Standar Ganda Kaum Muslim Menyikapi Persoalan Palestina dan Rohingya


Oleh : Fifi Angrraini


Kedatangan pengungsi Rohingya di Aceh masih menimbulkan pro dan kontra di masyarakat, lantaran adanya pemberitaan negatif dari berbagai media sosial terkait sikap pengungsi Rohingya di kota yang dikenal dengan sebutan Serambi Mekkah tersebut.


Berbagai isu isu miring di gencarkan di medsos mulai dari menuduh Rohingya sebagai antek Israel hingga imigran gelap yang sengaja mendamparkan diri di Aceh.


Tuduhan negatif ini akhirnya berhasil membuat masyarakat merasa geram dan tersulut emosi, berbagai komentar jahat yang tak manusiawi disematkan untuk etnis Rohingya.


Hingga puncaknya yakni insiden pemindahan paksa yang disertai kekerasan dan intimidasi oleh ratusan mahasiswa terhadap pengungsi Rohingya di Gedung Balee Meuseuraya Aceh yang masih menyisakan trauma dan ketakutan bagi korban.


Mirisnya lagi usai berhasil mengusir korban genosida Junta Militer Myanmar tersebut, Mahasiswa yang terdiri dari anggota BEM tersebut menggelar acara dan berjoget ria.


Aksi tersebut ternyata mendapatkan sorotan media luar seperti Aljazeera, bahkan tak sedikit yang memberikan kecaman baik dari berbagai elemen masyarakat termasuk para aktivis kemanusiaan. Bahkan Aliansi Jurnalistik Indonesia (AJI) turut bersuara dan mengecam tindak reprensif tersebut.


“Kita menyesalkan ketika teman-teman yang mengaku dirinya sebagai mahasiswa, melakukan intimidasi, kekerasan yang menimbulkan trauma kepada pengungsi, terutama kelompok rentan, anak dan perempuan,” kata Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Sasmito dalam keterangan kepada pers, Kamis (28/12) lalu.


Sasmito menghargai aspirasi yang disampaikan mahasiswa, akan tetapi semestinya dilakukan tanpa kekerasan, dan “harus didukung dengan fakta dan data di lapangan,” katanya.


Koordinator KontraS Aceh, Azharul Husna mengkelaim pihaknya memantau jalannya aksi demonstrasi ratusan mahasiswa dari gabungan beberapa kampus.


Dari temuannya, KontraS Aceh melaporkan sejumlah mahasiswa yang terlibat aksi tersebut tidak memiliki argumentasi yang memadai untuk menolak keberadaan pengungsi Rohingya.


Alasan-alasan yang diutarakan mahasiswa umumnya merujuk dari media sosial yang memuat ujaran kebencian dan berita bohong terhadap Rohingya, kata Husna.


“Itu [mereka] tidak dapat menjawab dengan pasti. Dan yang disampaikan itu seperti informasi-informasi di media sosial,” kata Husna yang menaruh kekhawatiran insiden ini akan berulang dan meluas jika tidak memperoleh mitigasi dari pihak berwenang.


Sungguh miris melihat fenomena yang terjadi di era sekarang ini sebagai mahasiswa yang memiliki pemikiran intelektual tidak seharusnya melakukan tindakan tindakan seperti itu apalagi dalam video yang beredar mereka nampak arogan menghadang para pengungsi yang tengah melakukan sholat.


Sungguh memalukan, Mahasiswa yang harusnya punya nalar kritis namun mudah menelan berita yang kebanyakan disinformasi bahkan hoax di platform media sosial.


Sama sekali tidak mencerminkan sebagai orang yang terdidik bahkan minim literasi,  sebagai mahasiswa harusnya mereka lebih melek akan fakta lapang dan menganalisis terlebih dahulu sebelum bertindak, bukan malah tersulut emosi dan gegabah. 


Tindakan mereka ini benar-benar mencoreng muka pendidikan, terlepas memang pendidikan di era kapitalis - sekuler ini memang tidak bisa melahirkan generasi berkualitas. 


Lebih parah lagi mereka malah bangga telah mengusir rohingya dari tempat pengungusian yang mana mereka ini orang lemah, banyak dari mereka itu wanita dan anak-anak.  


Belum lagi para provokator ini terus menggoreng berita terkait warga rohingya yang meminta tanah di Malaysia, padahal berita itu adalah hoax yang beberapa kali telah diluruskan di media.


Bagaimana mungkin korban genosida  yang terdiri dari kaum lemah melakukan penjajahan seperti Israel, sedangkan mereka saja tidak disokong oleh negara negara adidaya seperti halnya Israel, alih alih memikirkan untuk melakukan penjajahan, untuk hidup seperti layaknya manusia saja mereka tak bisa terlebih hak hak dasar mereka telah dicabut oleh pemerintahan Myanmar dan berstatus stateless (tidak punya kewarganegaraan).


