Petani Sejahtera Dalam Naungan Islam


*Oleh: Ratna Juwita*


Pemerintah Kabupaten Bandung melalui Dinas Pertanian kembali melaksanakan kegiatan MUPAKAT atau Musyawarah Bupati dengan Masyarakat Tani di Lapangan Sepak Bola Kiarapayung Desa Banjaran Wetan Kecamatan Banjaran Kabupaten Bandung, Selasa (30/1/2024).


Bupati Dadang Surpiatna mengatakan kegiatan Mupakat ini dilaksanakan karena memang masyarakat Kabupaten Bandung yang di antaranya sebanyak 88.000 petani dan 1.867 kelompok tani, bisa menstabilkan dan menumbuhkan laju pertumbuhan ekonomi dan juga inflasi. Sebanyak 88.000 petani itu mendapatkan program BPJS Ketenagakerjaan.


Dadang Supriatna mengatakan kolaborasi ini penting untuk dilakukan karena Pemerintah Kabupaten Bandung sudah memiliki BUMD (Badan Usaha Milik Daerah), yaitu PT. BDS (Bandung Daya Sentosa), yang khusus bagaimana mengawal para petani.


“Ternyata memang disamping pupuk juga masih banyak kebutuhan tentang alsintan (alat mesin pertanian),” katanya.

(Bidik Ekspres.id).


Pemerintah telah mengeluarkan berbagai program untuk menaikkan kesejahteraan petani.Namun hingga hari ini, hidup sejahtera dan layak bagaikan mimpi bagi sebagian besar petani. Bahkan tak sedikit yang akhirnya meninggalkan profesi sebagai petani karena kehidupan yang tak menjanjikan.


Kesejahteraan petani saat ini memang jauh dari harapan.Petani memiliki peran penting dalam perkembangan pertanian di indonesia baik dalam kebutuhan pangan maupun industri.Program mupakat merupakan interaksi antara penguasa dan rakyat yang dianggap angin segar untuk mencari solusi, tetapi tidak menyentuh akar persoalan mengapa petani di Indonesia, khususnya di Kab. Bandung tidak sejahtera.


Jika diamati akar persoalannya adalah petani di negeri ini harus berjuang,bersaing mati-matian dengan kebijakan impor yang dinilai merugikan petani.Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat impor beras sepanjang 2023 merupakan impor terbesar selama 5 tahun terakhir. Jumlah impor beras sepanjang tahun lalu mencapai 3,06 juta ton atau naik lebih dari enam kali lipat, bila dibandingkan dengan total impor di sepanjang tahun 2022 yang sebesar 429,21 ribu ton.


Tantangan selanjutnya yang harus dihadapi petani adalah melonjaknya harga bahan pangan pokok, efek domino lonjakan harga internasional sejumlah komoditas, cuaca, hingga harga pupuk non-subsidi.Mahalnya harga pupuk dan benih yang langka tentu memberatkan petani.

Inilah yg membuat tingkat kesejahteraan petani tidak meningkat.


Islam memiliki seperangkat sistem yang super lengkap. Dalam problem pangan khususnya, paradigma Islam membangun ketahanan dan kemandirian pangan adalah dengan mengoptimalkan lahan pertanian sebagai lumbung pangan negara. 


Dalam sistem Islam negara akan mengoptimalkan intensifikasi dan ekstensifikasi pertanian. Intensifikasi dilakukan dengan meningkatkan produktivitas lahan yang tersedia serta penyediaan saprodi dan berbagai sarana pertanian dengan teknologi mutakhir. Ekstensifikasi dapat dilakukan dengan mengoptimalkan tanah mati sebagai lahan baru.


Distribusi pangan juga harus adil dan merata. Islam melarang praktik penimbunan, kecurangan, monopoli, dan pematokan harga. Praktik monopoli pasar termasuk kartel adalah cara perdagangan yang diharamkan Islam. Praktik perdagangan seperti ini hanya menguntungkan para pengusaha karena mereka bebas mempermainkan harga. Negara yang menerapkan sistem Islam akan memberangus praktik-praktik perdagangan yang diharamkan.


Sistem Islam juga mengutamakan kebutuhan pangan dalam negeri, yaitu tidak sembarang melakukan impor sedangkan pasokan pangan negara melimpah. Petani dalam Islam posisinya sangat krusial. 


Dengan demikian solusinya harus mendasar, yaitu mengenyahkan sistem kapitalis sekuler yg menjadi akar semua persoalan di negeri ini.


Peran penting inilah yang menjadikan sistem Islam akan menyejahterakan kehidupan para petani. Dengan kemandirian dan ketahanan pangan berbasis syariah kaffah, akses pangan berkeadilan akan terjamin.Petani sejahtera dalam naungan Islam.Wallahualam

Post a Comment

Previous Post Next Post