Pemilu Hanya Berubah Orang, Nihil Perubahan


Luluk Afiva

Praktisi Pendidikan


Pesta demokrasi alias Pemilu akan segera digelar. Para paslon pun masih melakukan berbagai macam aksi untuk menarik simpati dan suara rakyat. Ada yang melalui pesan chat, hitam diatas putih dengan tokoh masyarakat untuk memengkan Paslon, tawar-menawar dengan iming-iming akan diberikan sejumlah dana untuk desa dan lain-lain. Hal tesebut sudah biasa dilakukan menjelang Pemilu, anehnya walaupun masyarakat sudah mengerti fakta pemilu yang penuh dengan tipu-tipu dan politik money, mereka masih berharap akan ada perubahan setelah Pemilu nanti. 


Padahal faktanya, sudah berkali-kali menyelenggarakan Pemilu tidak ada perubahan yang berarti, malah kondisi masyarakat semakin menderita, beban hidup mereka semakin berat, hidup sejahtera yang diimpikan hanya ilusi. Namun sayangnya masyarakat tidak pernah mengambil pelajaran dari pemilu yang sebelum-sebelumnya, bahwa pada hakekat Pemilu dalam demokrasi hanya ganti orang (rezim) tidak akan membawa perubahan apapun, karena sistem yang digunakan tetaplah sama yaitu kapitalisme demokrasi.


Pemilu dalam kapitalisme-demokrasi berasaskan sekulerisme yaitu memisahkan agama dari kehidupan. Kebebasan merupakan nilai yang dijunjung tinggi sementara materi (kekayaan, kekuasaan) adalah tujuan hidupnya, kerakusan adalah tabiat mereka. Maka berlakulah hukum rimba yang kuat (punya modal) dia yang menang, sementara yang lemah tersingkirkan (tertindas), tidak peduli halal dan haram. Bahkan menjadikan rakyat jadi korban atau tumbal untuk meraih tujuan, dianggap sah-sah saja.


Selain itu, dalam demokrasi politik juga berbiaya mahal sehingga wajar memberikan peluang bagi Paslon untuk bersimbiosis dengan pemilik modal (kapitalis, pengusaha) untuk mendanai mereka. Sehingga wajar ketika terpilih, mereka hanya berpikir bagaimana mengembalikan dana, mengumpulkan kekayaan dan balas Budi kepada para kapitalis/pengusaha (korporasi), sehingga lahirlah kebijakan-kebijakan yang membela kepentingan kapitalis/pengusaha bukan membela kepentingan rakyat. 


Sudah saatnya masyarakat  menyadari bahwa akar persoalan negara saat ini adalah akibat penerapan sistem sekuler kapitalisme demokrasi sehingga perubahan yang harusnya ditawarkan adalah perubahan hakiki, bukan perubahan semu yang ditawarkan sistem politik demokrasi.


Jadi Perubahan yang seharusnya diperjuangkan bukan hanya ganti rezim setaiap lima tahun sekali, melainkan harus mengarah pada perubahan sistem hidup yang diterapkan, yakni perubahan dari sistem sekuler demokrasi yang nyata rusak dan merusak menuju sistem Islam berasal dari Sang Pencipta (Allah Swt).


Sudah seharusnya perubahan hakiki itu hanya dengan tegaknya syariat Islam, yakni menerapkan hukum-hukum Allah yang dipastikan akan membawa keberkahan, yaitu sistem islam atau kekhalifahan. inilah yang secara empiris pernah menaungi umat Islam, bahkan nonmuslim selama belasan abad. Sepanjang masa itu pula kesejahteraan dan persatuan hakiki terwujud dalam kadar yang tidak pernah ada bandingannya yang menjadikan umat Islam tampil sebagai umat terbaik yang memimpin peradaban cemerlang, sekaligus menebarkan Rahmat ke seluruh alam.

Post a Comment

Previous Post Next Post