Oleh Lisnawati
Pendidik
Generasi
Belum
lama ini masyarakat dihebohkan dengan adanya pembagian bantuan sosial (Bansos)
menjelang Pemilu, tetapi ternyata tidak semua orang yang mendapatkan bansos
ini. Sebagaimana dikutip oleh media online bisnis.com, Jumat (02/02/2024), JAKARTA
– Presiden Joko Widodo (Jokowi) menanggapi tudingan adanya muatan politisasi
terkait pemberian sejumlah bantuan sosial (Bansos) ke masyarakat menjelang
Pemilu 2024. Jokowi mengaku tidak kaget apabila bansos dari pemerintah
dikaitkan dengan muatan politisasi oleh banyak oknum tak bertanggung jawab.
Menurutnya, sejak memasuki tahun politik setiap aksi pemerintah seringkali
dipolitisasi oleh sejumlah pihak. Hal ini disampaikannya usai menghadiri agenda
peresmian pembukaan Kongres XVI Gerakan Pemuda Ansor di Pelabuhan Tanjung
Priok, Jakarta Utara.
Aksi
pemerintah yang seringkali dipolitisasi sejumlah pihak ini sebagai bukti
kekuasaan menjadi tujuan yang akan diperjuangkan dengan segala macam cara. Oleh
karena itu setiap peluang akan dimanfaatkan.
Pembagian
bansos ini pada kenyataannya tidak merata karena yang mendapatkan bantuan
orangnya itu-itu saja para pengurus terlebih dahulu, bahkan ada nama warga
masyarakat yang sudah meninggal dunia tapi datanya masih mendapatkan bansos,
hal ini miris sekali mana kinerja yang sesungguhnya?
Pada
umumnya masyarakat sangat membutuhkan bantuan bansos ini karena harga kebutuhan
pokok yang makin melonjak atas kebijakan peraturan yang ada. Hal ini wajar terjadi
karena sistem yang ada di pemerintahan kita saat ini adalah sistem demokrasi
yang meniscayakan kebebasan perilaku, pemerintah hanya sebagai pengontrol
kebebasan saja.
Jika
seseorang melanggar kebebasan individu lainnya, maka negara akan memecahkan tindakan
tersebut. Keberadaan negara adalah sarana untuk menjamin adanya kebebasan.
Namun, jika seseorang tidak mengganggu kebebasan orang lain, sekalipun terdapat
intimidasi serta perampasan terhadap hak-haknya, tetapi dia rela, maka hal itu
tidak termasuk tindakan melanggar kebebasan dalam hal ini negara tidak boleh
ikut campur. jadi terwujudnya negara adalah untuk menjamin kebebasan.
Dalam
sistem demokrasi ini jelas mengabaikan aturan agama dalam kehidupan. Mau tidak
mau harus membuat peraturan sendiri tentang kehidupan, peraturan dalam sistem
demokrasi diambil dari realita kehidupan manusia dan aturannya dibuat oleh
manusia. Dengan kesadaran politik yang kurang, rendahnya pendidikan dan
kemiskinan yang menimpa, masyarakat akan berpikir pragmatis, sehingga mudah
dimanfaatkan untuk kepentingan tertentu.
Kemiskinan
menjadi problem kronis negara. Negara seharusnya mengentaskan dengan
komperhensif dan dari akar persoalan, bukan hanya sekadar bansos berulang,
apalagi meningkat saat menjelang Pemilu saja.
Dalam
sistem pemerintahan Islam pemimpin adalah pengurus bagi rakyatnya. Rasulullah saw. bersabda, "Imam atau khalifah adalah raa’in
pengurus bagi rakyatnya." (HR Bukhari)
Pemimpin
yang mengerti dan paham tolok ukur yang benar tidak akan lahir kecuali mereka
memilih kepribadian muslim, memiliki pola pikir atau aqliyah dan pola sikap
atau nafsiyah sesuai dengan hukum syarak.
Kepribadian
Islam di suasanakan oleh masyarakat Islam dan dibentuk oleh sistem pendidikan
yang diselenggarakan oleh negara. Negara akan mengedukasi rakyat dengan
nilai-nilai Islam termasuk dalam memilih pemimpin.
Dalam
memilih pemimpin untuk memilih kesadaran akan kriteria yang harus dimiliki oleh
setiap pemimpin, menjadi pemimpin berkualitas karena iman dan takwanya kepada
Allah Swt. serta memiliki kompetensi, tidak terlalu pencitraan agar disukai
rakyat. Dalam sistem pemerintahan Islam negara menjamin kesejahteraan rakyat
individu per individu dan Islam memiliki berbagai mekanisme.
Pemerintahan
Islam wajib menjamin kebutuhan pokok dan kebutuhan dasar publik untuk kebutuhan
pokok negara menjaminnya secara tidak langsung dengan menyediakan lapangan
pekerjaan sehingga setiap laki-laki memiliki kesempatan kerja yang sama, gaji
dari hasil bekerja digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Negara juga
diwajibkan menjamin harga bahan pokok terjangkau dan masalah bahan pokok
tercukupi dengan layak.
Kebutuhan
dasar publik akan dijamin secara mutlak oleh pemimpin dalam pemerintahan Islam.
Pemerintah akan memfasilitasi dan membiayai kebutuhan dasar publik dan Islam
menetapkan kekuasaan adalah amanah yang akan dipertanggungjawabkan dihadapan
Allah Swt.
Dalam
Islam amanah kekuasaan digunakan untuk menerapkan hukum syariat bukan hukum
hasil kesepakatan manusia seperti di dalam sistem demokrasi, penguasa akan
mengurus rakyat sesuai dengan hukum syara menjadi kepribadian yang amanah dan
jujur.
Saatnya
kita meninggalkan sistem demokrasi dan kembali pada sistem Islam yaitu khilafah
Rasyidah ala minhajinubuah.
Wallahualam
bissawab
Post a Comment