Peran Mulia Perempuan dalam Pandangan Islam


Oleh Nurul Putri K

Ummu Warrabtul bayt dan Pegiat Dakwah


Seperti yang kita ketahui bersama, tanggal 22 Desember selalu diperingati sebagai Hari Ibu.  Sebuah momen yang biasa digunakan untuk mengucapkan terima kasih dan mengungkapkan kasih sayang seorang anak terhadap ibunya. Hal ini dilakukan karena seorang Ibu memiliki kedudukan istimewa di dalam keluarga. Namun pada dasarnya, tidak seharusnya penghargaan ini hanya dikhususkan dalam satu hari saja, karena telah menjadi kewajiban anak untuk berbakti dan memuliakan orangtua khususnya ibu.


Masih dalam rangkaian peringatan hari ibu, Bupati Bandung  Dadang Supriatna menggelar sebuah acara sebagai penghargaan dan apresiasi terhadap para  pejuang perempuan yang dari masa ke masa sejak Kongres Perempuan pertama pada tanggal 22 Desember 1928 telah turut menjadi tonggak perjuangan di Indonesia. Adapun tema peringatan tahun ini adalah "Perempuan Berdaya Indonesia Maju."  Kegiatan itu digelar di Dome Bale Rame, Soreang, (KejakimpolNews.com, Jumat 22/12/2023).


Tidak dipungkiri pula, saat ini kondisi kaum perempuan tengah berada dalam keterpurukan. Mereka rentan mengalami berbagai tindak kekerasan, pelecehan, eksploitasi dan perlakuan diskriminatif lainnya.  Jaminan rasa aman faktanya belum bisa didapatkan karena sering terjadi di berbagai ranah kehidupan, baik itu  personal dan rumah tangga, tempat kerja,  lembaga pendidikan, juga komunitas lainnya.


Inilah fakta yang terjadi dalam naungan sebuah negara kapitalis. Perempuan seolah tidak memiliki peran mulia di dalam kehidupan. Keberadaannya tidak dipandang sebagai sosok yang harus dilindungi dan dijamin keamanan serta kehormatannya. Mereka hanya dijadikan sebagai objek pemanis yang digunakan untuk menarik perhatian dan memiliki daya tarik untuk meraih keuntungan secara ekonomi. Berbagai kasus yang dialami kaum wanita seharusnya menjadi sebuah peringatan yang diikuti oleh tindakan nyata untuk melindungi setiap perempuan dari berbagai kasus diskriminatif lainnya. Sayangnya hal itu tidak kunjung dilakukan hingga detik ini.


Demikian pula halnya dengan peran seorang ibu, kapitalis memosisikan perempuan agar bisa mandiri dan berdaya sehingga bisa setara kedudukannya dengan laki-laki. Mereka sengaja diarahkan untuk terjun ke sektor publik, mengabaikan kedudukannya sebagai istri juga membiarkan anak-anaknya tumbuh tanpa belaian kasih sayangnya hanya untuk mengejar materi duniawi. Beban hidup yang semakin sulit membuat mereka harus rela bekerja untuk menyelamatkan ekonomi keluarga.


Berbeda dengan kapitalis, dalam Islam peran seorang ibu dan perempuan dalam sebuah keluarga sangatlah penting, karena ia merupakan sosok yang paling berpengaruh. Untuk itu keberadaannya patut untuk dilindungi dan dimuliakan. Mereka memainkan peran penting dalam mengasuh anak-anaknya, memberikan pengetahuan dan nilai-nilai agama, memberi rasa aman, serta menghujani buah hatinya dengan cinta tanpa syarat. Kedudukannya tak ubahnya seperti pilar kekuatan dalam rumah tangga.


Kenyataan bahwa saat ini  perempuan berpaling dari fungsinya sebagai ummu warabtul bait menjadi bukti saat Islam diabaikan dan tidak dijadikan sebagai aturan kehidupan. Sehingga di situlah banyak masalah terjadi, seperti masalah hubungan suami istri, konflik anak dan orang tua, juga rusaknya kualitas generasi. Tidak sedikit latar belakang anak-anak yang melakukan kriminalitas itu karena tidak utuhnya kondisi keluarga.

 

Yang harus diperhatikan, berbagai  persoalan yang terjadi saat ini tidak akan pernah tuntas tersolusikan dan akan terus terulang, selama syariat  masih diabaikan. Padahal Allah Swt. tidak pernah membeda-bedakan perempuan dan laki-laki, semuanya sama berkedudukan sebagai hambaNya. Islam telah mengatur berbagai hukum serta interaksi keduanya dalam sebuah kehidupan keluarga dan masyarakat. Misalnya suami yang telah ditetapkan  dan berfungsi  sebagai qowwam (pemimpin) sebagai pelindung kehormatan, dan mendidik istri serta anak-anaknya, juga sebagai pemberi nafkah. Sementara istri berkewajiban untuk mengatur urusan rumah tangga, menaati suaminya serta mendidik buah hatinya agar menjadi generasi berkualitas.


Hanya dengan Islam solusi berbagai permasalahan tentang perempuan teratasi karena dalam Islam seorang Ibu/perempuan sungguh dimuliakan. Tiada hari tanpa memuliakan ibu, tiada hari tanpa berbakti kepada kepada orangtua. Mengutip buku "Suami isteri Berkarakter Surgawi" oleh Syaikh Muhammad Mutawalli Asy-Sya'rawi, umat muslim sebenarnya tidak mempunyai hari raya yang disebut hari ibu. Karena sejatinya hal itu harus dilakukan setiap saat.


Rasulullah saw. menggambarkan betapa mulia dan utama peran seorang ibu dalam sebuah hadis:

"Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi shalallaahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi,' Nabi shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, 'Kemudian ayahmu.'" (HR Al Bukhari dan Muslim).


Memuliakan seorang ibu bisa dilakukan dengan cara sederhana. Bukan hanya dengan memberikan bunga ataupun hadiah spesial. Kemuliaan itu akan dirasa secara nyata saat Islam diterapkan pada seluruh aspek kehidupan dalam naungan sebuah kepemimpinan.


Wallahu alam Bissawab

Post a Comment

Previous Post Next Post