Kekuatan Tawakal

Oleh: Siti Zaitun. 


Kita menyadari bahwa kondisi iman sangat berpengaruh kepada hati dan amal perbuatan seseorang. Oleh karena itu, kita tidak boleh menganggap remeh karena sesuatu yang tidak terlihat, seperti pemikiran, perasaan, keimanan, dan apa-apa yang ada dihati. Bahkan, islam memiliki bentuk amalan khusus untuk hati, yakni tawakal kepada Allah yang sangat erat kaitannya dengan akidah. Meskipun demikian letaknya di hati dan sifat nonfisik, ternyata tawakal bisa menjadi sumber kekuatan seseorang muslim. 


Kadang kita berpikir bahwa manusia yang terkuat adalah mereka yang paling banyak memiliki modal materi, perlengkapan persenjataan, badan yang perkasa, dan lain sebagainya. Semuanya diukur pada hal-hal yang bersifat fisik, tampak, dan dapat diindra. Padahal amalan hati sangat mempengaruhi kekuatan seseorang? Jadi bagaimana bisa tawakal kepada Allah dapat menjadi sumber kekuatan? 


Tawakal kepada Allah yang bermakna penyerahan seluruh urusan kepadanya yang disertai dengan ikhtiar dan doa. Tawakal merupakan aktivitas hati, sehingga ucapan dan amal perbuatan seharusnya sesuai dengan apa yang diyakini oleh hati. Dengan kata lain, tawakal adalah mengimani sekaligus menjadikan Allah SWT tempat bersanfar,ketika mencari kemanfaatan dan menolak kemudaratan. 


Banyak dalil-dalil yang didalam Al-Qur'an yang mewajibkan umat manusia bertawakal, diantaranya  ada surah Ali-Imron ayat 159 dan 173, Al-Maidah ayat 23,Al-Furqon ayat 58, At-Taubah ayat 51 dan 129, Ath-Thalaq ayat 3,Hud ayat 123, dan masih banyak lagi. Karena itu, para ulama berpendapat bahwa kaum muslim yang mengingkari dalil-dalil wathon mengenai wajibnya tawakal, maka ia dapat dikatakan kafir. Bahkan seorang muslim yang membaca Al-Quran dan menadaburinya akan memahami bahwa kepada Allah merupakan standar kreteria keimanan seseorang. 


Sumber Kekuatan. Sebagai ulama salaf pernah menukil suatu kalimat yang indah, " Siapa yang ingin menjadi manusia terkuat, hendaknya ia bertawakal kepada Allah". Ibnu Taimiyah pernah mengungkapkan dalam risalahnya yang berjudul At-Tuhfah Al-Iraqiyah bahwa suatu kaum yang hanya fokus pada sisi perintah,larangan, ibadah, dan ketaatan, tetapi mengabaikan sisi qadho, qadar, tawakal, dan istianah maka meskipun mereka bermaksud baik dan mengagungkan Allah, mereka akan menjadi lemah, tidak berdaya, dan terlantar. 


Bukankah meminta dan memohon pertolongan Allah, bertawakal padanya dan berdoa kepadanya dapat menguatkan seorang hamba dan mempermudah segala urusannya? Dari sini, Ibnu Taimiyah menjelaskan bahwa kekuatan yang hakiki sangat erat kaitannya dengan sekuat apa ketergantungan kita kepada Allah. Kekuatan bertawakal adalah modal awal untuk memperkuat mental dalam menghadapi kesulitan hidup. Lebih dari itu, tawakal adalah bentuk kejujuran keimanan kita kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Ahzab. 


Artinya: "Dan bertawakallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah  sebagai pemelihara. " (QS.Al-Ahzab:3). 


