Musim Hujan Tiba, Banjir pun Datang

 



Oleh Suci Halimatussadiah 

Ibu Pemerhati Umat


Hujan dengan intensitas tinggi yang mengguyur Jabodetabek mengundang kembali bencana banjir, sebuah pekerjaan rumah bersama bagi daerah yang memang langganan banjir, tak terkecuali Tangerang Selatan. walaupun pertama kali hujan mengguyur, beberapa titik sudah mengalami banjir.


Seperti dikutip dari media online tempo.co (24/11/2023) Tangsel bahwa banjir menyergap warga perumahan Pesona Serpong di Kademangan Setu, Tangsel pada Rabu dini hari, 22 November 2023. Hal ini selain disebabkan oleh intensitas hujan di wilayah tersebut, juga disebabkan oleh luapan Sungai Cisadane. 


Banjir merupakan musibah yang sering terjadi di Indonesia, penyebabnya tidaklah bersifat tunggal, melainkan sistemis dan saling berkaitan. Demikian pula penanganannya, tidak bisa dilakukan hanya dengan tambal sulam semata, tetapi haruslah menyeluruh sampai ke akar agar banjir tidak terulang kembali.


Sering kali curah hujan akibat perubahan iklim dianggap sebagai penyebab utama terjadinya banjir. Padahal sejatinya hal itu hanya menjadi salah satu pemicu saja. Ketika dicermati hal yang tak kalah penting yang menjadi penyebab banjir adalah adanya pembangunan yang bersifat kapitalistik.


Misalnya, alih fungsi lahan seiring dengan masifnya pembangunan yang tidak memperhatikan dampak lingkungan. Akibatnya, debit air tidak tertampung secara normal, sampah-sampah yang menumpuk turut memperburuk kondisi lingkungan. 


Keserakahan manusia dalam sistem kapitalis ini merusak kestabilan alam. Hal ini diperparah oleh kebijakan sistem kapitalistis yang berorientasi pada materi. Apa pun dilakukan untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya sekalipun merusak lingkungan.


Bisa kita lihat saat ini banyak sekali dijumpai alih fungsi daerah resapan menjadi perumahan, adanya tempat-tempat wisata. Sudah barang tentu menjamurnya alih fungsi lahan tersebut karena adanya restu dari penguasa yang dirasuki para pemilik modal akibatnya tata kota dibangun berdasarkan keinginan kaum pemilik modal, bukan untuk kemaslahatan masyarakat.


Belum lagi setumpuk persoalan pascabanjir, misalnya tanah berlubang karena tergerus air yang menyebabkan aktivitas masyarakat tersendat. Sering kali, perbaikan jalan pascabanjir dilakukan seadanya sehingga ketika banjir kembali datang dalam waktu berdekatan, kondisi jalanan makin memburuk. 


Pemerintah justru membangun infrastruktur tol, proyek kereta cepat yang peruntukannya bukan untuk masyarakat umum. Sedangkan jalan umum yang sering dilalui oleh masyarakat terabaikan. Demikian buruknya pembangunan ala kapitalis yang jelas menimbulkan segudang masalah. Sedangkan negara tidak berfungsi dalam urusan melayani umat, hanya menjadi pelayan para korporat. Suatu hal yang mustahil mewujudkan pembangunan peradaban yang maju ketika menyerahkan pembangunan di tangan kapitalis.


Dalam sistem Islam, pembangunan adalah bentuk pelayanan terhadap umat. Negara akan memprioritaskan pembangunan yang dibutuhkan umat. Di sisi lain, pembangunan dilakukan dengan tetap menjaga kestabilan alam. Negara tidak akan sembarangan melakukan alih fungsi lahan, tata kelola lahan pun dipikirkan dengan saksama. 


Negara akan sangat mempertimbangkan prinsip pengelolaan lahan agar musibah yang disebabkan salah kelola lahan terhindari. Al-Qur’an telah menjelaskan dengan gamblang dampak buruk salah kelola alam akibat ulah manusia.

 

Sebagaimana firman Allah Swt.

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Ar-Rum: 41)


Pembangunan dalam sistem Islam pasti akan membawa dampak baik terhadap umat dan lingkungan. Tidak hanya kestabilan alam yang dirasakan, tetapi juga keberkahan hidup karena berada dalam naungan sistem yang sahih.


Maka, keberadaan sistem Islam adalah solusi yang komprehensif dalam menanggulangi banjir yang sering terjadi agar tidak kembali terulang. Mitigasi secanggih apa pun apabila dilakukan di sistem kapitalis ini tidak akan efektif dalam menanggulangi bencana banjir, sebab sistem ini terbukti gagal merumuskan akar permasalahan terjadinya banjir sehingga akan selalu gagal pula dalam penanganannya. 


Semua itu akan terwujud ketika sistem Islam diterapkan dalam kehidupan. Ia merupakan satu-satunya sistem yang akan menuntaskan problematika umat di muka bumi termasuk bencana banjir yang kerap kali terjadi.


Wallahualam bissawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post