Aktivis Muslimah
Ada sebuah fenomena yang aneh menjelang pemilihan umum yang membuat kita sangat miris, hal itu tidak lain adalah fakta sejumlah rumah sakit atau rumah sakit jiwa yang telah menyiapkan kamar-kamar untuk menampung para caleg yang gagal terpilih. Persiapan ini sebagai antisipasi berdasarkan pemilu-pemilu sebelumnya, banyak di antara caleg yang gagal terpilih menderita gangguan mental atau gangguan jiwa akibat tidak siap menerima kekalahan.
Menurut Direktur Utama Pusat Kesehatan Jiwa Nasional Dr. dr. Nova riyanti Yusuf, Sp.KJ. bahwa calon legislatif (caleg) yang mencalonkan diri namun tidak mempunyai tujuan yang jelas sangat rentan mengalami gangguan mental. Nova mengatakan, banyak pasien yang pernah gagal saat mencalonkan diri sebagai caleg kemudian terlilit hutang atau kecewa berat hingga depresi dan mengakhiri hidupnya. (Antaranews.com, 11/12/2023).
Jika kita cermati dengan seksama, fenomena yang terjadi ini membuktikan bahwa pemilu dalam sistem kapitalis sekuler yang diterapkan saat ini memang sangat rawan mengakibatkan gangguan mental. Pemilu yang berbiaya tinggi, pasti membutuhkan perjuangan dengan mengerahkan segala macam cara seperti uang, tenaga, pikiran, dan lain-lain untuk meraih kemenangan. Selain itu, pandangan manusia terhadap jabatan yang merupakan sesuatu yang menjadi impian, karena dianggap bisa menaikkan harga diri atau prestise, juga jalan untuk mendapatkan keuntungan materi dan kemudahan fasilitas dan lainnya.
Kekuatan mental akan menentukan sikap seseorang terhadap hasil pemilihan. Pendidikan yang saat ini diterapkan sangat berpengaruh terhadap kekuatan mental seseorang. Pendidikan yang berasaskan sekuler yaitu pemisahan agama dari kehidupan, telah menihilkan peran agama dan spiritual yang pada akhirnya menghasilkan individu-individu yang lemah jiwanya, mudah terguncang dan tidak siap menerima segala bentuk kemungkinan yang terjadi di dalam kehidupan. Sistem ini telah gagal membentuk kepribadian Islam yang kuat dan tangguh, terbukti dengan meningkatnya gangguan mental di masyarakat. Sudah saatnya kita campakkan sistem kapitalis sekuler ini yang terbukti merusak pola pikir umat dan menyebabkan gangguan mental pada manusia.
Sungguh sangat berbeda dengan Islam. Islam memandang kekuasaan dan jabatan adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah Swt.. Di dalam Islam, manusia dihormati dan dihargai bukan karena kekuasaan atau jabatannya melainkan karena ketakwaannya. Jika pun ada orang yang mencalonkan dirinya dalam kekuasaan, itu tidak lain semata-mata karena dia mampu untuk mengurus dan mengatur masyarakat dengan senantiasa menjalankan seluruh aturan Allah dan dan menjauhi seluruh larangan-Nya. Jika pun individu itu tidak terpilih untuk mengatur umat, tetap bisa berkontribusi untuk kemajuan umat di bidang yang lain.
Selain itu, sistem pendidikan Islam akan menghantarkan individu menjadi orang yang memahami bahwa kekuasaan itu adalah amanah dari Allah dan beriman kepada qada dan qadar yang telah ditetapkan Allah Swt. sehingga melahirkan individu yang selalu tenteram dalam kebaikan karena selalu bersyukur dan bersabar terhadap apapun yang terjadi pada dirinya, menjadikannya terhindar dari gangguan mental.
Sudah saatnya kita kembali kepada Islam. Hanya Islam yang mampu menjaga kesehatan mental masyarakat dan menjauhkannya dari gangguan mental yang akan membahayakan tujuan masyarakat di dalam berbangsa dan bernegara. Penerapan Islam secara kafah akan mewujudkan kekuatan mental dan kepribadian Islam yang tangguh yang mampu berkontribusi untuk mewujudkan kemaslahatan dan kebaikan bagi umat.
Wallahu a’lam bishshawwab.
Post a Comment