis seperti produk kurma mereka saja tidak cukup, dibutuhkan langkah lain untuk menghentikan serangan zionis Israel seperti langkah diplomatik dari persatuan negara-negara yang menentang serangan zionis tersebut di Palestina (tvonenews.com, 09/03/2024).
Sesungguhnya aksi boikot merupakan bentuk solidaritas umat yang didasari semangat perjuangan untuk menghentikan kejahatan perang yang terus berlangsung di Palestina. Allah Swt. memerintahkan dalam QS. Al-Hujurat ayat 10 yang artinya,
“Sesungguhnya orang-orang mukmin itu bersaudara.”
Semangat persaudaraan inilah yang memupuk persatuan umat dalam melancarkan berbagai aksi dalam menentang zionis Israel di berbagai lini baik aksi boikot, unjuk rasa, pengumpulan donasi ataupun lobi-lobi politik yang memungkinkan. Hanya saja tidak salah jika pendapat KH.Cholil tadi diperhatikan bahwa memang dibutuhkan langkah lain selain boikot. Faktanya semua upaya selain boikot pun memang sudah dilakukan. Namun, sebetulnya ada satu langkah lagi yang dilupakan umat yaitu memboikot segala pemikiran dan pemahaman yang disebarkan zionis di antaranya adalah menolak ideologi yang mereka emban.
Ideologi zionis Israel sesungguhnya sejalan dengan ideologi negara adidaya saat ini yakni ideologi kapitalisme. Bahkan perang yang mereka pertahankan ini adalah bagian dari prinsip kapitalisme yang menyebarkan pengaruhnya melalui penjajahan dan ‘penjarahan’. Imperialisme merupakan cara mereka untuk mengendalikan agar segala sesuatunya berjalan sesuai kepentingan mereka. Serangan di jalur gaza pun tak lepas dari motif kapitalis yang hendak mewujudkan Terusan Ben Gurion, yakni proyek jalur air yang menghubungkan Israel langsung ke Laut Merah. Proyek ini perlu melintasi Jalur Gaza yang saat ini ingin dikuasai Israel. Disebutkan Jalur Ben Gurion juga akan memperpendek rute (pengiriman) melalui Afrika selama tiga minggu. Hal ini akan berdampak besar pada rute global (financedetik.com, 15/11/2023).
Diperkirakan para ahli, motif ekonomi inilah yang membuat serangan di Jalur Gaza terus terjadi. Pada dasarnya memang tabiat imperialisme ini sejalan dengan kapitalisme yang kini juga banyak diikuti negeri-negeri muslim baik disadari ataupun tidak.
Kapitalisme yang berasaskan manfaat hanya menimbang untung dan rugi. Akibatnya paham ini dengan mudah dapat meniadakan nilai kemanusiaan bila memang diperlukan. Asas inilah yang melahirkan penjajahan baik secara fisik seperti perang ataupun penjajahan non fisik seperti menguasai wewenang ekonomi strategis di wilayah-wilayah potensial negeri lain. Mereka berusaha melakukan segala upaya dalam menguasai kekuatan dunia yang semuanya berakar dari kapitalisme yang dianutnya. Oleh sebab itu, sudah sewajarnya umat juga mencampakkan kapitalisme yang menghancurkan dan memorakporandakan kondisi kaum muslimin kini, yang terjadi tidak hanya di Jalur Gaza tapi juga di seluruh dunia.
Umat harus kembali pada Islam yang mampu menuntaskan segala problematika yang terjadi. Hanya Islam yang memiliki mekanisme sahih dalam mengatur urusan manusia dan menuntaskan secara total konflik berkepanjangan di Palestina. Melalui kepemimpinan khalifah yang akan melindungi mereka secara sistematis dan terstruktur. Khalifah yang akan berada di garda terdepan menjaga umat dari segala ancaman dan musuh-musuhnya. Rasulullah saw. bersabda,
“Sesungguhnya imam/khalifah adalah perisai, orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikannya pelindung. Jika ia memerintahkan ketakwaan kepada Allah 'Azza wa Jalla dan berlaku adil, baginya terdapat pahala dan jika ia memerintahkan yang selainnya, ia harus bertanggung jawab atasnya.” (HR Muslim)
Menurut Imam An-Nawawi, imam/khalifah adalah junnah (perisai), yaitu seperti tirai/penutup sebab menghalangi musuh menyerang kaum muslim, menghalangi sebagian masyarakat menyerang sebagian yang lain, dan melindungi kemurnian Islam, serta tempat bagi orang-orang berlindung kepadanya. Ungkapan imam/khalifah adalah junnah/perisai juga menerangkan fungsinya mencegah atau menghilangkan segala bentuk kemudaratan, kezaliman, dan kerusakan dari rakyat. Maka sosok khalifah lah yang kini dibutuhkan oleh umat. Khalifah hanya hadir tatkala Islam telah diterapkan secara menyeluruh dan sempurna dalam berbagai aspek kehidupan. Karenanya, mari kita berjuang dan mengupayakan hadirnya kembali sosok khalifah yang dirindukan di tengah umat pada masa ini. Inilah solusi tuntas untuk mengakhiri imperialisme para kapitalis termasuk konflik di Jalur Gaza Palestina.
Wallahu bishshawwab
Post a Comment