Dalam islam rasul selalu mengingatkan agar sesama kaum muslim punya kewajiban untuk saling menolong dan menyayangi


Sebagai mana sabda Rasulullah SAW. 


الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ


“Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Ia tidak menzalimi dan tidak membiarkan saudaranya itu untuk disakiti. Siapa saja yang membantu kebutuhan saudaranya, maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa saja yang menghilangkan satu kesusahan seorang muslim, Allah akan menghilangkan satu kesusahan bagi dirinya dari kesusahan-kesusahan hari kiamat. Siapa saja yang menutupi aib seorang muslim, maka Allah akan menutupi aibnya pada hari kiamat,” (HR Bukhari).


Bahkan di hadist lain mengatakan bahwa umat islam itu ibarat satu tubuh. Namun sayangnya saat ini nampak nyata paradoks  kaum muslim dalam bersikap. 


Saat Gaza digenosida umat satu suara untuk membela mereka, namun saat diuji dengan kedatang Rohingya, mereka melakukan standar ganda karena dihampiri virus xenophobia.


Pengusiran, fitnah, umpatan, cacian bahkan brlaku rasis tak segan segan keluar dari mulut mereka, seolah mènambah penderitaaan muslim Rohingya. Ini menjadi bukti abainya kaum muslim terhadap urusan umat.


Di sisi lain, seiring waktu, sikap umat mulai kendor dalam menyuarakan pembelaan terhadap palestina,  juga pemboikotan produk mulai melonggar. Umat juga terpecah dalam mensikapi  muslim Rohingya.


Apalagi makin kuatnya pembungkaman oleh Meta pada akun yang menunjukkan pembelaan terhadap Palestina. 


Ini lah buah Nasionalisme yang memupus ukhuwah, umat harus terus menyadari bahwa Umat Islam adalah satu tubuh, sehingga wajib menunjukkan pembelan, pertolongan dan sikap yang nyata. 


Rasulullah SAW. Bersabda :

مثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وتَرَاحُمِهِمْ وتَعاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَداعَى لهُ سائِرُ الْجَسَدِ بالسَّهَرِ والْحُمَّى

“Perumpamaan kaum mukmin dalam hal saling mencintai dan saling menyantuni di antara mereka adalah laksana satu tubuh. Jika satu bagian dari tubuh itu menderita sakit maka seluruh badan turut merasakan sakitnya dengan tidak bisa tidur dan demam,” (HR Muslim).


Melihat kondisi umat islam saat ini sangatlah memperhatinkan, tidak ada lagi yang menjadi pelindung umat sebagaimana para pemimpin kaum muslim di masa khilafah dulu, kesucian  agama ini pun diinjak - injak oleh musuh islam. 


Umat islam saat ini seperti anak ayam yang kehilangan induknya, tidak ada jaminan perlindungan yang hakiki bagi umat islam yang benar-benar menjadi perisai bagi keselamatan dan kesejahteraan umat. 


Umat butuh pelindung, perisai dari segala macam ancaman. Umat butuh Khilafah untuk menjaga agar setiap muslim tepat dalam bersikap mengamalkan hadis Nabi tersebut.


Hanya Khilafah yang mampu menyelamatkan kaum muslim yang tertindas di belahan bumi ini, sebagaimana sejarah telah mencatat bahwa kesejahteraan, keamanan dan kesucian umat islam terjaga dengan sangat baik, ini juga tidak hanya berlaku untuk umat islam saja tapi untuk umat non muslim yang berada dibawah lindungan khilafah. 


Sudah saatnya kita terus memperjuangkan tegaknya kembali khilafah dimuka bumi ini.

Sebagai mana sabda Rasulullah SAW. 


“Akan datang kepada kalian masa kenabian, dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Kemudian, Allah akan menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa kekhilafahan ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah; dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya jika Ia berkehendak menghapusnya.


Setelah itu, akan datang kepada kalian, masa raja menggigit (raja yang dzalim), dan atas kehendak Allah masa itu akan datang. Lalu, Allah menghapusnya, jika Ia berkehendak menghapusnya. Setelah itu, akan datang masa raja diktator (pemaksa); dan atas kehendak Allah masa itu akan datang; lalu Allah akan menghapusnya jika berkehendak menghapusnya. Kemudian, datanglah masa Khilafah ‘ala Minhaaj al-Nubuwwah (Khilafah yang berjalan di atas kenabian). Setelah itu, Beliau diam,” (HR. Imam Ahmad).


Allahualam Bisowab

Post a Comment

Previous Post Next Post