Petaka Kereta Api "Adu Banteng" Salah Siapa?


Oleh Ari Wiwin

Ibu Rumah Tangga 



Sungguh miris mendapati kenyataan bahwa awal tahun 2024 harus diwarnai petaka tabrakan dua Kereta Api yang membawa ratusan penumpang di Cicalengka, Kabupaten Bandung. Peistiwa ini terjadi pada hari Jumat 5/1/2024 pukul 06.03 WIB, yang melibatkan KA Turangga relasi Surabaya Gubeng  dengan Commuter Line Bandung Raya. Akibatnya, empat kru Kereta Api meninggal dunia, sementara 33 orang mengalami luka-luka. (Detikjabar 5/1/2024) 


Tim KNKT (Komite Nasional Keselamatan Transportasi) telah melakukan investigasi akan penyebab terjadinya tabrakan. Tim ini akan mencari bukti serta mengumpulkan data, agar selanjutnya dapat mengeluarkan rekomendasi untuk mengantisipasi agar tidak terjadi kecelakaan. 


Belum ada keterangan jelas mengenai  penyebab dari kecelakaan kereta api (KA) "adu banteng" karena hingga saat ini masih diselidiki dan belum diketahui apakah kesalahan terletak dari sisi manusia ataukah sistemnya.  Terjadinya tabrakan tersebut seharusnya menjadi perhatian besar dan bahan evaluasi bagi pemerintah. Karena kecelakaan serupa sering terjadi hingga mengakibatkan banyak korban jiwa. Dampaknya tentu sangat buruk karena berakibat fatal hingga mempertaruhkan keselamatan rakyat.

Dari sini nampak jelas, betapa keamanan dan keselamatan rakyat tidak menjadi prioritas dan cenderung diabaikan. Walaupun musibah adalah sesuatu di luar kendali manusia, tapi upaya pencegahan  berada di tangan manusia. Berulangnya kasus kecelakaan menunjukan adanya kelalaian dari sisi pengaturan hingga menyebabkan korban jiwa. Padahal kontribusi masyarakat dalam keberlangsungan sarana transportasi ini tidak bisa diabaikan, penarikan pajak yang dilakukan secara rutin dan berkala faktanya belum mampu menjamin kenyamanan mereka dalam menerima pelayanan maksimal.

Pajak terus naik seiring dengan tingginya korupsi pajak. Ketika pemasukan negara minim, seolah tidak ada alternatif selain menaikkan pajak. Hidup rakyat kecil makin terhimpit, kesejahteraan dan keamanan hanyalah mimpi.


Maraknya kecelakaan transportasi umum tidak bisa dilepaskan dari sistem yang tengah diterapkan yaitu demokrasi kapitalis. Sebuah ideologi yang menjadikan keuntungan materi sebagai tujuan, hingga menghalalkan segala cara tanpa memperhatikan benar salah sebagai patokan. Keberadaan penguasa yang sejatinya sebagai pengayom, faktanya tidak lebih bagai penjual dan pembeli, yang menjadi prioritas justru kepentingan para pemilik modal, sehingga berbagai kebijakan yang ditetapkan harus dibuat menguntungkan tuannya.


Padahal seorang penguasa seharusnya bertanggung jawab dalam mengurusi, mengayomi, serta mengupayakan berbagai cara demi kesejahteraan dan keselamatan rakyatnya. Termasuk dalam hal transportasi karena itu termasuk kebutuhan yang sangat penting. Selain itu penguasa juga tidak boleh membebani rakyat dengan pajak karena hidup mereka juga sudah sulit. 


Berbeda dengan Islam, sebagai agama sempurna yang diturunkan Allah Swt. dan mempunyai seperangkat aturan shahih, Islam mampu menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan. Negara akan memenuhi seluruh kebutuhan rakyatnya  baik dalam hal pokok seperti sandang, pangan, dan papan, serta jaminan keselamatan juga keamanan. Menurut pandangan syariat, nyawa seorang manusia sangatlah berharga. Sebagaimana sabda Rasulullah saw. yang berbunyi: 


"Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah, daripada terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak." (HR An-Nasai dan Tirmidzi) 


Sejarah mencatat, pada masa kejayaan Islam pernah ada proyek pembangunan Kereta Api Hejaz pada tahun 1908. Tepatnya pada masa kepemimpinan Khalifah Sultan Abdul Hamid II, yang membangun rel membentang dari Istanbul hingga ke Madinah melewati Yerusalem. Sengaja dibuat  untuk memudahkan jamaah haji, agar bisa menempuh jarak yang lebih cepat. 


Adapun pembiayaan sarana infrastruktur transportasi tersebut semua diambil dari kas negara dan tidak dibebankan pada rakyat. Tidak juga dengan berhutang dan terlibat riba. Penguasa juga tidak akan mengambil pembiayaan  dari pajak atau pungutan lainnya.  Adapun sumber dana diperoleh dari  pemasukan yang berasal dari jizyah, fai, kharaj, ghanimah, atau bisa juga dari hasil hutan, pertanian, serta bahan-bahan tambang seperti nikel, minyak bumi, emas, dan sebagainya yang dikelola oleh pemerintah dan tidak diserahkan pada asing. Yang hasilnya nanti ditujukan untuk  kesejahteraan rakyat. 


Begitu indah dan hebatnya jika syariat Allah Swt. diterapkan akan menjamin serta menjaga keselamatan umat manusia. Maka menjadi kewajiban umat muslim mengembalikan kehadiran sistem Islam di tengah kehidupan. Kehadirannya adalah sebuah keniscayaan yang telah dijanjikan sebagai kabar gembira bagi umat akhir zaman.


Wallahu a'lam bi shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post