Menjadikan Bencana Banjir sebagai Introspeksi untuk Hijrah kepada Sistem Buatan-Nya


Oleh: Yani Riyani (Ibu Rumah Tangga)


Badan Penanggulangan Bencana (BPBD) Riau mencatat sedikitnya 6000 orang dari sejumlah daerah di provinsi tersebut mengungsi akibat rumah, lahan, dan tempat usaha mereka terdampak banjir sejak beberapa pekan terakhir ini. Mereka yang mengungsi berasal dari kabupaten Rakan Hilir kepulauan Meranti dan kota Dumai. Sedangkan warga dari kabupaten dan kota lain yang terdampak banjir belum tercatat ada yang mengungsi. Edy Afrizal mengatakan jumlah korban banjir di Provinsi Riau terus bertambah, pihaknya mencatat jumlah warga provinsi itu yang mengungsi akibat banjir sudah mencapai 6.467 jiwa. BPBD mencatat jumlah pengungsi terbanyak adalah warga Kabupaten Rokan Hilir yakni 3.999 orang lantaran rumah mereka terendam banjir. (CNN Indonesia, 13/1/2023)


Banyak hal yang menjadi penyebab banjir di negeri ini, dan itu terjadi berulang-ulang dari tahun ke tahun seharusnya menjadi PR pemerintah dan masyarakat agar bencana ini tidak terus terulang di setiap menghadapi musim penghujan. Masalah pertama penyebab terjadinya banjir di daerah-daerah dan perkotaan bisa disebabkan oleh pembangunan yang jor-joran dan pengrusakan lingkungan perhutanan tanpa memperhatikan mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL). Karena itu sebelum melakukan pembangunan perlu dilakukan pengkajian, analisis, dan kritisi secara mendalam terhadap efek yang akan timbul pada lingkungan hidup. Ketika pembangunan mengabaikan AMDAL maka dampak yang dirasakan bukan oleh satu orang saja tetapi semua orang akan merasakannya.


Masalah kedua adalah kawasan perairan yang beralih fungsi menjadi pemukiman, perindustrian, pertokoan, dan lain-lain. Hal ini menyebabkan dampak yang sangat besar yaitu dampak ekonomi dan lingkungan. Dampak ekonomi bisa dirasakan dengan kerugian masyarakat di daerah pantai yang kehilangan mata pencahariannya. Dampak lingkungan dengan berubahnya arus laut, kenaikan muka air sungai yang menjadi terhambat untuk masuk ke laut, sehingga menyebabkan banjir semakin parah, belum lagi dampak-dampak lainnya seperti masalah sosial dan budaya.


Penyebab lainnya karena alih fungsi lahan perhutanan dan pertanian menjadi kawasan industri, pemukiman dan pertokoan. Inilah dampak pembangunan sistem kapitalis yang hanya mengejar profit oriented semata, tidak diperhatikannya bencana yang akan dihadapi masyarakat di kemudian hari, maka adalah hal yang wajar ketika hujan datang dengan intensitas yang tinggi, air tidak bisa lari ke tempat yang semestinya air mengalir, tapi diam menciptakan genangan yang besar akhirnya menenggelamkan wilayah yang ada disekitarnya.

Masalah ketiga yang tidak kalah pentingnya adalah kesadaran masyarakat yang sangat rendah dalam menjaga kelestarian lingkungan. Membuang sampah sembarangan, bahkan mereka membuang sampah ke sungai sehingga menghambat aliran air. Dan tentunya hal ini merugikan mereka sendiri ketika banjir datang.


Dan semua itu tentulah berawal dari lemahnya peran negara dalam tata kelola lingkungan serta kurangnya edukasi terhadap masyarakat terkait upaya melestarikan lingkungan. Di tambah lemahnya sanksi bagi orang-orang yang melakukan pengrusakan, serta pemerintah membuka lebar-lebar keran bagi para investor, namun lemah dalam pemberian aturan dan sanksi.

Para pemilik modal asing, oligarki diberikan kemudahan dalam izin pembangunan di negeri ini tapi mereka abai dengan kelestarian lingkungan.


Lain halnya ketika Negara Islam hadir sebagai Penguasa Dunia, maka upaya-upaya pemerintahan yang menjalankan sistem Islam dapat dilakukan dengan beberapa cara untuk mengatasi banjir yang disebabkan karena derasnya hujan, rob, atau geiser yaitu dengan membangun bendungan-bendungan. Pemerintahan di masa Islam juga memetakan daerah-daerah rendah yang rawan terkena genangan air, dan melarang masyarakat untuk membangun tempat-tempat tinggal di daerah tersebut, untuk mengurangi penumpukan volume air pemerintah membangun kanal-kanal, sungai buatan, saluran drainase serta membangun sumur-sumur resapan.


Alhasil untuk mengatasi bencana banjir harus ada tindakan dan usaha bersama antara masyarakat dan pemerintah pusat dan daerah yang menerapkan sistem syariat Islam yaitu dengan segera mencampakkan sistem kapitalis sekuler yang selalu mengejar keuntungan semata tanpa menonjolkan unsur ketakwaan didalamnya, maka kerusakan-kerusakan di muka bumi dan masyarakat akan terjadi berulang dan bekelanjutan.

Firman Allah:

"Dan musibah apapun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan banyak (dari kesalahan-kesalahanmu)."

(TQS. Asy-Syura : 30)


Wallahu'alam bi ash shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post