Penggiat Literasi
Menjadi seorang pengemban dakwah tidaklah mudah, namun bukan berarti susah untuk dilakukan. Sebab dakwah hakikatnya "mengajak", mengajak kepada jalan yang di ridhoi oleh Allah SWT. Aktivitas dakwah adalah aktivas mulia, aktivitas para Nabi dan Rasul. Bahkan sebab kenapa seorang Nabi atau Rasul diutus melainkan untuk mengajak kepada kebaikan.
Di dalam Al-Quran Allah SWT sampaikan, bahwa tidak ada perkataan yang baik melain menyeru kepada Allah dan Rasul nya.
Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal yang saleh (kabajikan), dan berkata: "Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang menyerah diri?" (QS: Fussilat: 33)
Dengan kata lain aktivitas dakwah
merupakan aktivitas tertinggi yang bisa
dilakukan oleh seorang muslim.
Diawal sudah disampaikan bahwa
aktivitas dakwah sangatlah mudah kita lakukan terlebih di era digital ini, hanya untuk untuk sekedar
menyampaikan kebaikan cukup
dengan mengetik sebuah nasihat atau copy paste dari sebuah artikel,
kemudian kita posting di status story media sosial kita, maka insyaAllah
kita sudah melakukan aktivitas dakwah, dan kita akan mendapatkan pundi-pundi
pahala.
Berapa banyak pahala yang bisa kita dapatkan dari hanya sebatas membuat kalimat nasihat di status story media sosial yang kita miliki? Belum lagi di kali dengan seberapa sering kita membuat nasihat yang kita posting di status story media sosial kita. Amazing bukan?
Dakwah melalui media tulisan
sudah sangat populer dilakukan oleh para ulama, bahkan mereka mencurahkan
segenap kemampuannya untuk mencurahkan seluruh khasanah keilmuannya melalui
sebuah tulisan yang mereka bukukan.
Semisal Imam As-Syafi'i, yang
kita kenal sebagai Imam Mazhab terbesar di Indonesia yaitu Mazhab As- Syafi'i
yang hampir seluruh disiplin ilmu
terdapat kitabnya, dan Kitab Al umm dan Ar-risalah adalah kitab karangan Imam As-Syafi'i yang menjadi rujukan utama bagi
siapapun yang akan mendalami masalah Fiqih dan Usul Fiqih.
Sekali lagi, hitung berapa banyak
pahala yang akan mengalir kepada Imam As-Syafi'i, sebagai pahala jariyah yang beliau
dapatkan dari mengamalan dakwah yang beliau tuangkan dalam tulisan.
Bagaimana dengan kita?
(semoga menjadi penyemangat khususnya buat penulis)
Sebagai pengemban dakwah kita mesti meneladani para ulama tersebut, yang telah berazam menjadikan tulisan sebagai wadah serta wasilah dalam menyampaikan risalah Islam. Yang pahalanya tak akan pernah terputus walaupun ajal telah menghampiri.
Apalagi tulisan dakwah yang menyangkut problematika umat yang melanda kaum muslimin, yang barang tentu mendatangkan banyak pahala. Selain pahala yang besar yang akan kita dapatkan, tulisan yang kita buat pun dalam kondisi tertentu akan menjadi wasilah nasihat buat kita, yang akan menjadi pelipur lara tatkala tantangan dakwah silih berganti menerpa. Bahkan akan menjadi penyemangat bagi kita untuk terus berkarya membuat tulisan dakwah yang akan kita sebar di media sosial dan yang lainnya, sehingga untuk mendapatkan pahala yang banyaknya pun akan kembali kita dapatkan.
Dengan berpijak dari besarnya
peluang untuk mendapatkan pahala dari tulisan yang kita buat, seyogyanya
akan menjadi penyemangat bagi kita untuk menulis di aspek yang lainnya, semisal
pendidikan, ekonomi, sosial politik dll
Lantas masih ragu kah untuk
membuat tulisan dakwah?
Wallahualam bishowab
Post a Comment