Layanan Trasportasi Memakan Korban Jiwa, Di Mana Tanggung Jawab Negara?



Oleh Nita Zubair (Aktivis Dakwah)


Beberapa waktu lalu, kecelakaan transportasi kembali memakan korban jiwa. Kereta Feeder kereta cepat Whoosh menabrak sebuah minibus di Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat (14/12/2023). Minibus Daihatsu Sigra yang bernomor polisi D 1859 AJV sempat terseret sepanjang 500 M setelah tertabrak kereta Feeder yang melaju dari arah Padalarang menuju Bandung. Minibus tersebut melintas diperlintasan tanpa palang pintu. Menurut AKP Sudirianto selaku Kasatlantas Polres Cimahi mengatakan tempat terjadinya insiden ini di perlintasan Desa Cilame, Ngamprah, Kabupaten Bandung barat Jawa Barat pada pukul 12.43 WIB. Dari 6 penumpang dalam kecelakaan tersebut, 4 orang meninggal dunia dan 2 orang masih dalam perawatan dan mengalami cedera berat pada bagian kepala. (cnnindenesia.com, 15/12/2023)


Insiden lain juga terjadi di ruas Tol Cipali, Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat (15/12/2023). Kepolisian daerah Jawa Barat mengungkapkan telah terjadi kecelakaan bus PO Handoyom di ruas jalan Tol Cipali yang memakan korban, 12 orang penumpang meninggal dunia. Menurut dugaan pengemudi kehilangan kendali atas kendaraannya. Komisaris Besar Polisi, Ibrahim Tompo selaku Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Polda Jawa Barat mengatakan pengemudi diduga kurang antisipasi. Sehingga berakibat kendaraan oleng, tidak terkendali dan menabrak guardrail. Kendaraan terbalik miring. Roda bagian kiri di atas badan jalan menghadap arah selatan. (liputan6.com, 16/12/2023)


Transportasi adalah jasa yang memberikan layanan kendaraan bagi masyarakat. Namun, alih-alih memberi kemudahan bagi para pengguna transportasi, justru malah memakan korban jiwa. Hal ini membuat pemerintah kiranya harus mengevaluasi diri agar kecelakan tidak terjadi lagi. Bukan hanya sekali atau dua kali kecelakaan transportasi terjadi di negara ini, pada pertengahan Desember 2023 saja sudah beberapa kali terjadi kecelakaan. 


Dari kecelakaan yang terjadi bisa dilihat bahwa layanan transportasi saat ini sedang tidak baik-baik saja. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor terjadi kecelakaan. 


Pertama, faktor pengemudi yang lalai. Hilangnya kendali pengemudi dalam mengendarai transportasi dapat mengakibatkan terjadinya kecelakaan. Selain itu, kurangnya antisipasi dalam berkendara juga menjadi penyebab terjadi kecelakaan. 


Kedua, negara berlepas tangan terhadap tata kelola transportasi dan menyerahkan tanggung jawab sepenuhnya kepada swasta. Karena negara tidak memiliki visi untuk meriayah, hasilnya keberadaan negara tidak didapatkan. Tanggung jawab diberikan kepada swasta dengan maksud kerja sama dan investasi. Ketika layanan tranportasi diserahkan kepada swasta, maka prinsipnya adalah untung rugi bukan pelayanan. Terbukti, palang pintu yang seharusnya ada di setiap perlintasan jalan justru terabaikan.


Oleh karena itu, penguasa harus menyadari posisinya sebagai seorang pemimpin yang mempunyai tanggung jawab besar terhadap rakyatnya, termasuk tanggung jawab untuk bisa menjaga keselamatan rakyatnya. Ketika terjadi kecelakaan, maka setiap yang menjadi korban berhak menuntut pengurusan penguasa. 


Dari sini, bisa dilihat bahwa infrastruktur layanan transportasi diabaikan oleh negara. Sehingga keselamatan rakyat justru terancam. Di samping itu, pemerintah lebih memilih membangun proyek-proyek yang tidak urgen dengan dana puluhan triliun rupiah.


Islam Menjamin Keamanan Rakyat


Berbeda dengan sistem Islam, Islam adalah agama yang mengatur seluruh urusan kehidupan. Islam sangat menghargai nyawa manusia, sehingga dalam pelayanan transportasi penumpang akan mendapatkan jaminan keselamatan dalam berbagai kondisi. Karena dalam Islam, nyawa manusia sangat berharga. Selain itu, pengemudi akan diberikan edukasi agar tidak terjadi kelalaian dalam berkendara. Pengemudi  berhati-hati dalam mengemudi guna mengantisipasi terjadinya kecelakaan. 


Tidak hanya itu, negara bertanggungjawab atas keselamatan rakyatnya. Negara akan mengupayakan agar berkurangnya resiko dalam kecelakaan. Negara memperhatikan pembangunan infrastruktur yang terbaik dengan memberikan layanan transportasi yang optimal. Hal ini bisa ditemukan dalam sepanjang peradaban Islam. Islam mampu mewujudkan keamanan dan keselamatan dalam layanan transportasi, seperti dalam penyediaan jalan. Dalam buku The Miracle Of Islam Science oleh Dr Kasem Ajram (1992) menuliskan pesatnya pembangunan infrastruktur layanan transportasi (jalan) yang ada pada masa kejayaan Islam. Digambarkan bagaimana kecanggihan jalan-jalan di kota Baghdad, Irak, pada abad ke-8 Masehi. Jalannya sudah dilapisi aspal. Dari sini bisa dilihat bahwa pembangunan jalan pada masa itu sudah sangat maju dan memperhatikan infrastruktur jalan yang sangat memadai.


Kemudian dalam negara Islam, penguasa bertanggungjawab penuh atas keamanan dan keselamatan rakyatnya. Segala pembangunan infrastruktur tidak akan diserahkan kepada swasta baik dengan dalih kerja sama ataupun investasi. Sehingga palang pintu yang ada dalam perlintasan jalan tidak akan terabaikan. Karena pemimpin dalam Islam menyadari akan dimintai pertanggungjawaban baik di dunia maupun di akhirat atas rakyat yang dipimpinnya. Itulah mengapa khalifah Umar bin al-Khatthab ra menghawatirkan akan dituntut di akhirat kelak jika di wilayah yang ia pimpin jalannya berlubang. 


“Andaikan ada seekor binatang melata di wilayah Irak yang kakinya terperosok di jalan, aku sangat takut Allah akan meminta pertanggungjawabanku karena aku tidak memperbaiki jalan tersebut.”


Demikian mengagumkan infrastruktur jalan dan pertanggungjawaban pemimpin pada masa Islam. Untuk itu, semoga Islam berdiri kembali agar umat bisa mendapatkan jaminan keamanan dan keselamatan yang benar-benar terbaik. 


Wallahualam bissawab. 


Post a Comment

Previous Post Next Post