Apabila Allah SWT. Telah menyatakan kalimat tersebut di dalam Al-quran, tidakkah cukup bagimu wahai diri bahwa Allah SWT. Sebagai sebaik-baiknya pemeliharaan dan perlindungan? Lantas mengapa ragu dan masih ada hati yang dipenuhi ketakutan dan kesedihan hanya karena tuntutan dunia? Pantaskah bagi seorang muslim memutuskan hubungannya dengan Allah SWT. Ketika diri sedang mengalami penderitaan dan kepedihan? Padahal Allah telah menyatakan dalam Al-Quran, siapa saja yang bertawakal kepadanya maka segala kebutuhannya akan dicukupkan (QS.Ath-Thalaq:3) Kita bertawakal karena hanya Allah SWT. Yang mampu menyelesaikan urusan kita melebihi Allah? 


Andaikan seseorang mengetahui ada seorang pejabat yang menjamin urusannya, niscaya dia akan yakin bahwa urusannya akan selesai. Bagaimana bisa seorang muslim melewatkan kesempatan(tidak merasakan jaminan Allah SWT)., pada dia yang menciptakan kebutuhan- kebutuhan makhluk- nya? 


Sebagai seorang muslim yang menyandarkan segala urusannya kepada Allah, sudah seharusnya kita kuat melawan tipu daya setan. Setan hadir disetiap lini kehidupan keturunan Adam. Setan berjalan dengan mengembuskan rasa waswas, menebar fitnah, mengadu domba, menggoda, mengganggu, menyesatkan, dan memanjangkan angan-angan, dan menakut-nakuti kita dengan bayangan kefakiran ketika diri berpikir untuk berinfak dijalan Allah. 


Setan juga menghiasi kebatilan sehingga tampak oleh kita seperti hal biasa dan baik, bahkan tidak perlu dianggap berlebihan. Ini merupakan teknik setan yang paling berbahaya. Padahal, dosa akan membuat pelakunya berakhir dengan kesempitan hidup. Oleh karena itu, ketika kita melihat seorang pelaku maksiat, pertama kali nuraninya akan terusik dan kita akan melihat dia berkata kepada orang-orang disekitarnya, "Demi Allah, aku menyesal dan aku juga tersiksa dengan perbuatan ini. Namun, mengapa sulit sekali untuk menghindari kemaksiatan ini. Terima kasih atas nasihatnya. "


Kemudian, setan akan terus membersamainya. Setelah itu, kita akan menjumpainya lagi disuatu waktu dan dia akan membela kemaksiatannya karena menganggapnya sebagai perkara biasa. Dia memandang orang-orang disekitarnya terlalu berlebihan dalam mengharamkan sesuatu. Lalu, dia akan mencari dalil untuk menghalalkan kemaksiatannya. Mengatakan bahwa zaman telah berubah dan aturan agama sudah tidak relevan lagi. Begitulah, strategi setan dalam menghiasi kemaksiatan. Perlahan namun pasti, dan jika dituruti manusia akan terjebak tipu dayanya. 


Tak jarang juga kita melihat, banyak orang berujung tragis. Mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri. Setelah ditelusuri, ternyata ia merasa terimpit oleh hutang ribawi. Tak jarang juga kita melihat orang yang bunuh diri akibat diputuskan pacarnya. Dan aneka pemandangan-Pemandangan tragis, buah dari kemaksiatan. Semoga Allah senantiasa melindungi kita semua. 


Namun, tahukah kita bahwa tawakal kepada Allah merupakan sarana yang paling utama untuk melawan bahaya kekuasaan setan? Sebagaimana firman Allah dalam surah An-Nahl ayat 99 yang artinya : "sesungguhnya, setan tidak memiliki pengaruh terhadap orang-orang yang beriman dan bertawakal

 hanya kepada Tuhan mereka. " Sebab, tawakal kepada Allah dapat menjadi obat untuk menangkis penyakit hati akibat tipu daya setan. 


Rasulullah SAW. Adalah manusia yang paling sempurna tawakalnya kepada Allah. Namun, beliau tampak membawa dia tameng pada perang Uhud, dan menyewa seorang pemandu musyrik ketika hijrah. Bahkan, ketika Rasulullah SAW. Akan melakukan perjalanan, baik untuk berjihad, haji dan umrah, beliau tetap menyediakan perbekalan. Nabi juga pernah meminjamkan baju besi kepada Sorean untuk berperang, menyebarkan mata- mata, memutuskan air dari khaibar, dan mencari informasi tentang musuh. Padahal dalam dalam surah Al- Maidah ayat 67,Allah telah berjanji akan memeliharanya dari gangguan manusia. 


