Aktivis Dakwah di Depok
Rasulullah SAW akan bersedih ketika melihat umatnya
dalam keadaan memprihatinkan dan kesulitan. Beliau berharap bisa menciptakan
suasana aman, nyaman, damai dan tenteram. Rasulullah SAW pun selalu berjuang
sampai mengorbankan nyawanya demi
umatnya agar mereka terhindar dari segala macam musibah.
Beliau selalu membimbing umatnya agar dijauhkan dari
segala macam malapetaka dan juga perbuatan yang merusak akhlak dan akidah. Jika
melihat dan mendengar keluhan umatnya, beliau segera dan tidak menunda-nunda
memberikan pertolongan dan solusi agar masalahnya cepat terselesaikan.
Seperti kisah sahabat Rasulullah SAW, Mu’adz bin Jabal
saat menjadi imam shalat Isya yang ditegur dan diingatkan oleh Rasulullah SAW
karena bacaan salatnya yang panjang. Pasalnya, salah satu jamaahnya mengadukan
hal tersebut. Kemudian Rasulullah memanggil Mu'adz dan mengingatkannya agar
bacaan shalatnya tidak terlalu panjang.
Sebagaimana yang disebutkan dalam hadist riwayat
Muslim no.710 yang artinya “Dari Jabir bin Abdillah, ia berkata ‘Mu'adz pernah
mengimami teman-temannya shalat Isya
lalu ia membaca ayat-ayat yang panjang untuk mereka, lalu Nabi bersabda
kepadanya wahai Mu'adz apakah engkau suka orang yang suka menimbulkan
kesusahan? Bila engkau mengimami orang banyak, bacalah wasysyamsyi
wadhuhaaha atau sabbihisma rabbikal a'laa atau Iqra'bismirabbika atau wallailli
idza yaghsyaa’.”
Hadist di atas membuktikan besarnya tanggung jawab Rasulullah
SAW sebagai seorang pemimpin terhadap rakyatnya. Dalam mengurusi umatnya beliau
tidak pernah memikirkan hal-hal yang
merugikan umatnya. Begitu besar perhatiannya terhadap masalah-masalah yang
menimpa umatnya beliau tetap berpegang teguh terhadap keimanannya. Seorang
pemimpin harus memiliki hati yang lapang, tanggung jawab yang penuh, adil dan
bijaksana seperti yang dicontohkan Rasulullah SAW. Beliau rela berkorban demi
apa pun agar umatnya hidup akan, nyaman, tenteram dan sejahtera.
Justru jauh berbeda dengan saat ini yang hidup di bawah
sistem kapitalis. Pemimpin atau penguasanya abai dalam mengurusi rakyatnya.
Rakyatnya banyak yang sengsara, terzalimi hingga tidak ada solusi. Jika kita
mengadu kepada penguasa hanya janji-janji manis yang keluar. Penguasa rakus
akan dunia, menikmati hasil jerih payah rakyat, berpesta pora
menghambur-hamburkan uang rakyat demi kepentingan pribadinya. Mereka menjual
pulau-pulau, tanah-tanah dan perairan serta aset-aset negara demi memuaskan
dirinya dan keluarganya. Padahal hasil bumi, tambang dan batu bara semuanya dari
rakyat untuk rakyat agar rakyat bisa menikmati.
Oleh karenanya, kita (rakyat) sampai kapan pun tidak
bisa berharap kepada penguasa yang masih menerapkan sistem kapitalis. Sistem
yang akan membawa kesengsaraan baik dunia maupun akhirat. Maka beralihlah
kepada sistem pemerintahan Islam yang telah dicontohkan Rasulullah SAW yang
dapat melindungi, mengayomi dan memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya dan
akan menjadikan rahmat bagi seluruh manusia.[]
Post a Comment