Rendahnya Keimanan dan Cinta Kasih dalam Sistem Kapitalisme


Oleh : Susiarti


Lagi - lagi pembunuhan terhadap anak kandung sendiri.

Di kutip dari berita

Bangkapos.com

Belitung /2024/01/23.

Dimana seorang ibu rumah tangga berusia 38 tahun, membunuh dan membuang bayinya yang lahir secara normal di kamar mandi.

Di duga motif dari tindakan ini terkait dengan faktor ekonomi.Pelaku merahasiakan kehamilan tersebut kepada pihak keluarganya.


Pihak kepolisian bekerja keras untuk mengungkap kasus ini dan menemukan pelaku pembuangan bayi di pondok kebun Warga Desa.

Membalong, Kecamatan Membalong.

Untuk lebih meyakinkan dugaan itu, penyidik meminta dokter untuk melakukan pemeriksaan visum luar dan USG terhadap pelaku.

Keterangan dokter kandungan dan cek USG menyatakan pelaku memang habis melahirkan serta adanya darah nifas.Pelaku pun mengakui perbuatannya.

Miris melihat seorang ibu membunuh bayi yang baru di lahirkan karena faktor ekonomi.


Disini menunjukkan tingginya beban hidup,yang mematikan fitrah keibuan seorang perempuan.

Tentu banyak faktor yang berpengaruh seperti lemahnya iman, tidak berfungsinya keluarga, sehingga ibu juga terbebani pemenuhan ekonomi.Lemahnya kepedulian masyarakat dan tidak ada jaminan kesejahteraan dari negara.

Sistem Kapitalisme lahir dari Akidah Sekularisme.Akidah yang memisahkan Agama dari kehidupan,karena tidak menggunakan aturan Agama. Maka kehidupan manusia itu diatur oleh manusia itu sendiri.

Di karenakan negara yang abai terhadap perannya. Semua ini menjadi beban para ibu, ketika ingin membesarkan anak-anak   mereka.


Jika sistem Kapitalisme mematikan fitrah seorang ibu, maka tidak dengan sistem Islam.

Sistem Islam justru akan merawat dan menjaga fitrah seorang ibu.


Jika fitrah ini terwujud secara optimal dalam diri perempuan, maka generasi pengisi peradaban akan terdidik dengan benar.


Fitrah keibuan adalah perwujudan dari qharizah nau' ( naluri berkasih sayang ) yang ada dalam setiap manusia.


Syaikh Taqiyuddin an Nabhani dalam Nizhamul Islam bab Thoriqul Iman. Menjelaskan bahwa naluri akan bangkit ketika mendapat pemicu ( rangsangan ) dari luar.

Seorang ibu akan tenang merawat anaknya, mengasuh anaknya, mendidik anaknya ketika mendapat jaminan kehidupan dengan layak dan baik.

Disinilah Islam mengatur agar negara menjadi support sistem bagi ibu dan anak supaya mereka mendapat jaminan kesejahteraan tersebut.


Seperti dalam QS.Al- Baqarah ayat ; 233.

Yang artinya, Dan kewajiban ayah memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara yang mahruf.


Dalam hal bekerja tidak cukup dari segi individu saja yang bersemangat namun juga harus ada lapangan pekerjaan.

Maka Islam mewajibkan negara sebagai penanggung jawab agar lapangan pekerjaan tersedia dengan cukup dan memadai.Hingga tidak ada seorang laki-laki pun yang tidak bekerja.

Selain itu Islam juga memerintahkan kehidupan bermasyarakat di landasi oleh ikatan akidah.

Seandainya pun seorang ibu mendapat qodo' atau takdir sang suami meninggal atau kehilangan kemampuan mencari nafkah.

Maka Islam juga memiliki mekanisme agar mereka tetap mendapat jaminan kesejahteraan.

Jalur penafkahan akan beralih kepada saudaranya. Jika tidak memiliki saudara, maka tanggung jawab akan beralih kepada negara.

Alokasi anggaran jaminan akan di ambil dari Baitul Maal.


Islam mewajibkan negara agar harga bahan pangan terjangkau oleh masyarakat. Dengan begitu ibu dapat menyiapkan kebutuhan dengan layak.

Islam juga mengatur pendidikan, kesehatan, dan keamanan di jamin oleh negara secara mutlak. Dan rakyat mendapatkannya secara gratis dan berkualitas. Karena semua kebutuhan dasar publik tersebut dibiayai oleh Baitul Maal.

Inilah wujud dari sistem negara yang diatur oleh Islam yakni KHhilafah.

Wallahu alam bissawab

Post a Comment

Previous Post Next Post