Sangat lucu jika ada yang menyarankan agar kaum Muslim cukup dengan berdoa saja untuk membela Palestina. Padahal, ia tahu bahwa jihad hukumnya wajib. Dimana yang memegang wewenang untuk mengomandoi pasukan militer adalah seorang pemimpin atau penguasa. Anehnya lagi, jika ada seorang muslim yang memilih pasif jika melihat kezaliman dan enggan menyelesaikan masalah- masalah yang mendera umat saat ini. Kemudian menyatakan bahwa semua ini terjadi atas kehendak Allah SWT . Padahal, ia bisa memilih untuk menolong atau mengabaikan. 


Ingat tidak, ketika  Rasulullah dan kaum muslim di Madinah saat hendak melakukan perang badar? Ketika kaum muslimyang berjumlah ratusan dan harus melawan ribuan kaum musyrik. Rasulullah kemudian menghadap kiblat sambil berdoa agar Allah SWT. Memberikan kemenangan dipihak kaum muslim. Inilah sikap seorang nabi, tidak hanya sebatas berdoa, beliau juga memotivasi para sahabat dan mengatur strategi perang. Nabi dan para sahabat tidak tunggu diam menunggu para malaikat menghabisi dan merealisasikan doa nabi tersebut. Artinya, doa itu ibarat panah yang diluncurkan ke langit, tetapi untuk mencapainya butuh ikhtiar dan waktu. 


Sejatinya, bertawakal bagi orang beriman dilakukan setiap saat. Sudah seharusnya, hati orang beriman untuk senantiasa mengingat Allah karena tawakal merupakan konsekuensi dari tauhid. Inilah barometer dari sebuah keimanan. 


Karena itu, belum sempurna tawakal jika sekedar mengakui kebenaran Islam, namun malah tunduk dan kalah terhadap ideologi Barat, bahkan menakwilkan nas  syariat agar sesuai dengan sekularisme. Bukankah apa-apa yang datang dari Al-Quran adalah sebaik-baiknya petunjuk? Bukankah konsekuensi dari keimanan adalah beramal soleh? 


Secara ringkas, tawakal bermakna menyibukkan anggota badan agar selaras dengan hati. Hati yang mencintai Allah dan bergantung padanya, tidak mungkin tunduk pada makhluk. Apalagi dengan ketundukannya itu, malah membuatnya mengingkari isi hatinya yang tunduk pada Allah. 


Coba kita lihat, bagaimana kaum muslim sekarang begitu lemah. Ketika Palestina sedang digenosida, negeri -negeri muslim justru mengemis pada PBB yang dipimpin oleh Amerika untuk menyelamatkan mereka. Padahal telah tampak bukti-bukti bahwa Amerika adalah pendukung Yahudi Zionis dan mustahil juga membantu Palestina. Alhasil, ketundukan pada barat ( mahkluk) membuat kaum muslim menjadi lemah, karena tidak dapat melakukan kewajibannya untuk berjihad. Ketakutan kaum Muslim kepada negara adidaya, bukti bahwa jauhnya diri dari sikap tawakal kepada Allah. 


Salah satu motivasi tertinggi dalam bertawakal adalah sebagai bentuk rasa syukur atas hidayah yang diberikan Allah SWT. Kepada kita. Siapa saja yang menginginkan ketenangan, ketenteraman, dan kekuatan mak hendaklah melatih hatinya untuk senantiasa bertawakal. Hati yang senantiasa mengingat kebesaran Allah SWT., tidak akan merasa cemas dengan urusan dunia yang membelenggu sebab tawakal akan menjadi sumber kekuatan di hatinya. 


Wallahua'lam bishowab.

Post a Comment

Previous Post Next Post