TABRAKAN KERETA, MENGAPA TERJADI LAGI?


Oleh : Nurfia S.Sos


Tabrakan antar kereta kembali terjadi, kali ini  di Cicalengka, Jawa Barat tepatnya di jalur tunggal km 181+700 petak jalan antara Stasiun Haurpugur dan statsiun Cikalengka, Kereta Commuterline Bandung Raya dan Kereta Api Turangga saling bertabrakan satu sama lain.



Akibat dari tabrakan tersebut gerbong depan kedua kereta hancur berantakan,  sedangkan gerbong lain di belakang tergelincir dan terbalik di persawahan. Penyebab tabrakan tersebut juga belum diketahui pastinya.


Selain itu kejadian naas ini juga memakan korban jiwa, menurut keterangan polisi jumlah korban tewas ada 4 orang  dan 37 luka-luka diantara 500 penumpang kedua kereta tersebut. 


Rupanya  tak hanya media lokal yang menyoroti insiden ini, tetapi media asing juga turut memperbincangkan kejadian tersebut, mereka juga turut mengkritisi dengan mengatakan kecelakaan transportasi adalah hal yang lumrah terjadi di Indonesia.


 Laporan media Asing  Agence France –Presse (AFP) melalui artikelnya menuliskan “ Negara kepulauan  yang luas di mana bus, kereta api bahkan pesawat sering kali sudah tua dan tidak dirawat dengan baik.


Kritikan serupa juga dilontarkan oleh salah satu media Hongkong, BNN Breaking menulis dalam artikelnya “Train Collision in Bandung  A Tragic Wake-Up Call for Indonesia’s Aging Railway Infrastructure”. 


Kurang lebih mereka mengatakan penyebab kecelakaan akibat infrastruktur yang sudah menua, mereka juga menambahkan dalam tulisannya “Tabrakan kereta api seharusnya menjadi pengingat akan frekuensi kecelakaan di Indonesia, negara yang bergulat dengan infraktrustur kereta api yang menua. Insiden ini menyoroti masalah keselamatan yang sudah berlangsung lama di perlintasan kereta api, yang sering menjadi tempat terjadinya peristiwa malang tersebut. Akibat dari kecelakaan tersebut terjadi kekacauan dan kehancuran, dengan gerbong yang terbalik dan rusak parah berserakan di sekitar lokasi kecelakaan. (CNN.Indonesia)


Kritikan tersebut harusnya menjadi tamparan keras bagi pemerintah Indonesia. Kasus berulangnya kecelakaan kereta api seharusnya bisa menjadi bahan evaluasi bagi pemerintah untuk semakin meningkatkan perbaikan system per-kereta apian di Indoesia. Sebab jaminan keamanan dalam transportasi, sangat di butuhkan oleh rakyat. Pemerintah  tidak boleh mengabaikan hal ini. 


Kritikan yang disampaikan media asing tersebut memang benar. Sebab system kereta api di Indonesia memang sepantasnya untuk diperbaiki. Pemerintah harus memberikan perhatian khusus untuk menangani permasalahan tersebut.  Minimal melakukan mitigasi untuk mengurangi resiko kecelakaan. 


Mitigasi menjadi hal penting saat terjadi musibah. Pertolongan segera dapat meminimalisir jumlah korban. Akan tetapi pada kasus ini, bantuan lambat dating. Diduga karena sulitnya lokasi kecelakaan. Ada yang luput dari kebijakan penguasa, bahwa pembangunan infraktrusur yang banyak belum memberikan keamanan bagi rakyat.


Masyarakat membutuhkan transportasi aman karenanya penguasa harus mengerahkan segenap daya untuk membentuk tenaga ahli yang amanah, termasuk system yang menyelamatkan.  Hanya saja pada system kapitalisme yang berorientasi pada materi penguasa lebih mengutamakan keuntungan materi dibandingkan keselamatan rakyat.


Berbeda dalam  negara Islam,  nyawa rakyat itu merupakan prioritas utama, sehingga negara akan mengoptimalkan keselamatan penumpang dalam bebagai kondisi, termasuk pada system transportasi , pembenahan infraktrustur yang ada, sejalan dengan kebutuhan dan kemaslahatan rakyat bukan pemilik modal.


Sebagaimana sabda Rasulullah Saw “ Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak” (HR. Nasai 3987, Turmudzi 14 55, dan dishahihakan Al-Albani). 


Sebab penguasa juga akan mempertanggungjawabkan tiap-tiap nyawa rakyat yang dipimpinya. Oleh karenanya, sebuah kecelakaan tidak boleh hanya dilihat dari sisi angka korban meninggal dan luka-luka. Namun, tiap orang yang menjadi korban tersebut akan menuntut kepengurusan penguasa pada hari akhir kelak. 


Dulu pada masa kekhalifahan Islam, Sultan Abdul Hamid II telah membangun jalur kereta api, untuk memudahkan jemaah haji. Hejaz Railway atau jalur kereta api Hijaz yang dibangun pada masa pemerintahan Utsmaniyah Turki. Jalur ini terbentang antara Damaskus-Amman sampai ke Madinah. Para ahli memperkirakan hanya butuh 5 hari dari Istanbul ke Makkah untuk perjalanan yang biasanya memakan waktu 2 bulan.


Tidak hanya untuk kemaslahatan para haji, jalur tersebut pun membuat masyarakat mudah melakukan perjalanan ke beberapa tempat. Maka mereka pun berkontribusi memberikan donasi, untuk pembangunannya. Saat itu, dunia Islam datang untuk menyelamatkan seluruh perkara umat.


Maka tak ayal muslim yang tinggal di luar wilayah Utsmani pun memberikan sumbangan besar. Termasuk muslim Maroko, hingga Mesir, India, Afrika Selatan, dan Kazan, yang diduduki dan dijajah oleh Eropa. Ikatan akidah menyatukan, hingga mereka berlomba-lomba mewujudkan kebaikan.


Kampanye donasi ini akhirnya berubah menjadi proyek tiada tara, yang menunjukkan pentingnya persatuan umat, kesetiaan kepada khalifah dan meninggikan agama Allah. Bahkan warga nonmuslim Kekhilafahan Utsmaniyah, juga tidak ketinggalan memberikan sumbangsihnya. Untuk setiap donasi, Khalifah memberikan tanda terima kasih berupa Medali Kereta Api Hijaz.


Berbagai upaya kebaikan dilakukan, termasuk di antaranya menutup setiap palu dengan kain kempa untuk menghindari suara bising yang timbul, demi menghormati Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam, ketika membangun Stasiun Madinah. Begitu pula untuk menghindari suara yang berlebihan, hal yang sama dilakukan pada roda kereta, yang juga dilapisi dengan kain kempa.


Sungguh umat terbaik, memang hanya akan lahir dari kepemimpinan yang terbaik pula. Yakni pemimpin yang menerapkan Islam kaffah, sehingga mewujudkan rahmat bagi semesta alam.


Sebagaimana rel-rel era Khilafah Utsmaniyah di Yordania yang menyampaikan: “Haza min hayrati emiri’l-mü’minîn Sultan Abdülhamid Han Gazi azzehu ve nasarahu” (Rel adalah amal atas nama Gazhi Sultan Abdülhamid. Semoga Allah memberkati dan membantunya ). Waullahua’lam

Post a Comment

Previous Post Next Post