Desa Wisata, Menaikkan pendatang Desa atau Pengalihan Amanah?


Oleh: Oktavia
 (Aktivis Muslimah)


Indonesia, bukan negara biasa. Indonesia  merupakan negara dengan sejuta potensi yang berlimpah ruah, mulai dari keindahan setiap daerah, keberagaman suku, SDA (Sumber Daya Alam) dengan kualitas terbaik diantara negara lain, SDM (Sumber Daya Manusia) yang ulet, ramah dan masih banyak lagi. Maka tak heran banyak yang menyebut bahwa Indonesia kepingan surga. 


Potensi luarbiasa yang di miliki Indonesia dengan sigap dilirik oleh asing, oleh penjajah. Pendahulu kita (pahlawan dan ulama) sudah berupaya untuk membebaskan Indonesia dari segala penjajah di Indonesia. Mulai dari kerja paksa, pengerukan SDA (Sumber Daya Alam), pengerukan rempah-rempah dan masih banyak lagi. Namun upaya itu ternyata tidak lantas menjadikan Indonesia (kepingan surga) menjadi negara yang merdeka dan makmur. Nyatanya Indonesia sampai saat ini masih terjajah secara terselubung. 


Penjajah gaya baru telah menyusup ketubuh Indonesia, secara tidak sadar dengan adanya UU dan turunannya menjadi alat  jajah bagi  indonesia. Liberalisasi terjadi disegala lini, mengatasnamakan modernisasi padahal sedang memasukan budaya barat ke negara ini, kapitalisasi menjerat disemua lini, dan masih banyak lagi. Setelah ditelaah lebih dalam ternyata dibalik semua ini ada kepentingan oligarki bermain.


Oligarki kapitalis bermain cantik, para penguasa pun mengiyakan karena dengan berkontribusinya oligarki di Indonesia, maka penguasa tak usah susah-susah mengelola Sumber Daya Alam. Karena tidak dipungkiri mengurusi SDA (Sumber Daya Alam) bukan hal yang mudah dan bahkan juga membutuhkan dana yang besar. 


Sehingga kalau kita perhatikan lagi, para penguasa negeri cenderung fokus kepada program-program kecil. Dengan dalih program menyentuh rakyat dan dapat menyelesaikan masalah hingga akar.


Progam pemerintahan yang mulai ramai dijalankan diberbagai daerah adalah desa wisata, ada beberapa tujuan diadakannya desa wisata, salah satunya untuk mendukung program pariwisata pemerintah dengan menyediakan obyek wisata alternatif selain itu juga untuk Menggali potensi desa guna meningkatan pendapatan masyarakat sekitar, dan mencegah urbanisasi. Progam desa wisata ini menawarkan suasana asli desa, adat istiadat, kesehatan hingga arsitektur bangunan. Dengan tujuan diadakannya desa wisata maka diperlukan suport dari semua pihak, salah satunya para donatur untuk menggarap progam tersebut. Para pemodal bermain pada progam ini.


Jika dilihat dari dekat sebenarnya progam ini baik-baik saja, bahkan lebih menguntungkan masyarakat sekitar. Namun jika ditelaah lebih dalam lagi banyak bahaya mengancam dibalik progam ini. Dari mulai membangkitkan tahayul-tahayul pada daerah masing-masing guna menarik pengunjung, masukkan budaya barat melalui para turis yang berkunjung, hingga intervensi pemodal dalam mengendalikan daerah tersebut. 


Disini diperlukan peran pemerintah yang sesungguhnya, untuk mengatur sedemikian apik namun tidak menjadikan para penduduk di desa wisata menjadi korban. Pemerintah mempunyai peran yang urgent dalam memastikan kebutuhan rakyat terpenuhi secara sempurna jikapun progam ini diadakan guna meningkatan pendapatan rakyat, namun perlu dipastikan progam ini tidak membahayakan masyarakat, secara akidah maupun kultur budaya. Terlebih fungsi pemimpin, memastikan semuanya kebutuhan rakyat tercapai dengan mudah, kalaupun kesulitan masih ada jalan lain guna memakmurkan rakyatnya. Salah satunya dengan memaksimalkan pengolahan SDA (Sumber Daya Alam) yang melimpah.


Pemerintah didalam Islam sangatlah urgent, pemimpin didalamnya mengampu amanah yang tidaklah ringan. Rasulullah SAW. bersabda, "Imam [kepala negara] itu laksana penggembala, dan dialah penanggung jawab rakyat yang digembalakannya." Gambaran yang luarbiasa ini patut kita contoh. Karena seorang penggembala tidak akan rela hewan gembalanya kelaparan, kehausan, badannya kurus kering bahkan ia tidak akan tinggal diam jika hewan gembalanya menjadi incaran para predator. Seorang penggembala paham betul amanah tersebut akan ditanyakan oleh sang empu ternak, maka penggembala akan bermaksimal dalam menjalankan amanahnya.


Sama halnya sebagai seorang pemimpin, setiap jabatan, uang, kekuasaan semua adalah wasilah untuk mengayomi dan memelihara rakyat dengan seapik mungkin. Ia akan memastikan rakyat terjaga keamanannya, terpenuhinya sandang pangan dan papannya, pendidikan, kesehatan terpenuhi secara mudah lagi murah. Bukan seperti saat ini kita rasakan. Kehilangan konsep kepemimpinan didalam Islam sangatlah bahaya, hingga saat ini kita lagi menjadi prioritas pemimpin dalam progam kerjanya. Bahkan progam desa wisata ini merupakan progam pengalihan tanggungjawab dalam meriayah rakyatnya. Saat ini pemimpin bukan lagi seorang penggembala namun hanya sebagai regulator. Maka yang harus kita lakukan saat ini kembali kepada sistem Islam yang menjadikan konsep kepemimpinan bukan sekedar konsep namun sampai pada actionnya.


Wallahu a'lam.

Post a Comment

Previous Post Next Post