Deforestasi atau penggundulan hutan merupakan masalah serius yang menghantui Indonesia. Country Director Greenpeace Indonesia Leonard Simanjuntak mencatat pada periode 2015-2023 saja telah terjadi deforestasi 3,4 juta hektare.
Ia menuturkan beragam penyebab deforestasi. Di antaranya adalah dua kali kebakaran hutan yang sangat besar pada 2015 dan 2019, ekspansi perkebunan sawit yang terus terjadi, pembangunan infrastruktur yang masif sepanjang hampir 10 tahun, termasuk PSN (Proyek Strategis Nasional), serta eksploitasi nikel secara besar-besaran di Indonesia bagian Timur. (www. cnnindonesia. com, 24/01/24)
Jika ditelisik lebih dalam, sangat terasa ada suatu sistem yang menggiring manusia untuk terus rakus mengambil sumber daya alam secara berlebihan demi keuntungan materi, dalam kajian politik ekonomi, inilah yang disebut sistem kapitalisme. Sistem inilah yang menjadi penyebab utama dari masalah deforestasi.
Kapitalisme secara sistemik memberikan ruang atau kesempatan pada manusia-manusia serakah untuk terus memperluas pertanian, pembangunan infrastruktur, dan eksploitasi sumber daya alam yang mengakibatkan hilangnya hutan secara massif.
Perusahaan-perusahaan besar atau para pemilik modal yang beroperasi di Indonesia mengambil keuntungan dari kegiatan mereka tanpa memperhatikan dampaknya terhadap lingkungan. Mereka seringkali melakukan pembabatan hutan secara besar-besaran tanpa memikirkan reboisasi atau perlindungan terhadap keanekaragaman hayati.
Apa yang terjadi ketika deforestasi terus dibiarkan terjadi? Di antara dampak dari deforestasi adalah hilangnya keanekaragaman hayati, adanya perubahan iklim, dan degradasi tanah. Lebih jauhnya, deforestasi ini bisa menyebabkan bencana alam seperti banjir dan longsor.
Dalam konteks inilah, kita perlu suatu sistem adil, yakni Islam sebagai agama sempurna dan lengkap, memiliki seperangkat konsep yang menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan dan keberlangsungan hidup. Salah satu konsep utama dalam Islam adalah konsep khilafah atau penjagaan bumi. Dalam Al-Quran, Allah SWT mengatakan bahwa manusia dijadikan sebagai khalifah atau pemimpin di bumi untuk merawatnya, bukan untuk merusaknya.
وَاِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلٰۤىِٕكَةِ ِانِّيْ جَاعِلٌ فِى الْاَرْضِ خَلِيْفَةً ۗ قَالُوْٓا اَتَجْعَلُ فِيْهَا مَنْ يُّفْسِدُ فِيْهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاۤءَۚ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ ۗ قَالَ اِنِّيْٓ اَعْلَمُ مَا لَا تَعْلَمُوْنَ
"Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-Mu?” Dia berfirman, “Sungguh, Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” (Q.S. al Baqarah: 30)
Rasulullah saw pun bersabda:
مَا مِنْ مُسْلِمٍ يَغْرِسُ غَرْسًا، أَوْ يَزْرَعُ زَرْعًا، فَيَأْكُلٌّ مِنْهُ طَيْرٌ أَوْ إِنْسَانٌ أَوْبَهِيْمَةٌ إِلاَّ كَانَ لَهُ بِهِ صَدَقَةٌ
"Seorang muslim yang menanam sebuah pohon atau tumbuhan, lalu ada burung, atau manusia atau hewan ternak yang turut memakan hasil tanamannya, maka tanaman itu bernilai sedekah baginya.” (HR. Al-Bukhari & Muslim)
Oleh karena itu, dalam konteks deforestasi, Islam mengajarkan pentingnya menjaga dan merawat alam serta tidak merusaknya.
Konsep selanjutnya adalah mengenai aturan kepemilikan. Dalam Islam, hutan termasuk ke dalam harta kepemilikan umum. Maka, hutan tidak boleh dikuasai oleh segelintir pihak. Hutan harus dikelola oleh negara yang hasilnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan rakyat.
Negara pun akan mejaga hutan dari pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab. Penjagaan ini dilajukan dengan optimal, karena didorong oleh ketakwaan. Sebab di dalam Islam, setiap pemimpin akan dimintai pertanggung jawabannya kelak di hari akhir.
Ketika ada pihak-pihak yang melakukan perusakan hutan, maka negara wajib segera bertindak dengan tegas, menegur bahkan memberikan sanksi yang sesuai dengan tindakan yang dilakukan oleh pengrusak.
Dengan konsep Islam seperti yang dituliskan di atas, maka masalah deforestasi akan terselesaikan. Hanya saja, konsep di atas tidak mungkin bisa dijalankan dalam kehidupan yang cenderung kalitalistik seperti hari ini.
Post a Comment