(Tenaga Pendidik & Aktivis Dakwah)
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) menyatakan bahwa selama 2023, perempuan semakin berdaya yang ditunjukkan dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Gender. Deputi Bidang Kesetaraan Gender KemenPPPA Lenny N Rosalin mengungkapkan bahwa Perempuan semakin berdaya, mampu memberikan sumbangan pendapatan signifikan bagi keluarga, menduduki posisi strategis di tempat kerja, dan terlibat dalam politik pembangunan dengan meningkatnya keterwakilan perempuan di lembaga legislatif. Ini ditunjukkan dengan meningkatnya Indeks Pemberdayaan Gender.
Lenny N Rosalin juga mengatakan perempuan berdaya akan menjadi landasan yang kuat dalam pembangunan bangsa. Keterwakilan perempuan dalam lini-lini penting dan sektoral juga ikut mendorong kesetaraan gender di Indonesia yang semakin setara. (www.antaranews.com, 06/01/2024). Namun apakah faktanya memang demikian?
Penderitaan Perempuan dalam Pemberdayaan
Perempuan yang diciptakan dari tulang rusuk laki-laki nyatanya justru mengalami banyak penderitaan dalam program pemberdayaan. Indeks Pembangunan Gender yang naik justru dibarengi dengan sengkarut masalah yang dihadapi oleh perempuan. Tingginya angka perceraian yang memaksa para perempuan harus berjuang menghidupi dirinya bahkan keluarganya. Menurut publikasi resmi “Provinsi Jambi dalam Angka 2023,” terjadi lonjakan mencolok dalam angka perceraian di daerah ini pada tahun 2022. Angka yang semula “hanya” 5.000 kasus di tahun 2021, melambung menjadi 5.465 kasus dalam satu tahun berikutnya. (www.beritasatu.com, 13/09/2023)
Kekerasan Dalam Rumah Tangga juga masih sering di alami oleh kaum hawa. Tak sampai disitu, kekerasan seksual juga menjadi problema yang belum ada ujungnya. Perempuan dewasa bahkan anak-anak tidak mendapatkan rasa aman bahkan ketika hidup dalam rumahnya. Persoalan generasi juga menambah daftar kesengsaraan hidup perempuan. Seorang ibu harus menyaksikan anak-anaknya di rusak oleh perundungan, pronografi, judi online, narkoba, kecanduan game, dan kerusakan lain yang belum ada solusinya dari negara. Alhasil, Indeks Pembangunan Gender bukan jaminan hidup kaum perempuan sejahtera.
Semua ini terjadi karena kesalahan paradigma sistema Kapitaslime dalam memandang perempuan. Perempuan dipandang sebagai makhluk yang menguntungkan bagi para Kapital (pemilik modal). Kerjanya telaten, tidak banyak protes dan mau dibayar murah sehingga wajar jika perempuan ditarik menjadi buruh pabrik. Kapitalisme sengaja merusak peran perempuan sebagai Ibu dan Pengatur Rumah Tangga dengan menyibukkan perempuan pada aktivitas diluar rumah sehingga generasi rusak karena kehilangan pendidik pertama dan utama. Begitulah sistem Kapitalisme telah merusak fitrah perempuan dan menyeretnya dalam jurang kesengsaraan.
Islam Memuliakan dan Mensejahterakan Perempuan
Islam memandang perempuan adalah kehormatan yang wajib dijaga. Tugas utama seorang perempuan adalah menjadi Ummun Warobatul Bait yang fokus mendidik generasi menjadi pemimpin masa depan dan membuat rumah menjadi surga bagi penghuninya. Islam meletakkan fungsi Qowwam pada kaum pria sehingga merekalah yang bertanggung jawab penuh mencari nafkah dan menghidupi keluarganya. Bahkan para suami wajib memberikan pendidikan dan menjamin keamanan istri dan anak-anaknya. Semua ini adalah mekanisme yang ditetapkan oleh Islam agar kaum perempuan terjaga fitrah dan kehormatannya.
Islam juga telah menetapkan bahwa Negara adalah pihak yang wajib mengurusi (raa’in) urusan umat dan menjadi junnah (perisai) bagi masyarakat. Rasulullah SAW bersabda yang artinya “Imam/Khalifah itu laksana penggembala, dan hanya dialah yang bertanggungjawab terhadap gembalaannya” (HR. Bukhari dan Muslim). Juga Sabda Rasulullah SAW yang artinya “[Imam/Khalifah itu tak lain] lakna perisai. Dia akan dijadikan perisai, dimana orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng” (HR. Bukhari dan Muslim).
Kebutuhan pokok berupa sandang, pangan, dan papan dipenuhi secara tidak langsung oleh Negara dengan memberikan peluang kerja seluas mungkin bagi laki-laki, bukan perempuan. Kebutuhan pokok berupa pendidikan, kesehatan dan keamanan dipenuhi secara langsung oleh Negara secara gratis. Perempuan tidak perlu diberdayakan guna menopang ekonomi Negara karena laki-laki dan Penguasalah yang wajib melakukannya. Wallahua’lam bishshowab[]
Post a Comment