Pergantian Tahun Baru Dalam Gemerlap Bayang-Bayang Perang di Gaza


Oleh: Hasriyana, S.Pd

(Pemerhati Sosial Asal Konawe)


Pergantian tahun baru di negeri ini selalu tidak bisa dilewatkan dengan berbagai macam aktivitas yang menghibur. Mulai dari pesta musik, kembang api, terompet hingga makan bersama. Ironisnya hal ini dilakukan di tengah gelapnya bayang-bayang perang yang sampai hari ini masih terjadi di Gaza Palestina. Letusan bom di sana sini masih menghiasi hari-hari saudara kita di sana, bahkan berita kondisi mereka sudah mulai padam di telan waktu. Tidak seperti di Palestina, di tanah air sendiri pergantian tahun, masyarakat memadati pusat-pusat wisata. 


Sebagaimana yang dikutip dari Republika, pengunjung yang akan menyaksikan malam pergantian tahun baru 2024 mulai memadati kawasan Tugu Pal Putih hingga Malioboro, Kota Yogyakarta, Ahad (31/12/2023). Kawasan tersebut masih menjadi favorit pengunjung yang datang ke DIY untuk menghabiskan malam tahun baru. Berdasarkan pantauan Republika, pengunjung sudah mulai berdatangan bahkan sejak sore sekitar pukul 16.00 WIB. Di kawasan Malioboro, bahkan juga terjadi kepadatan lalu lintas sejak siang hari.


Car free night juga diberlakukan di Malioboro yakni sejak pukul 18.00 WIB pada 31 Desember 2023 hingga 01.00 WIB pada 1 Januari 2024. Artinya, kendaraan sudah tidak boleh melintas sepanjang kawasan Malioboro di waktu tersebut.


Miris jika melihat kondisi kaum muslim hari ini, di tengah genosida yang dilakukan zionis Israel terhadap kaum muslim di Palestina hingga menelan korban yang begitu banyak. Di belahan bumi lainnya kaum muslim masih bisa tersenyum gembira merayakan tahun baru. inilah hal yang disenangi Barat, tidak adanya persatuan umat Islam di tengah kaum muslimin saat ini.


Dengan perayaan tahun baru setiap tahunnya tidak menjadikan umat Islam hari ini selesai dengan berbagai macam persoalan dalam kehidupannya. Lalu apa yang harus digembirakan ketika menyambutnya? Bukankah perayaan Masehi ini pun sesungguhnya bukan perayaan umat muslim. Tahun baru tersebut merupakan tahun di mana Yesus lahir sebagaimana pendapat yang diyakini non muslim. Jika begitu, apa hubungannya dengan umat Islam, mengapa sampai begitu senang merayakannya.


Pun, perayaan tahun baru bukan saja ceremony dalam bentuk hiburan yang menarik tapi banyak juga dari remaja kita saat ini melakukannya dengan seks bebas. Kemaksiatan yang berbalut tahun baru setiap tahunnya dilakukan. Lalu resolusi apa yang seharusnya dilakukan seorang muslim jika awal tahun masehinya saja dimulai dengan sebuah kemaksiatan. Bukankah tahun baru, punya resolusi baru pula?


Hal ini sebagaimana yang dikutip dari media LombokPost (28/12/2023). Kota Mataram saat ini tumbuh menjadi kawasan metropolitan. Di bawah bayang-bayang sisi gelap dari perayaan pesta secara besar-besaran. Apa itu? Pesta, hura-hura, dan seks bebas. Untuk seks bebas, ibu kota sulit menghindarkan diri dari maraknya kasus tersebut. “Saya kira, kunci (membentengi diri) ada di ketahanan keluarga,” kata aktivis perempuan Nur Janah pada Lombok Post (27/12).


Ketahanan keluarga menjadi kunci, bila melihat modus seks bebas terjadi di remaja  perkotaan. Salah satu modus yang diungkapkan, seks bebas di malam tahun baru, kerap dimaknai, pembuktian cinta.


Hal ini sangat berbeda jauh dengan sistem Islam. Dalam Islam kaum muslim tidak boleh sama sekali bahkan haram hukumnya mengikuti kebiasaan yang dilakukan oleh non muslim, karena sama saja kita menyerupai mereka. Sebagaimana dalam sebuah hadis Rasulullah Saw. bersabda dalam hadis yang diriwayatkan oleh Ahmad ibn Hambal, “Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum maka ia termasuk di antara mereka.”


Olehnya itu, ceremony yang sifatnya mengikuti kebiasaan non muslim, baik itu tahun baru, natalan bersama dan lain sebagainya, akan dilarang negara. Dalam sistem Islam pula tidak akan kita dapatkan kaum muslimin merayakan tahun baru masehi, karena patokan kalender umat Islam adalah Hijriah.


Begitu pula halnya dengan aktivitas yang melanggar hukum syariat, khususnya seks bebas akan ditutup aksesnya oleh negara. Negara akan menanamkan akidah Islam kepada seluruh kaum muslimin. Kemudian bagi seorang muslimah wajib baginya menutup aurat. Negara pun akan menerapkan aturan Islam pada semua aspek kehidupan. Dengan begitu sedikit kemungkinan kemaksiatan itu bisa terjadi.


Dengan demikian, kita tidak bisa berharap banyak pada sistem hari ini yang notabene aturan manusia yang menjadi pengendali kehidupan, sehingga peluang melanggar hukum syariat itu sangatlah besar. Olehnya itu kita hanya bisa berharap pada sistem Islam yang aturannya berasal dari pencipta, yaitu Allah Swt. Wallahu a’lam.

Post a Comment

Previous Post Next Post