Oleh Nita Fadilah
Aktivis
Muslimah
Lagi-lagi
bansos di jadikan bahan politisasi. Apalagi meningkat saat menjelang Pemilu, sehingga
mudah dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu. Seperti dikutip dari finance.detik.com,
Jumat (02/02/2024), Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah memberikan sederet
bantuan sosial (Bansos) sejak akhir tahun kemarin. Mulai dari bantuan pangan
beras 10 kilogram (kg), BLT El Nino Rp200 ribu per bulan, hingga yang terbaru
BLT mitigasi risiko pangan Rp200 ribu per bulan. Alasan utama pemberian sederet
bansos untuk memperkuat daya beli masyarakat, khususnya masyarakat kelas bawah.
Penguatan daya beli ini perlu dilakukan di tengah kenaikan harga pangan,
meroketnya harga pangan juga diakui Jokowi terjadi di berbagai negara bukan
cuma Indonesia.
Menurut
Jokowi, bantuan sosial yang diberikan juga sama sekali tak ada kaitannya untuk
dipolitisasi sebagai keuntungan pada paslon tertentu dalam Pemilu 2024.
Pasalnya bantuan sosial itu banyak diberikan jauh-jauh hari sebelum Pemilu
2024, bahkan ada yang sudah diberikan sejak September tahun lalu.
Sungguh
miris, bantuan yang saat ini hanya sesaat, yang dapat pun tidak merata serta
kerap tidak tepat sasaran, Bahkan rakyat dijadikan bahan politisasi untuk
kepentingan penguasa. Kemiskinan menjadi kronis problem negara, dan seharusnya
negara mengentaskan kemiskinan dengan cara komprehensif dan dari akar
persoalan. Bansos bukanlah solusi hakiki, yang ada malah menjadikan harapan
kosong, menimbulkan rasa ketergantungan dan menjadi pemalas untuk masyarakat
itu sendiri. Yang dibutuhkan masyarakat bukan sekadar bansos akan tetapi
terjangkau nya harga kebutuhan pokok dan jaminan kesehatan, pendidikan oleh
negara.
Dalam
sistem demokrasi, kekuasaan menjadi hal yang diperjuangkan dengan segala macam
cara dan tipu muslihat. Peluang apapun akan dimanfaatkan dengan mengabaikan
aturan agama dalam kehidupan. Politik demokrasi selalu mengupayakan segala hal
demi mencapai kepentingan dan kekuasaan. Kepemimpinan yang lahir dari sistem
demokrasi tidak bisa di harapkan untuk menyejahterakan rakyat.
Berbeda
jika diterapkannya hukum syariat Islam, salah satu bentuk kewajiban seorang
pemimpin dalam Islam adalah berupaya menyejahterakan rakyatnya secara
keseluruhan serta berkualitas karena iman dan takwanya kepada Allah serta
memiliki kompetensi tidak perlu pencitraan agar disukai rakyat.
Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam bersabda,"Imam (khalifah) adalan raa'in (pengurus
rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya."
Dalam
Islam agar kesejahteraan dapat diraih oleh rakyat, Islam mewajibkan untuk
menjamin kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar publik, yakni terpenuhinya
kebutuhan hidup secara layak. Dan negara juga diwajibkan menjamin harga bahan
pokok terjangkau oleh masyarakat dan masalah bahan pokok dapat tercukupi.
Kebutuhan seperti pendidikan, kesehatan, keamanan, infrastruktur dan lainnya
dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat. Bahkan bisa menikmatinya secara
gratis dengan anggaran pos kepemilikan umum dan pos kepemilikan negara
baitulmaal yang akan dialokasikan untuk menjamin kebutuhan tersebut.
Islam
juga menetapkan kekuasaan adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan
dihadapan Allah swt. Dan dalam Islam juga amanah kekuasaan digunakan untuk
menerapkan hukum syariat Islam. Hanya dengan menerapkan Islam secara kaffah
semua bisa terwujud. Sistem Islam begitu sempurna, mengatur semua permasalahan
dan solusi sesuai syariat Islam.
Wallahualam
bissawab
Post a Comment