Maraknya Kasus Bullying, Di Dunia Pendidikan


Oleh: Eliya Saragih

Aktivis muslimah ngaji 


Kasus bullying seolah tidak pernah ada habisnya. Masyarakat selalu dikejutkan oleh peristiwa tersebut. Mirisnya, kasus bullying banyak terjadi di lingkungan sekolah, seperti yang dialami oleh siswa MAN 1 Medan. Ia menjadi korban bullying dan penyiksaan oleh teman satu sekolah dan kakak kelasnya yang sudah alumni. 


Diduga, korban di-bully dan disiksa karena menolak bergabung dalam geng motor yang berisikan pelajar MAN 1 Medan dan alumninya. Ia dipukul, disuruh makan sandal berlumpur, makan daun mangga, dan dipaksa meminum air yang telah diludahi oleh sekitar 20 orang. Tidak hanya itu, punggung telapak tangannya juga disudut oleh kunci motor yang telah dipanaskan dan dibentuk huruf PA. 


Kasus serupa juga dialami oleh 12 siswa kelas 10 di SMAN 26 Jakarta oleh 15 orang kakak kelasnya. Belasan siswa tersebut dianiaya secara brutal dan bergilir. Sebelum dianiaya, muka dan mata para korban ditutup oleh kain dan dipanggil satu persatu, lalu dipukuli. Beberapa korban ada yang mengalami lebam-lebam di tubuhnya. Kemaluannya terluka, dan ada juga yang tulang iganya patah (tribunnews,12-12-2023). 


Kasus bullying juga menimpa seorang siswa SD kelas 3. Ia di-bully oleh temannya di salah satu sekolah swasta di Sukabumi. Akibat pem-bully-an tersebut, korban mengalami patah tulang tangan dan harus menjalani operasi di rumah sakit. Diketahui bahwa kasus tersebut terjadi pada Februari 2023 di lingkungan sekolah. Hanya saja, baru terungkap akhir-akhir ini, akibat beritanya viral di media sosial. (Kompas, 9-12-2023) 


Adanya perundungan tersebut membuat peningkatan jumlah kasus bullying. Semakin ke sini, kasus bullying mencapai titik darurat karena tidak hanya menyerang secara verbal, tetapi sudah ke arah fisik yang menyebabkan kecacatan hingga kematian pada korban. Alasan bullying pun sangat beragam, mulai dari kasus percintaan, unjuk eksistensi, kesalahan pengasuhan dari keluarga, dan lain sebagainya


Fenomena bullying dan berbagai faktor penyebabnya bisa muncul karena cara pandang yang dipakai di kehidupan saat ini adalah sistem kapitalisme, yakni memisahkan agama dari kehidupan. Ketika kehidupan dipisahkan dari agama, maka kebahagiaan, keuntungan, dan kesenangan semata menjadi asas dari setiap perbuatan. Hingga ada kasus yang menceritakan bahwa seorang siswa SMP yang mahir dalam tilawah dan aktif dalam organisasi dapat bertindak amoral, dan kemampuan bela dirinya digunakan sebagai arogansi. 


Bullying masih terus terjadi, ada apa dengan pendidikan di negeri ini? Ternyata, pendidikan yang diatur oleh sekularisme kapitalisme saat ini telah menggiring para pelajar haus akan eksistensi prestasi materi, seperti menang dalam perlombaan. Sedangkan nilai-nilai budi luhur mulai meluntur karena dianggap hanya urusan pribadi. Ini membuat para remaja bebas berperilaku amoral tanpa merasa bersalah. 


Generasi muda sudah rusak akibat sekularisme kapitalisme. Mereka harus diselamatkan dari cara pandang yang batil dengan ideologi yang sahih, yakni Islam. Allah telah menurunkan Islam sebagai petunjuk untuk manusia dan mampu memberikan penjelasan serta aturan terhadap segala sesuatu. Islam memiliki solusi komprehensif untuk memberantas bullying hingga ke akar-akarnya. 


Ditegaskan dalam Islam bahwa kita dilarang merendahkan sesama manusia. Dengan begitu, manusia tidak akan bertindak semaunya, seperti melakukan bullying secara verbal maupun fisik. Sebagaimana yang dijelaskan dalam firman Allah Swt. dalam Qur’an surah al-Hujurat ayat 11, yang artinya;


“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka".


Agar dapat teguh terhadap firman tersebut, hendaklah setiap keluarga mendidik anak-anaknya dengan akidah Islam, bukan dengan akidah sekularisme dan turunannya. Dari didikan akidah Islam tersebut, anak-anak dapat membentuk kesadaran mereka bahwa dirinya hanya seorang hamba Allah Azza wa Jalla. Dengan kesadaran ini, mereka akan tunduk dan patuh mengerjakan apa yang Allah perintah dan menjauhi segala hal yang Allah larang. 


Dalam Islam ditegaskan bahwa kehidupan anak-anak bukan hanya di dalam keluarga, tetapi juga di tengah-tengah masyarakat sekitar. Masyarakat menjadi tempat anak-anak berkembang untuk mempelajari sudut pandang kehidupan dan aktivitas sosial. Maka dari itu, Islam memerintahkan agar masyarakat melakukan amar makruf nahi munkar dan ta’awun atau saling menolong antar sesama. 


Secara otomatis anak-anak juga akan melakukan kebaikan, karena apa yang mereka lihat, mereka dengar, dan mereka rasakan adalah amal salih. Hanya saja, peran keluarga dan masyarakat tidak akan optimal jika tidak ada peran negara. Karena itu, Islam juga memiliki tata kelola negara untuk mengatur kehidupan masyarakat.


Negara ini bernama Daulah Khilafah, sebuah negara yang menerapkan Islam secara kaffah untuk menjaga generasinya agar tetap dalam kemuliaan, serta jauh dari perbuatan yang dilarang oleh Syariah. Khilafah akan menerapkan sistem pendidikan Islam. Syaikh Atha’bin Khalil dalam kitabnya “Dasar-Dasar Pendidikan dalam Khilafah” menjelaskan bahwa tujuan pendidikan dasar adalah menancapkan syakhsiyah Islam pada anak-anak. 


Sehingga, tolak ukur keberhasilan mereka adalah sesuai atau tidak dengan syariah, bukan pada keberhasilan materi, seperti prestasi juara, aktif organisasi, dan sebagainya. Selain itu, tujuan pendidikan Islam adalah untuk menyiapkan anak-anak sebagai problem solver kehidupan, sehingga kemampuan mereka akan dialihkan hanya untuk kemuliaan Islam dan kaum muslimin, bukan untuk ajang eksistensi diri. 

Tujuan pendidikan ini selaras dengan pendidikan yang diajarkan di dalam keluarga dan masyarakat. 


Alhasil, anak-anak akan dilingkupi oleh lingkungan yang baik di mana pun dan kapan pun. Dengan demikian, kasus pembully dan sejenisnya akan bisa dicegah oleh negara. Demikianlah cara Khilafah menuntaskan kasus bullying. Tidakkah umat tergerak mengambilnya sebagai obat untuk generasi.

Post a Comment

Previous Post Next Post