Zahrul Hayati
Mirisnya nasib para perempuan dinegeri zamrud katulistiwa yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya yang melimpah, sayang sudah dipinang dimiliki asing dan aseng. Tetapi dimana keadilan bagimu?
Inilah potret negeri Demokrasi kufur, keadilan bagaikan mencari jarum ditumpukkan jerami.
Bukan hanya keadilan yang sulit didapat dan dicari, tapi kesejahteraan pun kian pudar seiring makin marak berkuasanya oligarki.
Pakar ekonomi dari UGM, Poppy Ismalina Ph.D. membenarkan bahwa perempuan memiliki pengaruh besar dalam perekonomian bangsa. Menurut hasil penelitiannya sendiri, UMKM merupakan penyokong utama perekonomian Indonesia (99,99%) dan kontributor terbesar bagi PDB (60,5%), 60 persennya dikelola perempuan.
(Newsindonesisla, 18-12-2022)
Peran besar perempuan ini realitasnya tidak dibarengi kualitas hidup perempuan. Perempuan menjadi pihak yang paling terdampak saat krisis global, kalangan pekerja perempuan mengalami banyak kekerasan di tempat kerja. Dirumah pun perempuan mengalami persoalan, dari mulai KDRT, rapuhnya pilar keluarga hingga perceraian dengan alasan ekonomi. Kerusakan moral remaja yang semakin meningkat, penggunaan narkoba, judi online, KDT (kehamilan tidak dikehendaki) kriminalitas sampai melakukan pembunuhan, disinyalir menjadi salah satu dampak dari lepasnya pengasuhan dan pendampingan orang tua, terutama ibu, tersebab waktunya tercurah didunia usaha untuk menopang ekonomi, bahkan setidaknya selama 6 tahun terakhir peringatan hari ibu selalu bertemakan "Perempuan Berdaya Indonesia Maju." Perempuan dianggap sebagai backbone atau tulang punggung perekonomian keluarga, juga negara.
Perempuan Tumbal Sistem Kapitalisme- Demokrasi
Ketika perempuan didorong untuk berpartisipasi kedalam dunia kerja dan bisnis justru perempuan telah terperangkap kedalam kebijakan global negara-negara Barat termasuk IMF dan PBB. Eksploitasi ekonomi secara sistemis, terhadap perempuan, menjadikan mereka tenaga kerja murah bagi perusahaan dan pemerintahan kapitalisme-demokrasi, untuk meraih keuntungan dan pendapatan yang lebih besar bagi segelintir pemilik modal yang tamak dan rakus.
Sistem kapitalisme - Demokrasi telah menipu perempuan dengan euforia PHI yang diselenggarakan setiap tahun. Dalam kemasan berbagai slogan dan mimpi perempuan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan mereka melalui perspektif gender, baik dalam hal penyebab maupun solusinya. Padahal sesungguhnya sistem kapitalisme - demokrasi sumber petaka bagi perempuan dan generasi.
Mirisnya nasib para perempuan dinegeri zamrud katulistiwa yang sangat kaya dengan sumber daya alamnya yang melimpah, sayang sudah dipinang dimiliki asing dan aseng. Tetapi dimana keadilan bagimu?
Inilah potret negeri Demokrasi kufur, keadilan bagaikan mencari jarum ditumpukkan jerami.
Bukan hanya keadilan yang sulit didapat dan dicari, tapi kesejahteraan pun kian pudar seiring makin marak berkuasanya oligarki.
Allah SWT. telah menurunkan syariat Islam yang Agung. Islam sebagai aturan yang sempurna yang mampu menyelesaikan berbagai masalah kehidupan hingga ke akarnya dan memberi keadilan.
-
Sekulerisme Kapitalisme Akar Masalahnya.
-
Ada pepatah yang mengatakan, jika ingin menghancurkan suatu bangsa maka cukup hanya dengan menghancurkan sosok ibu atau wanita dalam negara tersebut. Sebab jika sosok ibu sudah hancur maka secara otomatis kehancuran sebuah generasi dalam negara pun ikut serta.
