Terombang-ambing dengan Kurikulum ala Kapitalisme


Oleh: Tuti Sugiyanti, S.Pd.I

(Guru dan Aktivis dakwah)


Pendidikan adalah modal utama untuk mencerdaskan dan jalan untuk meraih sejuta cita cita dari setiap insan, dengan pendidikan pulalah akan terbangun sebuah attitude yang mulia. Tentunya semua itu dapat terlaksana dengan arah pendidikan serta kurikulum yg sesuai. Namun, yang di alami saat ini adalah pendidikan dengan kurikulum yang sangat sulit untuk di tebak dari arah mana untuk bisa mencetak generasi berattitude dengan kapasitas yang berkompeten.


Banyaknya pergantian kurikulum membuat para guru dan pelajar terombang ambing dalam menemukan  arah pencapaian. Bahkan, di negara ini sudah kurang lebih 10 kali pergantian kurikulum, dari  setiap pergantian  Menteri pendidikan akan  berganti pula kurikulumnya.

Hal ini yang membuat para guru dan pelajar itu terasa terbebani, karena setiap kurikulum yang baru  harus mulai dari awal kembali untuk menentukan perencanaan arah yang hendak di capai dengan capaian yang  tuntas. Oleh karena itulah arah tujuan pendidikan tidak bisa tercapai, juga dengan bergonta-ganti kurikulum akan menjadikan beban guru semakin berat dan paradigma belajar mengajar tidak bisa tuntas sampai tujuan.


Ketidakpahaman terhadap basis sistem pendidikan dan karakteristik manusia yang hendak dibentuknya itu, hanya akan membuat semua program-program pendidikan sebagai sarana trial and error dan menjadikan peserta didik sebagai kelinci percobaan. Setiap dari percobaan kurikulum baru  tanpa memberikan pelatihan terlebih dulu kepada guru secara mumpuni, akibatnya para guru pun merasa tertekan dan terbebani setiap mencoba dan  mengaplikasikan kurikulum baru tersebut.


Sistem pendidikan dalam sistem Sekular Kapitalisme ini hanya menghasilkan sumber daya manusia saja, juga menjadikan pola pikir dan pola sikap tidak beriringan dengan syariat Islam. Sehingga kepribadiannya pun tidak islami. Di sisi lain, para orang tua menginginkan anak-anak tidak jauh dari agama dan Tuhannya. Akan tetapi, sistem pendidikan ala kapitalisme inilah yang menjauhkan mereka dengan Tuhannya bahkan memisahkan dengan agamanya.

Sistem pendidikan ala kapitalisme ini juga sangat menjunjung tinggi kebebasan dari segala hal, maka para pelajar juga akan melakukan hal- hal yang bertentangan dengan syariat. Sehingga apa yang di hasilkan dari sistem pendidikan ini adalah para pelajar yang benar- benar rapuh dalam segala hal.



Sistem Pendidikan dalam Islam 


Kurikulum dibangun berlandaskan akidah Islam sehingga setiap pelajaran dan metodologinya disusun selaras dengan asas itu. 

Dalam proses pendidikan, keberadaan peran guru menjadi sangat penting. Bukan saja sebagai penyampai materi pelajaran, guru juga  harus memiliki kekuatan akhlak baik  dan akidah yang kuat  agar menjadi panutan sekaligus tauladan bagi para muridnya. Juga sebagai pembimbing yang akan mencetak para pelajar yang berkompeten sesuai dengan akidah Islam 

Maka dari itu, setiap guru harus mendapatkan pengadaan dari sisi metodologi, sarana dan prasarana yang memadai, kemudian jaminan dan  kesejahteraan sebagai tenaga profesional. Sehingga tupoksi dari seorang guru itu bisa di laksanakan dengan baik sesuai dan selaras dengan kemajuan dan 

perkembangan zaman.


Dalam Islam, negara  yang berkewajiban mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan yang diterapkan. Bukan hanya persoalan yang berkaitan dengan kurikulum, akreditasi sekolah atau perguruan tinggi, metode pengajaran, dan bahan-bahan ajarnya, tetapi juga mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah , sehingga tidak memberatkan dari sisi manapun.

Rasulullah saw. bersabda:

«Ø§Ù„Ø¥ِÙ…َامُ رَاعٍ ÙˆَÙ‡ُÙˆَ Ù…َسْؤُÙˆْÙ„ٌ عَÙ†ْ رَعِÙŠَّتِÙ‡ِ»

Seorang imam (khalifah/kepala negara) adalah pemelihara dan pengatur urusan rakyat dan ia akan dimintai pertanggung jawaban atas urusan rakyatnya. (HR al-Bukhari dan Muslim).

        

Wallahu a'lam bishowab

Post a Comment

Previous Post Next Post