Gaza, Butuh Pertolongan Nyata Bukan Fatamorgana

 



Oleh. Nur Aiza Wadhurianti

 (Generasi Peduli Umat) 


Penyerangan Israel ke wilayah Gaza Palestina sejak 7 Oktober sudah berlangsung selama kurang lebih 100 hari. Dalam penyerangan tersebut korban yang paling banyak adalah anak-anak dan perempuan. Sungguh tampak jelas betapa keji dan biadab nya perlakuan Yahudi Israel terhadap saudara Muslim di Palestina.  Berbagai masyarakat pun di seluruh negara mengecam apa yang di lakukan Yahudi Israel jelas-jelas telah melanggar hak asasi manusia (HAM).


Sejak balasan Israel atas penyerangan Hamas 7 Oktober 2023, tercatat sudah sebanyak 23.843 orang warga Palestina yang tewas dan lebih dari 60.317 lainnya luka-luka. Korban yang paling banyak anak-anak dan wanita. Minggu, (Tribunpriangan, 14/1/ 2024)


Konflik antara Palestina dan Israel tak kunjung berakhir. Serangan demi serangan terus saja dilakukan oleh pasukan Israel ke Palestina, mulai dari pengeboman, penembakan, bahkan rumah sakit, sekolah, tempat-tempat ibadah pun mereka serang. Segala cara mereka lakukan untuk merebut tanah Palestina, sebab tanah tersebut adalah tempat tersuci ketiga umat Islam.


Serangan Israel secara biadab yang dilancarkan oleh geng-geng pemerintah penjajah Israel terhadap jalur Gaza, peristiwa ini mengingatkan kembali memori barbarisme, akan pembunuhan terhadap warga Palestina di Gaza selama bulan suci Ramadhan pada tahun 2014 lalu.


Selain serangan senjata dan bom, kini duka kelaparan telah melanda Palestina. Israel telah mengepung seluruh daerah yang menuju Gaza agar negara lain tidak dapat memberikan bantuan ke Gaza, mereka di berhentikan ketika hendak memasuki wilayah tersebut. Alhasil, warga Gaza banyak yang kekurangan bahan makanan, air, dan obat-obatan.


Kekejaman yang terjadi di Gaza Palestina ini, sangat menunjukkan kekejaman zionis yang belum berakhir bahkan menunjukkan peningkatan intensitas tindak kekerasan, yang dimana siapapun manusia di muka bumi ini tidak akan sanggup menerimanya apalagi hanya terlihat berdiam diri melihat kekejaman demi kekejaman menimpa kaum Muslim di Palestina.


Umat Islam di Palestina telah menangis dan menjerit histeris meminta pertolongan kepada dunia, terlebih lagi kepada saudara seimannya. Namun, negeri-negeri Muslim hanya bisa prihatin dan mengecam. Sebab, negeri Muslim tidak mampu atau bahkan ada keinginan namun hegemoni negara-negara kafir “melindungi” eksistensi Israel di Bumi Al-Aqsha seolah menutup kemungkinan dikirimkannya bala tentara kaum Muslim.


Sejatinya ketidakberdayaan negeri-negeri Muslim, semakin menggambarkan bahwa penguasa saat ini tidak mempunyai kekuatan terhadap penindasan tersebut. Alhasil, kita hanya bisa menonton berbagai penindasan tersebut tanpa bisa berbuat apa-apa kecuali mendoakan. Padahal jumlah tentara kaum Muslim di berbagai belahan dunia ini sangat banyak. Namun, mereka pun tak bisa melakukan sesuatu untuk menolong saudara kita di Palestina. 


Masyarakat Islam Palestina membutuhkan bantuan, terkhusus tentara Muslim yang hendak membantu perjuangannya, tapi sayang negeri-negeri Muslim sedikit yang membantu. 


Muslim ibarat satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh sakit, maka anggota tubuh lainnya akan merasakan rasa sakit yang sama. Maka seperti itulah persaudaraan sesama Muslim, ibarat satu tubuh yang saling merasakan, senasib dan sepenanggungan 


Seharusnya penguasa negeri Muslim mengingat akan hadis Rasulullah saw.  tentang pentingnya perlindungan darah dan harta kaum muslim, Beliau saw. bersabda: "Sungguh, darah dan harta kalian itu haram(suci) seperti sucinya hari kalian ini,di negeri kalian ini dan pada bulan kalian ini". (HR. Muslim)


Makna ayat tersebut tidak di perbolehkan biar sedikit pun darah kaum Muslim ia tumpah tanpa hak. Maka para pemimpin muslim tidak boleh membiarkan ketika ada darah seorang Muslim yang tertumpah tetapi tidak ada pembelaan.


Dengan demikian, menjadi seorang penguasa adalah suatu amanah yang akan di pertanggung jawabkan di akhirat kelak, dan harusnya para penguasa-penguasa negeri Muslim itu menolong saudara Muslim Palestina dengan mengirim bantuan pertahanan atau tentara-tentara yang ada di negeri nya. Namun sayangnya, negeri-negeri Muslim yang berpegang pada kapitalisme sekularisme tidak akan memilih jalan tersebut, sampai kapan pun di sebabkan karena kapitalisme sekularisme ini menjadikan negeri-negeri Muslim ini patuh pada kepentingan negara adidaya, Amerika Serikat.


Palestina membutuhkan bantuan dari negeri-negeri Muslim nyata dengan berupa pengiriman tentara dan hal itu bisa terwujud dengan adanya satu institusi (pemerintahan) yang menerapkan sistem Islam secara sempurna. Institusi ini akan membantu Palestina dengan segala kemampuannya untuk membebaskan Palestina karena sudah menjadi kewajiban nya untuk melindungi kaum Muslim.


Rasulullah saw.bersabda: “Sungguh Imam/Khilafah (kepala negara) itu laksana perisai, (orang-orang) akan berperang di belakangnya dan berlindung kepada dirinya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


Sistem pemerintahan yang menerapkan Islam secara kafah akan menggunakan kekuasaan yang di tangannya untuk menerapkan hukum-hukum Islam secara sempurna karena itu sudah menjadi suatu amanah pemimpin dalam Islam.


Wallahu a’lam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post