Jelas bahwa sistem kapitalisme tidak layak mengatur kehidupan kaum perempuan sehingga tidak perlu ada rekonstruksi sistem sosial hari ini untuk mendukung kaum perempuan manjadi pencari nafkah utama. Justru seyogianya sistem sosial hari ini yang direkonstruksi untuk lebih mendukung perempuan agar mampu menjalankan peran utamanya, yakni menunaikan kewajiban yang diberikan Allah baginya sebagai ummu wa rabbatu bayt dan ummu ajyal.
Begitulah kondisi perempuan dalam asuhan kapitalisme, sejatinya hanya untuk memperbudak menghancurkan perempuan dan generasi. Lantas bagaimana Islam memandang ini dan apa solusinya.
-
Islam Kaffah Menjadi Solusi.
-
Islam sangat memuliakan perempuan.
Seharusnya mengembalikan kaum perempuan ke peran dan kewajiban yang telah Allah tetapkan, serta dengan memberikan hak-hak mereka dengan sebaik-baiknya, seperti hak mendapatkan nafkah yang makruf.
Juga dengan menjamin para ayah dan suami memiliki pekerjaan yang baik agar dapat mencukupi kebutuhan keluarganya. In sya Allah, pahala yang akan mengalir kepada para ayah dan suami yang bersusah payah mencari nafkah untuk keluarganya, sebagaimana sabda Rasulullah Saw. "Barang siapa yang bekerja untuk anak dan istrinya melalui jalan yang halal, bagi mereka pahala seperti orang yang berjihad di jalan Allah." (HR Bukhari).
Adapun kondisi hari ini yang membuat dunia industri membuka kesempatan bekerja seluas-luasnya bagi kaum perempuan, tentu adanya kebijakan negara. Negara seharusnya mengatur agar dunia industri membuka lapangan kerja seluas-luasnya bagi kaum laki-laki, bukan malah bagi kaum perempuan.
Namun, tentu kita tidak mungkin berharap pada sistem kapitalisme untuk bisa merealisasikan semua itu. Negara yang mampu dan mau melakukan hanyalah negara dengan sistem Islam, yakni Khilafah.
Dalam Islam, fungsi negara adalah sebagai junnah (pelindung) dan raa'in (pengurus).
Rasulullah Saw. bersabda, "Imam adalah raa'in (penggembala) dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya." (HR Bukhari).
Khilafah juga akan melakukan berbagai upaya untuk mengurusi dan melindungi kaum perempuan agar mereka mampu menjalankan peran dan kewajiban utamanya sebagai ummu wa rabbatu bayt dan ummu ajyal, membuka lapangan kerja sebanyak-banyaknya bagi kaum laki-laki, serta menetapkan sanksi tegas bagi para ayah dan suami yang tidak mau mencari nafkah, padahal kesempatan bekerja sudah dibuka luas bagi mereka.
Ketika para ayah dan suami tidak mampu bekerja tersebab sakit keras atau kendala lainnya, negara akan meminta pihak keluarga lainnya untuk menafkahi perempuan.
Bahkan, ketika tidak ada satupun diantara keluarga perempuan yang mampu menafkahi, negara lah yang akan menanggung nafkah mereka.
Demikianlah ketetapan Islam terkait keberadaan female breadwinner 'perempuan pencari nafkah utama'. Hanya dengan penerapan syariat Islam secara Kaffah, menyeluruh, semua kebutuhan kaum perempuan akan terpenuhi terjaga dan terlindungi, hingga mampu menjalankan tugas utamanya sebagai ibu pengurus rumah suaminya, serta ibu pendidik generasi terbaik.
Saatnya kita kembali kepada Islam Kaffah, taat kepada Allah secara totalitas dalam seluruh syariat-Nya.
Wallahualam bissowab.
Post a Comment