Paradoks Kaum Muslim Menyikapi Pergantian Tahun


Oleh : Neny Nuraeny

Ibu Rumah Tangga dan Pendidik Generasi


Pergantian tahun seakan ada hal yang spesial. Tidak sedikit masyarakat yang menunggu datangnya tahun baru. Banyak harapan dan resolusi yang baru untuk hidup yang lebih baik. Bahkan ada pula yang sengaja mempersiapkan akan datangnya tahun baru. Di tunggu hingga tengah malam pergantian setiap detiknya walau rasa ngantuk kian melanda. Selain itu pula rencana berlibur dengan sanak saudara menjadi momen yang di tunggu-tunggu.


Perayaan tahun baru biasanya di isi dengan menyalakan kembang api, hura-hura di malam hari dan jalan-jalan menghabiskan waktu libur. Sehingga sudah jadi kebiasaan setiap pergantian malam jalanan selalu macet. Bahkan di Jakarta salah satu kota yang direkomendasikan sebagai spot untuk melihat kemeriahan kembang api pada minggu (31/12). Tempat yang di rekomendasikan adalah Monas, Ancol, Bundaran HI, Gelora Bung Karno, Kawasan SCBD, PIK 2, TMII, Kota Tua,  dan JIExpo Kemayoran. (CCN Indonesia, 31 Desember 2023)


Namun, euporia kembang api itu sangat kontradiksi dengan umat muslim di Gaza, ledakan bom yang bertubi-tubi membantai warga palestina. Dunia menyalakan kembang api begitu besar, warga gaza tertimpa bom yang meluluhlantahkan semuanya. Sungguh miris, jangankan ada ikatan sesama muslim, rasa empati pun saat itu hilang begitu saja. Masyarakat mulai kendor menyuarakan pembelaan rakyat palestina dan boikot produk yahudi dan sekutunya pun mulai melonggar. Umat terpecah belah dalam menyikapi muslim Rohingya. Sikap kaum muslimin yang demikian merupakan cerminan dari rasa nasionalisme yang sudah mendarah dading di benak kaum muslimin. Ikatan nasionalisme adalah produk pemikiran barat yang sengaja di tanamkan kepada kaum muslimin. Maka wajar pembelaan terhadap Palestina dan Rohingga hanya bersifat sementara. Karena di dasari oleh rasa empati dan kemanusiaan saja. Bukan di dasari ikatan kuat sesama muslim.


Kaum muslim harus terus menyadari bahwa mereka adalah satu tubuh. Jika salah satu bagian tubuh sakit, maka bagian tubuh yang lainnya pun sakit. Inilah ikatan keimanan  yaitu ikatan ukhuwah islamiyyah . Ikatan kuat yang akan membuat kaum muslim merasakan sakit jika saudara kita di belahan dunia sana terdzolimi, teraniaya, dan tertindas. Sebagai mana hadist Rasulullah saw. “Perumpamaan kaum mukmin dalam hal saling cinta, kasih sayang dan simpati di antara mereka seperti satu tubuh. Jika salah satu organ sakit maka seluruh tubuh demam tak bisa tidur. “ (HR. Muslim dan Ahmad). Jika perasaan itu sudah tertanam di hati kaum muslim, maka pembelaan tehadap saudara kita akan berlangsung terus menerus. Tidak hanya itu umat muslim akan melakukan pertolongan melalui aktivitas-aktivitas secara individu dengan cara mengirimkan bantuan kemanusiaan baik makanan maupun obat-obatan. 


Tetapi, bantuan atau pertolongan semacam ini tidak cukup, karena bukanlah solusi hakiki. Penderitaan ini bukan masalah kemanusiaan melainkan genosida yang dilakukan zionis dan sekutunya kepada kaum muslimin. Kaum muslimin wajib berjihad dalam satu komando dan terjun langsung mengerahkan bala bantuan, pengiriman tentara militer, senjata yang mumpuni melawan musuh. Hanya saja organisir pasukan tidak akan pernah terjadi kecuali di atur oleh suatu negara. Negara yang dapat membebaskan kaum muslimin dari penjajahan adalah negara yang menerapkan Islam secara kaffah. Pemerintahan dalam Islam dipimpin oleh seorang Khalifah. Khalifah akan berperan sebagai pengurus dan perisai umat. Seperti hadist Rasulullah saw. “Sesungguhnya al-imam (khalifah) itu perisai, dimana (orang-orang) akan berperang dibelakangnya (mendukung) dan berlindung (dari musuh) dangan (kekuasaan) nya.” (HR. Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, dll). Karena seorang imam menjadi pelindung kaum muslim dari musuh-musuh mereka. Perlindungan itu dapat dilakukan pengorganisiran tentara yang kuat dengan menyerukan jihad fi sabilillah. Dengan demikian agar sesuai dalam merealisasikan hadis Rasullullah bahwa kaum muslim ibarat satu tubuh, umat membutuhkan perisai. Maka kepemimpinan ini hanya akan hadir jika kaum muslimin di seluruh dunia bersatu dan kembali menerapkan sistem Islam kaffah. Wallahu a’alam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post