Tingginya Beban Hidup Mematikan Fitrah Keibuan




Oleh Hasni Surahman 

Aktivis Muslimah


Membuka awal tahun dengan sejuta problem kehidupan yang memilukan. Hidup yang sempit dan terhimpit telah merenggut nurani kemanusian. Ibu yang harusnya menjadi pilar literasi pertama hilang kewarasan walhasil anak yang menjadi korban pelampiasan. Desa Membalong, Kabupaten Belitung, seorang ibu membunuh dan membuang bayi yang lahir secara normal di kamar mandi, motifnya adalah faktor ekonomi (media online BANGKAPOS, 23/7/24).


Realitas hari ini uang bukan segalanya, tetapi dengan uang bisa membeli segalanya dan meyembuhkan ketidakwarasan hidup. Anak yang kehadiranya ditunggu dan kelak menjadi penyebab orang tuanya masuk surga. Nyawanya direnggut oleh ibu kandungnya sendiri, fenomena ini dipicu oleh tingginya beban hidup hari ini. 


Zaman ini kalau bukan keimanan yang menjadi tameng maka akan hancur semua pilar kehidupan. Kasus pembunuhan ini ada banyak faktor yang melatar belakanginya pertama lemahnya ketahanan iman dalam fungsi keluarga dan pemahaman tugas dan tannggung jawab antara ibu dan ayah. Ayah yang harusnya menjadi pemenuhan biaya kehidupan dan ibu yang harusnya fokus mengurusi rumah tangga dipaksa menukar peran.


Kedua lemahnya kepeduliaan masyarakat, hari ini masyarakat diajarkan untuk memikirkan perutnya sendirinya, jangankan untuk membantu sesama internal individu punya masalah masing-masing.


Ketiga tidak ada  jaminan kesejahteraan negara atas rakyat individu per individu. Negara hari ini justru disibukan dengan pesta demokrasi APBN digelontorkan untuk pemilu, juga sebagian untuk proyek ibu kota negara (IKN) setelah para investor angkat kaki. Walhasil rakyat dipaksa menyelesaikan masalah hidupnya tanpa peran negara.


Tahun lalu publik dikejutkan dengan berita seorang ibu yang tega membunuh 3 anaknya. Bahkan umur anak korban terbilang masih sangat kecil yakni 2 tahun, 4 tahun, dan 5 tahun, setelah diusut sang ibu gelap mata karena himpitan ekonomi. (media online viva.co 13/12/20). Betapa sempitnya hidup hari menjadikan orang tua kehiangan kewarasan dalam berpikir dan bertidak walhasil anak yang tidak berdosa menjadi pelampisaan. 


Maraknya para orang tua yang membunuh anak kandungnya sendiri mengkonfirmasi ada yang salah dari sistem hari ini (kapitalisme), semua lini kehidupan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Mulai dari biaya pendidikan anak yang mahal, belum lagi sandang pangan yang tidak jalah jauh mahal, menjadi alasan hilangnya  kewarasan hidup hari ini.


Islam mewajibkan negara menjamin kesejahteraan ibu dan anak melalui berbagai mekanisme, baik jalur nafkah (membuka lowongan pekerjan) untuk para ayah. Juga dukungan masyarakat ini lahir dari kesadaran keimanan bagaimana masyarakat memandang sesama mereka adalah saudara dalam akidah sehingga duka sesiapa menjadi duka bersama yang harus dibantu


Santunan negara berasal dari mekanisme negara yang memanfaatkan SDA untuk membantu beban setiap warga negaranya. Sebab fungsi negara itu hadir untuk melayani dan juga perisai bagi masyarakatnya.


Islam memiliki sistem ekonomi dan politik yang mampu mewujudkan kesejahteraan individu per individu, yang meniscayakan ketersediaan dana untuk mewujudkannya. Ekonomi Islam bukan seperti ekonomi kapitalis yang merenggut kekayaan alamnya dan memperkaya diri sendiri sedangkan warga yang harus menanggung beban. Ekonomi Islam bagaimana mengolah kekayaan alam kemudian menjalurkan untuk kemaslahatan umat itulah hebatnya Islam.


Wallahualam bissawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post